¶¶ÒõÉçÇø

Another Time [MAJAPAHIT] (TEL...

By shanertaja

477K 59.3K 5.8K

[Dream World] 15+ Siapa yang tak kenal Hayam Wuruk? Raja keempat Majapahit yang membawa kerajaan tersebut pad... More

Prakata
1. Hayam Wuruk, Katanya
2. Hari Awal
3. Teknologi dan Peradaban
4. Dalgona Coffee
5. Kebun Raya Bogor
6. Daun Pisang
7. Demam
8. Perkara Toko Ajaib
9. Arti Sebuah Tangisan
10. Kalau Iya, Bagaimana?
11. Candi Limo
12. Technical Meeting
13. Tentang Singhasari
14. Eksplorasi Nusantara
15. Bubat, 1357 Masehi
16. Birthday Party Invitation
17. Langit Malam
18. Segarra, Segaran, Sempurna
19. Volunteer
20. Wedding Anniversary
21. Sesuatu di Blitar
22. Penilaian Akhir Semester
23. The Remeders
24. Waktu Kosong
25. Suasana Hati
26. A Good Day
27. Memori Masa Lalu
28. Kejutan Ulang Tahun
29. From Me To You
30. Berlari Tanpa Kaki
31. Wringin Lawang
32. Unwritten Story
33. Desa Majapahit
34. Permaisuri Hati
35. Memulai Kembali
36. Keeping The Promise
Epilog
[extra+] Curug dan Janjinya (Aji's POV)
[extra+] Jeritan Hati Sang Prabu
[Putri+] Sang Mahadewi
Acknowledgements & QnA
VERSI CETAK?
[info] SURPRISE
[info] VOTE COVER
[info] ABOUT PRE-ORDER
[info] IT'S TOMORROW!
[info] PAKET DAN PRE-ORDER
[click+] You've Found Your Soulmate
[info] Ketinggalan PO? Don't Worry!
[info] RESTOCK!!!

Prolog

42.5K 3.5K 524
By shanertaja

Jakarta, 2020.

Hidup itu membosankan.

Well, itu yang ada di pikiran gue. Menjalani hari-hari sebagai pelajar SMA itu membosankan.

"Oce! Mau kerkom kapan?" tanya teman sebangku gue, Zelita.

"Kerja kelompok apa?"

"Lo lupa? Kita ada kerkom sejarah! Disuruh bikin PowerPoint terus di-record! Ribet banget emang Pak Cahyo!" gerutunya kesal.

Gue tertawa melihat reaksi Zelita yang kesal dengan tugas dari Pak Cahyo. Dengan segelas boba yang ada di tangan, gue pun membalas, "Pulang sekolah deh ayo kerkom, mau di mana?"

"Gue sih terserah, ngikut yang lain aja," balas Zelita.

Perempuan itu mengedarkan pandangannya, mencari satu-persatu anggota kelompok yang lain dan berteriak, "Dinda! Nasywan! Ilham! Sini dulu kumpul!"

Kami berlima mendiskusikan planning untuk kerja kelompok hari ini, keputusan finalnya adalah kami akan mengerjakan tugas tersebut di salah satu kafe dekat sekolah.

"Selesai kerkom mau jalan gak, Ce?" tanya Nasywan, teman laki-laki yang paling dekat dengan gue.

Gue menggeleng pelan sembari tersenyum. "Enggak deh, sepertinya gue mau langsung balik ke kosan aja."

"Oh, oke deh. Kalau butuh sesuatu cukup kabari gue aja ya nanti." Nasywan membalas ucapan gue seraya mengacak-acak rambut gue.

Jangan salah paham, Nasywan itu teman dekat gue. Hubungan gue dengan dia hanya sebatas teman dekat, gak lebih. Tak lama kemudian, bel pulang sekolah berbunyi. Gue dan Zelita langsung bergegas keluar kelas dan menunggu yang lainnya di gerbang.

