[ Haikal POV ]
6 bulan kemudian...
Aku berdiri tegak mengamati kegiatan di sekeliling. Banyak mahasiswa yang berlalu lalang disini. Benar sekarang aku berada di sebuah Universitas. Kalian jangan mikir bahwa aku akan kuliah lagi. Itu salah besar karna 2 tahun yang lalu aku sudah menyelesaikan S2ku di London.
Aku masih berdiri di depan gerbang. Menghela napas dalam-dalam dan lalu memasuki area Universitas itu. Kalian pasti bingung mengapa aku bisa berada disini.
Jadi omku adalah salah satu profesor disini. Dia memberiku pilihan untuk memjadi asistennya atau pelatih basket untuk club basket disini. Namun aku menolak karna lebih memilih pilihan yang satunya lagi, yaitu menjadi pelatih basket di Universitas ini.
Ini baru pertama kalinya aku sebagai pelatih. Rasa gugup jelas ada karna itu manusiawi. Hari ini pertemuanku dengan anak-anak basket disini. Semoga saja semuanya berjalan lancar.
Aku menelusuri koridor demi koridor untuk menembus ke lapangan yang ada di tengah-tengah bangunan ini. Langkahku tak lepas dari pandangan seluruh mahasiswa/i yang berpapasan denganku. Ada yang memberiku senyuman dan ada juga yang menawarkan jasa. Catet bukan jasa itu yang aku maksud.
Akhirnya aku sampailah di sebuah lapangan outdoor. Aku melihat permainan anak-anak basket dari sisi lapangan.
" Cukup oke " Gumamku. Aku terus memperhatikan mereka setelah mereka selesai baru aku menghampiri mereka.
" Haikal... " Ucap seseorang dengan formal. Aku menoleh dan ya bukan salah lagi itu adalah omku.
" Profesor... " Sautku dengan formal sebari sedikit membungkukan tubuhku.
" Ahhh jangan panggil itu... " Dia mengibas-ngibas tangannya.
" Hehe... " Aku mengelus-ngelus tengkukku.
" Kau banyak berubah Haikal, apalagi dengan rambutmu... "
" Ehhh euhhh... semua orangkan pasti punya pase dimana mereka akan berubah drastis om " Jawabku alas. Om mengelus-ngelus bahuku.
" Mari biar om kenalkan kamu pada mereka yang akan menjadi anak didik kamu. " Aku mengangguk. Om berjalan terlebih dahulu dan aku mengikutinya dari belakang.
Saat omku masuk ke dalam lapangan seketika anak-anak basket berhenti dari permainannya.
" Hallo Profesor... " Sapa semuanya dan menghampiri kami berdua.
" Langsung saja, jadi perkenalkan ini adalah pelatih kalian yang baru. Dia akan mengganti sementara pelatih kalian yang dulu. " jelas omku. Aku terus menatap mereka dan menampilkan senyum sangat tipis sekali. Om melirikku dan mempersilahlanku untuk mengambil alih. Setelah itu dia berlalu pergi.
" Jadi nama saya Haikal, jangan sesekali memanggil saya bapak atau pak karna saya tidak setua yang kalian bayangkan...."
" Kami tau kok coach masih muda ganteng lagi hehe " Celetuk cowo berbehel di belakang. Aku menatap kearahnya dan teman disampingnya menyikut perutnya.
" Perkenalannya cukup saja kita mulai latihan kita. " Aku mengakhiri pembicaraan.
Salah satu dari mereka menghampiriku dengan memegang baju di tangannya.
" Coach... " panggilnya.
" Iya... " Sautku sebari membuka jaketku.
" Ini, coach Andri menitipkan ini jika ada pelatih baru yang menggantikannya. " Jelasnya sebari menyodorkan baju. Aku menerimanya.
" Ini jersey khusus di pake untuk pelatih. " Timpalnya lagi. Aku mengangguk.
" Kamu ketua tim basketnya??? " Kini aku bertanya. Dia mengangguk.
" Siapa namamu??? "
" Brian coach " Jawabnya.
