°鷡°

By ShinKiNas

32.3K 2.9K 385

terkadang kita tak pernah tahu. apakah kita benar memberikan hati dan kepercayaan kita pada orang yang tepat... More

1
2
3
4
5
6
7
9
10
11
12
13
Epilogue
Secret : Open

8

1.4K 187 45
By ShinKiNas

Seokjin sudah pergi duluan. Lelaki tampan itu memiliki tugas yang menanti di rumah, jadi ia membiarkan Namjoon dan Yoongi yang kini tengah berdiri pada sebuah jalan perempatan, mereka berdiri bersandar pada tembok yang mengelilingi kampus. Sengaja, berdiri pada jalan pulang.

"Kau kenapa?" karena tak ada Seokjin dan notabennya mereka sudah di kenal dekat, Namjoon tak sungkan untuk mengusap lembut rambut hitam milik Yoongi. Yang di tanya hanya diam menatap Namjoon. "Katakan padaku, kau kenapa hm?"

Ada helaan nafas kecil keluar dari mulut Yoongi, jemari kurus nya menghentikan tangan Namjoon dan membuat pria yang lebih tinggi itu menaikkan alis. "Apa maksudmu antara aku dan Hoseok?"

"Maksudnya?"

Yoongi menatap Namjoon tajam, Namjoon seolah berpura pura bodoh saat ini "Kau sendiri yang mengatakan itu Namjoon
Tentang Hoseok yang berniat mendekatiku."

"O-oh." Namjoon seolah gugup. Ia menurunkan tangan lalu memasukkannya ke dalam saku hoodie hitamnya.

"Namjoon." suara Yoongi terdengar menuntut.

Namjoon menelan ludahnya kasar, matanya menatap ke arah belakang Yoongi dengan sedikit gugup "Seokjin yang menyuruhku. Mengatakan ia ingin mendekatkanmu dengan sahabatku,Hoseok . Dan Hosek-pun sepertinya menyukaimu-"

"Jadi kau akan memberikan ku pada Hoseok?"

"Yoongi-"

Yoongi terkekeh remeh namun ada nada getir disana "Itu yang kau inginkan Kim Namjoon? Membuang ku agar tak mengganggu hidup mu lagi?" suaranya memang terdengar tegar, namun demi langit, sekuat tenaga Yoongi menahan genangan air mata.

"Aku memang menjadi orang ketiga dalam hubunganmu bersama Seokjin, tapi tidak seperti ini caramu membuang-" sebelum Yoongi dapat menyelesaikan kalimatnya, Namjoon segera menarik Yoongi ke dalam pelukannya. Memeluk lelaki yang lebih mungil darinya begitu erat lalu menggeleng kuat.

"Tidak Yoon. Sumpah. Tidak. Aku tidak bermaksud. Sungguh."

Yoongi diam tak membalas memeluk Namjoon ia pun tak menutup mata, Yoongi tak mau air matanya jatuh. Karena sungguh, ia tak berlebihan, tapi hal ini menyakitinya.

"Aku hanya berfikir jika kita ber-berjalan berempat i-itu akan membuat suasana lebih nyaman. K-kau tidak sendirian lagi. Dan- dan orang-orang tidak akan berpikir macam-macam tentang kau yang selalu ada diantara aku dan Seokjin. Sungguh Yoongi, aku hanya ingin kau terus berada di sisiku." entah itu hanya bualan semata atau untaian kata yang jujur, Yoongi lebih memilih percaya, ia seolah menutup telinga, pikiran dan hati dari pandangan orang lain. Selain Namjoon. Bahkan ia tak mempercayai dirinya. Yoongi hanya ingin percaya pada Namjoon. Jadi ia hanya mengangguk dan membiarkan Namjoon memeluknya lebih erat.

Namjoon dan Yoongi berjalan sejajar menuju halte. Tak ada obrolan, lirikan atau gandengan tangan. Mereka hanya melangkah seirama dan sejajar. Hingga mereka akhirnya sampai pada halte tak jauh dari kampus.

"Jadi bagaimana kau bisa mengenal Hoseok?" Yoongi yang membuka suara setelah mendudukan diri.

"Teman lamaku di komunitas rap."

"Aku tak pernah melihatnya ."

"Yah, dia masuk sudah sangat lama. Lalu sudah tidak aktif karena harus kuliah di luar negeri."