"Eh, jangan di kafe deh," ucap Zelita tiba-tiba yang membuat gue menoleh ke arahnya.

"Kenapa?" tanya gue yang bingung dengan perubahan keputusan Zelita yang mendadak itu.

"McD depan sekolah aja, lagi ada promo!" kata Zelita penuh semangat.

Gue yang mendengar kata promo langsung mengangguk setuju tanpa pikir panjang.

"Guys! Kita jadinya ke McD aja, jangan ke kafe ya! Ada promo nih!" Zelita berteriak ke arah yang lain sambil berlari menghampiri mereka yang masih berjalan menuju gerbang.

Seperti yang diucapkan sebelumnya, sekarang kami berada di McD untuk mengerjakan tugas kelompok. Gue hanya memesan kentang dan es krim karena gue harus menghemat pengeluaran gue bulan ini. Hidup sebagai anak kos membuat gue harus lebih pintar dalam mengelola keuangan. Sebenarnya ini adalah keputusan gue untuk tinggal terpisah dari orang tua. Gue sudah lelah dan muak dengan perdebatan yang ada di rumah. Hal itu adalah alasan yang mendasari gue untuk hidup mandiri sebagai anak kos.

"Ah, finally kelar juga!" Zelita mengusap wajahnya kasar.

"Eh, gue cabut duluan ya!" pamit gue ke mereka.

"Ah, gak asik! Masa langsung balik? Baru jam lima, loh?" sanggah Ilham.

"Iya nih, baru jam segini, ngapain balik, sih. Nanti aja kelar maghrib," timpal Dinda yang tengah mengunyah kentang gorengnya.

Jujur, gue mau istirahat. Fisik dan pikiran gue sudah cukup lelah seharian ini. "Duh, next time, deh? Gue capek banget, butuh istirahat."

"Yah, Ce. Ayo lah stay dulu di sini, nanti ki–"

"Udah, si Oce mau balik tuh. Jangan ditahan anaknya, biarin aja istirahat," kata Nasywan, ia memotong kalimat yang hampir keluar dari mulut Zelita.

Setelah berpamitan, gue pun melangkahkan kaki gue keluar dari restoran tersebut. Atensi gue teralihkan pada angkot berwarna merah yang siap mengantarkan gue menuju stasiun. Gue melambaikan tangan ke arah angkot tersebut, kemudian menaikinya saat sang sopir berhenti. Gue turun dari angkot di stasiun, dan melanjutkan perjalanan pulang dengan commuter line.

"Pemberhentian selanjutnya, Stasiun Duren Kalibata. Next station, Duren Kalibata."

Dengan sigap gue berdiri dan bersiap untuk turun. Kaki gue melangkah dengan hati-hati saat turun, gue pun melanjutkan perjalanan gue dengan jalan kaki. Jarak dari kosan ke stasiun hanya sekitar 700 meter. Gue berjalan dengan santai menuju kosan sembari menikmati embusan angin sore.

Satu langkah ...

Dua langkah ...

Tiga langkah ...

Gue merasa seperti diikuti oleh seseorang, buru-buru gue mempercepat langkah gue menuju kosan. Langkah kaki gue seperti bersahutan dengan langkah kaki seseorang. Gue semakin mempercepat langkah gue hingga akhirnya gue sampai di depan kosan dan memilih untuk menengok ke belakang.

What the fuck ini orang dari mana anjir?

"Lo siapa?!" tanya gue sambil berteriak pada orang itu. Orang yang gue teriaki terlihat kaget mendengar teriakan gue. Beberapa saat kemudian, raut wajahnya berubah menjadi bingung.

"Lo siapa?" tanya gue lagi. Dia hanya menatap gue, gue pun menatap balik dirinya.

Orang aneh.