" Oke Brian apa kalian sudah pemanasan??? "
" Euuu... belum hehehe " jawabnya sambil menampilkan deretan gigi yang sangat rapi.
" Kenapa bisa gitu??? Harusnya kalian pemanasan dulu " Ucapku tegas. Aku menghela napas dan kembali menlajutkan perkataanku. " Kalo gitu kalian pemanasan dulu, saya mau ganti baju dulu "
" Siap coach " Dia pergi namun berbalik ke arahku lagi. " Toiletnya lurus dari sini terus belok kiri. " Ucapnya sebari tersenyum dan bergabung dengan teman-temannya.
Aku mengikuti intruksi Brian. Lurus lalu belok kiri. Sipp nemu juga. Aku mauk ke dalam toilet dan langsung berganti pakaian.
[ Author POV ]
Setelah siap Haikal segera keluar dan kembali ke lapangan. Namun, saat di ambang pintu toilet dia bertabrakan dengan seseorang dan benturannya sangat keras. Karna Haikal sedang buru-buru dia langsung pergi tanpa mengeluarkan kata maaf sekali pun.
" Aduhhh... " Ringis seseorang yang terduduk di lantai toilet. Dia berusaha bangkit dan melanjutkan tujuan dia ketoilet.
.
Sementara Haikal telah menjalanlan tugasnya sebagai pelatih. Dia sangat telaten memberi arahan dan contoh kepada anak didiknya. Haikal sangat enjoy dengan pekerjaannya ini karna ini cocok dengan fashionnya.
" Coach... mau bermain dengan kami... " Ajak Brian dari tengah lapang. Karna sedari tadi Haikal tergiur untuk bermain tak tinggal diam dia langsung berlari ke arah mereka.
Haikal tak segan-segan memperlihatkan teknik-teknik tersembunyinya. Yang membuat para anak-anak basket melongo dibuatnya. Terus mencetak point, membuat Brian dan timnya kewalahan untuk mengejar point tim Haikal.
Suara sorak dan semangat di lontarkan para mahasiwsi di pinggir lapangan.
" Aaa itu yang rambutnya di cat keren juga " Teriak seorang gadis.
" Eh dia mahasiswa baru ya??? " Tanya yang di sebelahnya.
" Ahh gak tau deh, tapi yang jelas mukanya ganteng banget apalagi otot ditangannya. "
" Iya bener, bisa-bisa aku jadi horny nih kalo terus liat badannya. " Mahasiswi di pinggirnya menoyor kepala gjadis itu.
Seperti itulah reaksi para mahasiswi saat melihat Haikal yang sedang bermain. Sebenarnya masih banyak tapi jika di beri tahu semuanya tidak akan cukup dalam satu chapter hehe.
[ Cahya POV ]
" Leganya.... " Ucapnya penuh nikmat sebari mengelus-elus perutnya.
Tiba-tiba aku mendengar gemuruh langkah kaki di belakangku. Tubuhku tertabrak oleh segerombolan cewe.
" Ayo cepet nanti keburu udahan..."
" Maksud cewe-cewe itu apa sih??? " Aku bertanya pada diri sendiri.
Karna penasaran aku mengikuti mereka. Ternyata banyak penghuni kampus berada di lapangan termasuk cowonya juga. Aku mencari dimana letak menarik semua ini.
" Eh Cahya, kesini juga " Ucap Mey membuyarkan kefokusanku.
" Ya mey, eh ada apa sih??? " Tanyaku penasaran.
" Itu lho ada pelatih basket yang baru. Ini lebih keren dari sebelumnya. Keliatannya sih masih muda ganteng lagi. Uhh apalagi badannya tuh... " Jelasnya sangat girang.
" Coba deh liat tuh..." Mey menunjuk ke arah lapanga. " Pelatih barunya yang rambutnya warna silver blue. Kerenkan... " Lanjutnya.
" Keren apaan itu cuman keliatan punggunya aja. " Ucapku kesal.
" Sebentar.... satu....dua....ti.... " Mey menghitung dan berteriak.
" Aaaa liat tuh ganteng banget kan. " Teraiknya dengan histeris.
Aku menyipitkan mataku. What the hell????