"Dan dia bilang menyukaiku?"
Baru saja Namjoon hendak menjawab, bus dengan tujuan wilayah Yoongi datang dan membuat Yoongi juga Namjoon sontak berdiri.

"Jika sudah sampai di rumah, kabari aku Yoon." Yoongi mengangguk lalu melangkah masuk ke dalam bus. Lagi. Ia menghela nafas, Namjoon dan Hoseok sama saja, membuatnya sesak.

.

.

.

Malam harinya Seokjin datang ke rumah Namjoon. Dengan membawa laptop dan beberapa buku, berniat mengerjakan tugas di rumah Namjoon dengan segelas kopi, setoples keripik kentang dan berada dalam pangkuan Namjoon, sementara kekasihnya tengah membaca buku, seolah tidak merasa susah meski Seokjin duduk di diantara kakinya yang bersilang.

"Kau kok santai sekali si? Tidak sepertiku, tidur saja takut." gerutu Seokjin.

"Aku sudah mengerjakan beberapa, tinggal finalisasi saja nanti. Kau fokus saja dulu pada tugasmu."

"Kau akan menemaniku sampai malam?"

"Sampai pagi pun boleh."

"Enak saja. Aku perlu tidur tahu." bibir Seokjin mengerucut namun jemarinya kian lincah menari si atas keyboard sementara matanya sering berpindah untuk membaca tulisan pada buku tebal yang ia gunakan sebagai referensi.

Namjoon menutup bukunya, lalu mengalungkan tangan pada perut Seokjin, menyenderkan dagu pada pundak kekasihnya. Sejenak ia memikirkan bagaimana bisa ia jatuh pada Seokjin, bagaimana bisa seolah Seokjin dapat merubah dunianya.

"Kau mencintaiku Seokjin?"

"Tidak." jawab Seokjin cepat tanpa mengalihkan mata, membuat Namjoon terkekeh semakin mengeratkan pelukan.

"Aku juga."

"Oh kau juga tidak mencintaiku?" Lagi-lagi Namjoon terkekeh. Memeluk Seokjin seperti ini terasa begitu hangat dan terasa tenang, ia tak bisa membayangkan bagaimana Seokjin jika meninggalkannya nanti. "Namjoon-ah."

"Hm?"

"Bagaimana menurutmu Hoseok dan Yoongi?" tanpa sadar eratan pelukan Namjoon melonggar. Namun dagunya masih bersender manis pada bahu lebar Seokjin. Namjoon tak langsung menjawab, seolah rasa dimana ia ingin memiliki Seokjin untuk selamanya dan seutuhnya tergeser oleh wajah Yoongi.

"Ah itu-" Ia tak tahu harus bagaimana melanjutkan kalimatnya. "Kau sungguh ingin mendekatkan mereka?"

Seokjin membanting bukunya "Tentu saja ! Hoseok juga sudah mengatakan kalau ia tertarik dengan Yoongi kan? Lagian Yoongi itu cantik, heran saja sampai sekarang ia tak memiliki kekasih. Banyak yang sudah kusodorkan ke Yoongi, tapi bocah itu-" Seokjin menghela nafas "Kandidat terbaikku adalah Hoseok, dia tampan, lucu, kaya, berkharisma, sempurna. Masa Yoongi mau menolaknya, memang apa yang ia cari si?"

Aku

"Jangan terlalu memaksakan Yoongi.  Kau tahu kan dia seperti apa?"

Seokjin hanya balas dengan mencibir, seolah tak ambil pusing dengan kalimat Namjoon dan kembali melanjutkan tugasnya. Berbeda dengan Namjoon, pria itu penuh pikiran, bagaimana senyum manis Yoongi, gelak tawa Yoongi dan tangisan Yoongi. Namjoon tak tahu di mana posisinya, apakah sejatinya ia yang membuat Yoongi tersenyum atau menangis.

Ia lebih dulu mengenal Yoongi daripada Seokjin. Ia lebih dulu jatuh pada Yoongi daripada Seokjin. Lalu kenapa seolah hatinya terbagi dengan mudah?

.

.

.

Siang hari, Namjoon tengah mengobrol dengan Yoongi di salah satu kedai minuman tak jauh dari rumah Seokjin. Seokjin bilang akan menyusul, jadi mereka memutuskan untuk minum dulu, mereka berniat mengunjungi pameran yang melintasi daerah rumah Seokjin, namun Seokjin berkata bahwa area rumahnya tengah di renovasi jadi lebih baik Namjoon dan Yoongi menunggu saja.