"Sekarang gue tanya, lo siapa? Dan ngapain ngikutin gue?" ucap gue dengan nada suara yang tegas. Gue mengamati orang aneh ini dari atas hingga bawah. Orang ini memakai pakaian layaknya seorang raja, ditambah dengan mahkota di kepalanya yang membuat dirinya terlihat sangat mencolok di antara yang lain.

"Lo youtuber kan? Ngaku lo! Lo pasti lagi bikin konten prank, kan?"

Bukannya menjawab, orang itu malah berjalan mendekati gue. Gue reflek memundurkan badan gue hingga akhirnya mengenai pintu kosan.

Shit! Ini orang ngapain sih?

Tatapan orang aneh ini tiba-tiba berubah menjadi hangat. "Bicaramu tidak sopan padaku."

"Hah? Maaf ya, tapi yang gak sopan itu lo! Ngapain coba ngikutin gue kayak tadi? Lo stalker?"

Dari raut wajahnya, bisa gue tebak orang aneh ini sedang kebingungan dengan ucapan yang gue lontarkan kepadanya. Gue mendorong tubuhnya agar menjauh dari gue dan tidak ada penolakan darinya. "Lo siapa? Ngapain di sini? Dan kenapa pakaian lo aneh? Lo lagi cosplay jadi raja? Aduh makin aneh aja deh dunia."

Tidak ada jawaban dari orang itu, malah raut wajahnya menunjukkan bahwa ia sangat bingung dengan ucapan gue dari tadi. "Hah .... Lo bisu atau gimana, sih? Eh, tapi tadi lo ngomong, kan? Terus kenapa pertanyaan gue gak dijawab? Lo mau gue laporin ke Pak RT? Atau mau ke Pak RW? Duh gue laporin ke Pak Jokowi aja sekalian kali, ya?"

Dia benar-benar tidak menunjukkan ekspresi lain selain kebingungan. "Lo kenapa sih? Korban hipnotis? Apa gimana?"

Gue mulai muak dengan orang di depan gue ini. Benar-benar orang aneh! "Lo kok gak jawab juga sih? Gue bakalan ngusir lo kalau lo masih gak mau jawab! Dalam hitungan ketiga, kalau lo belom jawab juga, gue panggil satpam!"

"Satu ..."

"Dua ..."

"Dua setengah ..."

"Tiga!"

Gue mendorong tubuh orang tersebut agar menjauh dari kosan, tapi tenaga gue tidak sebanding dengannya. Sama seperti sebelumnya, tidak ada perlawanan dari dia saat gue mendorongnya. Otak gue mencoba berpikir bagaimana caranya agar orang ini pergi dari sini. "Udah lah gue panggil satpam aja, bener-bener orang aneh!"

Saat gue hendak berjalan menuju pos satpam, tangan gue pun ditahan olehnya. "Kau mau ke mana?"

"Lo nanya gue mau ke mana? Ya ngelaporin lo, lah! Apa lagi?"

"Aku tak mengerti," ucapnya sambil melepas perlahan tangan gue.

"Apa yang gak lo ngerti?" tanya gue dengan nada kesal.

"Lo?"

"HAH?" Gue semakin bingung dengan orang ini.

Dia gak ngerti gue? Atau bagaimana?

"Aku tak mengerti apa yang kau katakan. Tapi, aku tahu dari nada bicaramu itu kau tak suka aku ada di sini. Kenapa?"

"Hah ...?" Sekarang gantian gue yang dibuat bingung oleh orang aneh ini.

"Kenapa kau tidak suka aku berada di sini?" tanyanya lembut.

"Ya lo siapa? Gue gak kenal sama lo dan tingkah lo ini sangat creepy yet weird!"

"Lagi-lagi kau menggunakan bahasa yang aneh. Aku tak mengerti."

Gue terdiam beberapa saat, orang ini gak paham bahasa informal? Gue menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan pikiran dalam sekejap dan mengatur pola napas gue.

"Kau siapa?" tanya gue dengan nada yang mulai tenang, tidak setajam saat awal pertemuan tadi.