" Shit!!! kok bisa ada di sini tuh orang. " Ucapku kesal.
" Eh lu kenal ama dia???. " Ucap Mey dengan heran.
" Ya.... "
" Ahhh beruntung banget lu kenal ama dia. Kenalin ama gue dong" Mey mengguncangkan badanku.
" Ogah. " Aku berdecak kesal.
" Idih lu mah gitu " Mey mempoutkan bibirnya.
" Keren juga sih..."
" Tapi penampilannya beda dari yang kemarin. Rambutnya di cat silver perpaduan warna blue sea. Keren cocok sama kulitnya yang putih... "
" Mr. Ice Silver Blue cocok juga buat sebutan dia... "
" Eh kenapa gue malah mikirin dia. " Aku menyadarkan diri dari lamunanku.
Oke, memang saat ini aku terpesona dengan penampilannya. Tapi bukan aku berarti aku tertarik dengannya. Siapa sih yang bakalan suka sama dia kalo udah tau sifat aslinya. Dingin dan cuek seperti dia.
Bahkan setiap aku bertemu dengannya hanya ada pertengkaran diantara kita. Itu membuatku muak dan males jika bertemunya lagi. Dan hal yang tak ku inginkan kini terjadi. Dia menjadi pelatih basket disini. Otomatis aku akan bertemu dengannya.
" Arrgghh menyebalkan!!! " Seruku dalam hati.
" Mending ke kantin ajalah pasti anak-anak udah nunggu. " Aku beranjak dari dudukku.
Aku pergi ke kantin kampus dan disana ada beberapa temanku. Mereka menyapaku. Aku segera menghampiri mereka.
" Dari tadi? " Tanyaku sebari duduk di samping Alfan.
" Iya, lu kemana aja? Kita nungguin lu dari tadi. " Kini Alfan yang berbicara.
" Gue... eummm... gue ada urusan tadi. " Ucapku gugup.
" Lu kenapa gugup??? " Kini temanku Ian yang bertanya.
" Gak papa. " Jawabku. Ahh sial kenapa aku harus ketemu lagi ama dia. Dan sekarang dia adalah penyebab ke gugupanku. Aku membenamkan wajahku di atas tanganku.
" Eh tadi gue liat cogan di lapangan " Seseorang menggeprak meja yang membuatku terkejut.
" Gak salah lagi pasti bakalan ngomongin tuh cowo. "
" Eh lu kenapa Cah??? " Tanya Amaru dengan nada cemas.
" Biasa karna kelamaan jomblo " Celetuk Ian.
" Dih, cari pacar sono " Suruh Amaru.
Aku mendongak. " Cari seme tuh susah bego!!! Disini pada straight. " Ucapku lesu.
" Yaudah kita uke x uke aja " Ucap Alfan sebari merangkulku.
" Pala lu!!! " Aku menjitak keras kepalanya. Dia meringis dan yang lainnya tertawa.
[ Haikal POV ]
" Coach keren... " Ucap kevin sebari mengacungkan jempol. Aku hanya tersenyum tipis.
" Tadi secara tidak langsung saya mengajari kalian beberapa teknik apa kalian memperhatikannya??? "
Mereka menggeleng.
" Tadi coach terlalu lincah... " Jelas Brian yang segeraku potong.
" Tidak apa-apa untuk pertemuan selanjutnya saya akan ajarkan. " Ucapku setelah meneguk air.
" Siap coach!!! " Seru mereka.
.
" Kapan tournamen kalian??? " Tanyaku sebari nemelusuri koridor. Sebelumnya aku sudah membersihkan tubuhku.
" Satu bulan lagi coach... " Aku mengangguk paham. Dan berpikir keras untuk mengubah anak-anak agar bisa memenangkan tournamen.
" Btw, umur coach berapa??? " Tanya Brian penasaran.
" 24 " Jawabku singkat.
" Wow, masih muda banget. " Aku hanya mengulum senyum.
" Aku duluan ya coach soalnya masih ada kelas hehe... " Aku mengangguk dan dengan secepat kilat Brian hilang dari pandanganku.