"Seokjin menyuruhku kesini."

Lagi-lagi Hoseok. Yoongi menghela nafas.

"Ah kau datang Hoseok." Namjoon menjilat bibirnya lalu melirik pada Yoongi yang hanya diam saja. Entah kenapa Namjoon merasa lumayan gugup, ia ingin Seokjin segera hadir. Karena rasanya suasana tidak senyaman tadi.

"Apa kalian sangat dekat?" Namjoon mengangkat wajah saat mendengar pertanyaan Hoseok yang tiba-tiba.

"Aku dan Yoongi?" Hoseok mengangguk lalu Namjoon melirik pada Yoongi "Ya, kami dekat, dia sahabatku bahkan sebelum aku mengenal Seokjin. Lagian juga dia team di rap kita-"

"Ya, aku tahu, aku bertemu mereka kemarin. Mereka mengatakan ada rapper hebat dalam team, bakatnya sangat luar biasa." Hoseok mengatakannya sembari menatap pada Yoongi yang terus menunduk, tanpa mereka tahu, Hoseok sedikit tersenyum sangat mengatakannya, ia tahu, Yoongi memang berbakat dalam musik, itu mengingatkannya pada kenangan lama. "Kau sering melihat Yoongi tampil?"

"Yap, kami sering tampil bersama, beberapa lagu juga ciptaannya."

Hoseok tersenyum begitu lebar dan membuang wajah. "Aku juga ingin melihatnya." lirihnya tanpa ada yang mendengar.

Yoongi sedari tadi diam, jujur, ia sangat muak dengan Hoseok kali ini.

"Kau masih lama di Korea Hoseok?"

Hoseok mengangguk tanpa beban "Ya, aku ingin memperbaiki sesuatu disini." ucapnya begitu tenang dan seketika membuat nafas Yoongi tertahan. Namun ia enggan mengangkat wajah. "Dan jikapun aku tak dapat memperbaikinya kali ini, aku akan memperbaikinya lagi saat aku kembali ke Korea nanti."

"Oh apa itu?"

"Yoongi." Semua menoleh pada Seokjin yang datang dan memanggil Yoongi dengan keras. "Yoongi kau apa-apaan mengirimiku puluhan pesan umpatan dan mengatakan aku harus datang atau kau mau mendorong Namjoon ke jurang, yak !"

Mereka-kecuali Seokjin, seolah lupa dengan pertanyaan Namjoon pada Hoseok tadi kini mulai melangkah menuju mobil Namjoon- tidak, karena ternyata Hoseok juga membawa mobil dan kali ini Yoongi tengah berdebat dengan Seokjin.

"Kau sialan, makhluk sialan. Seokjin kau menganggu liburku." Seokjin menggeret Yoongi sedikit menjauh dari Namjoon dan Hoseok saat mereka berdebat. Itu karena Yoongi menolak dengan lantang tak ingin masuk ke dalam mobil Hoseok.

"Kau sendiri bodoh yang mengajakku." Seokjin tak habis pikir.

"Tapi jangan suruh aku naik mobil orang itu. Aku tak mau !"

"Orang itu namanya Hoseok, Min Yoongi. Kenapa astaga? Dia tampan, kaya, pintar kau-"

"Tapi aku tak menyukainya. Kau saja yang tidak tahu sifat aslinya-" Dia sama seperti sampah Seokjin, jika kau tahu.

"Memang kau tahu?"

Yoongi seketika bungkam. "Tapi tetap saja aku tak mau. Kau bodoh memberiku pada orang asing."

"Orang asing bagaimana, dia teman Namjoon, sahabatmu, kekasihku."

Kalimat Seokjin barusan seolah menghantam tepat pada jantungnya. Hembusan angin yang mengenai tubuhnya seolah membawa ribuan kalimat tadi untuk terus menyeset dalam kulitnya.

Namjoon itu sahabatnya.

Kekasih Seokjin.

Itulah kenyataannya.

Dan Yoongi membeku, kerongkongannya terasa kering, suaranya hilang dan pandangannya tak kembali pada mata Seokjin, ia menunduk, tangannya mengepal dengan erat. "Yoongi?" Seokjin melirih saat melihat Yoongi yang diam. "Kau tak apa?"

"Ah kau benar, Namjoon kekasihmu."

"Yoon?" Yoongi tersentak dan segera tersadar dengan kalimatnya, ia menggaruk tengkuknya kaku. "Maksudmu?"

"Benar Namjoon kekasihmu, jadi kau percaya bahwa sahabat Namjoon juga bukan orang asing untukmu." ia mencoba sebisanya, mencoba menjadikan kalimatnya terdengar nyata, mencoba menglihangkan luka-luka yang sempat ia selipkan pada kalimatnya.

Dan semua terjadi begitu saja, Yoongi duduk bersebelahan dengan Hoseok siang ini. Lagu can't take my eyes off of you milik Frankie Vallie berputar memenuhi ruang mobil Hoseok karena dua manusia di dalamnya diam seribu bahasa.  Setidaknya lagu itu tidak membuat suasana mencekam seperti saat dimana mobil baru melaju.

Mereka terus diam hingga mobil Hoseok berhenti di parkiran pameran. Yoongi bergegas melepas sabuk pengamannya dan hendak membuka pintu sebelum dengan tiba-tiba Hoseok menahan bahunya. Yoongi menatap Hoseok dengan kaget.

"Yoon, maaf, maaf," Lirih Hoseok. "Maafkan aku."

Yoongi mengerutkan kening tak suka lalu membanting tangan Hoseok dan bergegas keluar, membuat Hoseok membuang nafas kasar lalu meninju setir mobilnya, merasa bodoh, karena yang keluar dari mulutnya hanya kata maaf seharusnya ia tahu, Yoongi sudah tak menginginkan kata maaf.

Selama di dalam pameran, Yoongi sangat menjaga jarak dari Hoseok. Ia bahkan terus mencengkram lengan jaket Namjoon dan Seokjin bergantian. Hoseok yang mengerti akan hal itu, ia juga menjaga jarak dari Yoongi, ia tahu Yoongi tak nyaman dengan Hoseok, ini hukuman yang bahkan belum pantas untuk Hoseok. Ia berjalan di belakang Namjoon, Seokjin dan Yoongi, sedikit terkekeh karena Namjoon kewalahan Yoongi terus mencengkram bajunya. Seperti biasa, Seokjin akan menarik Namjoon yang sering terdiam lama menatap benda-benda indah di dalam pameran atau Seokjin yang menarik Yoongi karena Hoseok dan Namjoon yang larut akan obrolan suatu benda hingga mereka lupa ada Seokjin dan Yoongi yang bosan.

Seokjin berjingkrak karena hari sudah mulai sore dan mereka memutuskan untuk mencari tempat makan. Kali ini, Hoseok berinisiatif untuk bertanya dan membuka percakapan dengan Yoongi, namun tak ada satupun kata keluar dari mulut Yoongi. Hoseok mengeratkan pegangannya pada setir namun ia tetap mencoba tersenyum.

Dan semua terjadi begitu saja saat tiba-tiba Yoongi sudah duduk di atas kap mobil Hoseok dengan menatap langit yang berwarna jingga di padukan dengan siluet-siluet pemandangan di depannya juga mendengar pertanyaan Hoseok yang telak meruntuhkan seluruh tulangnya juga suara Hoseok yang setenang malam.

"Kau dan Namjoon.. Kalian memiliki hubungan melebihi sahabat kan, Yoon?"

.

.tbc hehe, lama yah? hope you like it meski acak2an. ^^

Continue Reading

You'll Also Like

136K 10.8K 19
"dulu aku hanyalah seorang namja dingin yang tidak pernah memikirkan perasaan orang lain, tapi semua itu berubah saat aku bertemu denganmu. gomawo pa...
12.1K 1.7K 47
"Begitu hati menjadi terlalu berat dengan rasa sakit, orang tidak menangis. Mereka hanya terdiam. Benar-benar diam." _Jung Hoseok_
126K 7.1K 21
Setelah sekian lama sejak kematian istri pertama ku aku tidak pernah membuka kembali hatiku, bukannya aku tidak mau tapi aku hanya belum bisa menemuk...
174K 11.4K 21
[End] ❝Setiap orang punya cara yang berbeda untuk tunjukkan kasih sayangnya. Dan disini Taehyung salah mengerti tentang artinya "menyayangi" karena a...