Aku pergi ke parkiran sepanjang jalan ada saja cewe yang menggodaku. Aku menaiki motorku dan segera pergi dari kampus itu.
Mobilku sedang ada di bengkel jadi hari ini aku menggunakan motor yang di kirim oleh daddyku.
Saat di jalan aku melihat seseorang yang tak asing bagiku. Ya dia adalah cowo pms yang sering bertemu denganku itupun secara tidak sengaja. Aku berhenti di sampingnya.
" Naik!!! " Ajakku. Dia menoleh kearahku. Wajahnya sangat kaku.
[ Cahya POV ]
" Naik... " Ajaknya.
Aku menoleh kearahnya. Wajahku sangat kaku tanpa ekspresi apapun saat tahu bahwa dia adalah Mr. Ice Silver Blue.
" Dia ngajak pulang bareng??? "
" Gak mungkin ini cuman mimpi... "
" Kenapa bisa dia ngajak pulang bareng??? "
" Ini cuman khayalan Cahya!!! " Batinku.
" Mau gak nih??? " Tanyanya. Aku mengangguk. Dia memberikan helm untukku. Aku segera memaikai helm dan menaiki motornya. Lalu dia melajukan motornya dengan batas kecepatan maksimum.
" Kenapa lu ngasih gue tumpangan??? " Tanyaku pada akhirnya.
" Karna gue takut dompet lu ilang lagi. " Jawabnya ringan.
" Ck!!! Itu sindiran atau apa nih??? " Aku mulai kesal.
" Sindiran " Jawabnya dingin. Dia semakin menambah kecepatan motornya. Dan membuatku refleks memeluk pinggangnya. Dia melirikku dan aku segera melepaskan pelukan.
" Sorry . " Gumamku. Dia hanya ber " Hmm " sebagai respon.
" Btw, sorry soal sikap gue yang suka marah-marah sama lu. " Dia melirikku dari balik helmnya. " Nope " Timpalnya
" Lu itu pindahan ya??? soalnya gue jarang ngeliat lu. " Tanyaku penasaran.
" Iya "
" Ohh " aku mengangguk. " Terus hubungan lu sama kak Gino apa??? "
" Ah sial kenapa penyakit kepo gue kambuh sih. " Aku menggetok kepalaku sendiri.
" Gue temennya. " Jawabnya. Aku mengguk lagi.
" Kalo gitu kak Gino pasti tau tentang dia. " Batinku. Jujur saja aku sangat penasaran dengannya karna dia berbeda dengan laki-laki lain. Lebih spesifiknya sih aku belum bisa menjelaskan.
Kami mengobrol hal yang ringan. Tapi seperti biasa dia menjawab dengan singkat. Bahkan dia tidak pernah memulai pembicaraan.
Aku melihat keatas langit nampak mendung menunjukan hari mulai sore. Tiba-tiba...
Byurrr~~~~
Air hujan membasahi tubuh kita. Sangat sangat basah. Haikal masih memaksakan diri untuk menerjang hujan dengan motor sportnya.
" Gue gak bisa berhenti soalnya kalo hujan kaya gini redanya lama. " Ucapnya. Aku mengangguk.
Rumahku masih lumayan jauh dan hujan masih belum reda. Bahkan malah bertambah deras. Badanku menggigil karna kedinginan. Haikal seperti tau, dia langsung meraih tanganku dan memeluk ke dalam jaket kulitnya.
" Terus kaya gitu sampe rumah. " Perintahnya. Aku menggangguk.
Hangat~~~
Aku bersandar ke punggungnya. Tanganku masih berada di dalam jaketnya. Rasanya ingin terus seperti ini dan aku berharap rumahku masih jauh.
Bersandar di punggungnya sangat nyaman. Apalagi sambil memeluknya seperti ini.
" Nikmat apa yang telah kau dustakan... " Gumamku. Dan ternyata terdengar oleh Haikal.
" Apa??? " Tanyanya.
" Gak, itu rumah gue masih jauh gak??? " Aku mengeles.
" Bentar lagi... " Jawabnya.
" Yahhh... " batinku.
" Ohhh... "
Sampai di rumahku hujan masih saja belum reda. Mamaku ternyata sudah menungguku di depan rumah dengan sambil memegang payung.
" Ya ampun kamu kehujanan yah... " Ucapnya dengan nada cemas dan menghampiriku.
" Iya ma " Aku mencium punggung tangannya.
" Eh ini temennya Cahya ya. Ayo mampir dulu... " Ajak mamaku.
" Terima kasih tante tapi saya mau langsung pulang. " Tolak Haikal dengan halus.
" Eh bahaya loh berkendara pas hujan deras kaya gini. Mending di rumah tante aja terus keringin bajunya. Nanti bisa sakit lho"
" ada benernya juga. " Batin Haikal. Dia pun mengangguk.
Mamaku mempersilahkannya masuk. Haikal memasukan motornya dan segera masuk kedalam rumah.
" Nama kamu siapa??? " Tanya mamaku.
" Haikal tante. " Jawabnya.
" oke Haikal kamu masuk aja ke kamarnya Cahya. Nak ajak temennya ya... "
" Iya mah. " Aku mengajak Haikal masuk ke kamarku.
.
" Btw, makasih ya... " Ucapku dengan tersenyum.
" Sama-sama " Jawabnya sebari duduk di lantai. Haikal membuka jaketnya dan memperlihatkan tangan yang penuh dengan urat.
" Keren... " Gumamku dengan mulut terbuka.
Haikal menatapku aku segera memalingkan pandanganku. Gara-gara melihat tangannya aku merasa sesak dan butuh oksigen untuk bernapas. Aku membuka lemari dan membawa jubah handuk untuknya.
" Lu mandi duluan gih " Ucapku sebari menyodorkan jubah handuk.
" Kalo dah selesai bajunya kasih ke gue biar mama gue yang keringin " timpalku.
" Gak usah repot-repot " Tolaknya.
" Gak usah nolak anggap aja ini tanda terima kasih ke lu " Dia mengambil handuk itu dan segera pergi ke kamar mandi.
Beberapa menit kemudian Haikal keluar dari kamar mandi. Aku yang sedang sibuk membaca komik tiba-tiba melongok karna pemandangan yang ada di depanku. Rambutnya basah dan dadanya sedikit terbuka. Itu membuatnya tampat semakin sexy.
" Eh ngapain lu mikir kaya gitu. " Aku menggetok kepalaku.
" Udah ya??? Simpen dulu aja di lantai. Gue mau mandi dulu. " Ucapku dan berlalu pergi ke kamar mandi karna tak tahan melihatnya.
[ Haikal POV ]
Beberapa menit kemudian Cahya keluar dari kamar mandi. Dengan handuk yang menutupin pinggang dan lututnya. Kulitnya putih mulus seperti bayi. Aku menelan ludahku. Dadanya rata begitupun dengan perutnya. Tidak ada Abs atau apapun yang menghiasi tubuhnya. Namun masih terlihat sexy.
" Anjirr itu cowo apa cewe sih mulus amat " batinku.
" Sex... "
" Dih ngapain gue mikirin yang kek begituan. Lu tuh masih waras kal. " Aku menampar pelan pipiku.
Cahya berjalan ke arah lemarinya. Dan mengambil sesuatu. Aku menyipitkan mataku dan menebak apa yang sedang di pegangnya. Dia berjalan ke arahku dengan memegang kain putih. Apa itu handuk??? Ya kayanya sih handuk.
[ Author POV ]
Haikal masih menatap Cahya yang sedang berjalan menujunya. Namun, sesuatu terjadi.
" Aaaaa " teriaknya.
Kaki Cahya tersandung dengan lipatan karpet katebal yang mengalasi lantai kamarnya.
Cahya menimpa Haikal yang tengah duduk bersandar ke kasur. Dan tak sengaja menarik simpul handuknya. Sehingga badan Haikal terekspos begitu saja.
Cuppp~~~
Ummm~~~
Bibir mereka saling bersentuhan. Wajah Cahya nampak merah begitu pun dengan Haikal namun tak semerah wajah Cahya. Waktu seakan terhenti. Dan bibir mereka masih menempel satu sama lain.