"Kau tidak mengenaliku?" tanyanya kaget. Matanya membulat ketika mendengar jawaban gue.

Excuse me? Did he just ask me a stupid question? Of course I don't know him! He's a stranger!

"Iya. Aku tak mengenalmu. Jadi, siapa namamu?" Dengan angkuh gue membalasnya.

"Kau benar-benar tidak mengenaliku?"

"Sudah aku jawab, iya! Aku tidak mengenalmu. Sekarang, kau boleh pergi keluar dari sini sebelum aku memanggil satpam untuk mengusirmu!"

"Satpam?" ucapnya dengan raut kebingungan lagi.

Tolong lah, ini orang dari zaman batu atau bagaimana? Masa gak tahu satpam, sih?

"Iya, satpam."

"Aku tak paham denganmu, kau benar-benar tidak mengenaliku? Aku pikir seluruh rakyat mengenaliku."

HELLO? Dia pikir dia siapa? Pak Jokowi? Dan apa tadi dia bilang, rakyat?

"Aku tidak mengenalimu dan justru seharusnya aku yang mengatakan demikian! Aku yang tak paham denganmu dasar orang aneh!" Gue berteriak seraya menatapnya penuh keheranan.

"Ah .... Sepertinya aku benar." Ia menghela napas berat, kemudian menyenderkan badannya yang bertelanjang dada itu pada tembok kosan. Sorot matanya terlihat kosong, wajahnya sangat frustasi.

Gue yang melihatnya seketika merasa bingung sekaligus ... kasihan? "Eh ... kenapa?"

"Negeri apa ini?"

Hah?

"Lo– maksudku kau baru saja bertanya apa nama negara ini?" kata gue, ia pun mengangguk lesu.

"Indonesia," jawab gue.

"Indonesia? Aku belum pernah mendengar nama negara ini."

Gue yang tak paham dengan isi pikirannya hanya bisa menatapnya bingung. "Memang kau darimana?"

"Aku dari Majapahit, apa kau tahu?"

Wait – Majapahit? MAJAPAHIT?

"Majapahit?" Gue bertanya dengan nada memperjelas.

"Kau tak tahu, ya? Mungkin negaraku memang belum sehebat negara ini, makanya kau tak tahu. Wajar jika kau juga tidak mengenaliku."

"Negaramu?"

"Iya, negaraku. Rupanya kau benar-benar tidak tahu tentang Majapahit." Ia menunduk lesu, seperti tengah menahan kekecewaan dan kesedihan yang bercampur menjadi satu.

"Tunggu! Aku tahu Majapahit! Tentu saja aku tahu!"

Ia menatap ke arah gue. "Kau tahu?"

"Iya! Tentu saja! Majapahit kan kerajaan besar yang tercatat dalam sejarah!" Setidaknya gue masih tahu apa itu Majapahit. Terima kasih kepada pelajaran Sejarah Indonesia dan Pendidikan Kewarganegaraan yang sudah mengenalkan gue pada kerajaan hebat ini!

"Apa kau mengenali rajanya?" tanyanya.

Gue mencoba berpikir sesaat. "Raden Wijaya?"

Ia menggeleng, kemudian tersenyum. "Itu kakekku."

"Hah?"

"Aku adalah Sri Rajasanagara," ujarnya sambil tersenyum hangat.

"Sri apa tadi? Rajanegara?"

"Sri Rajasanagara. Kau bisa memanggilku Hayam Wuruk."

"HAYAM WURUK?"

Gue benar-benar dibuat frustasi oleh orang aneh ini! "Lo bohong ya? Jelas-jelas Hayam Wuruk tuh hidup ratusan tahun yang lalu!"

Ia terlihat kaget dengan perubahan sikap gue yang sangat tiba-tiba.

"Jangan ngaku-ngaku! Ini tahun 2020! Mana mungkin Hayam Wuruk hidup selama 600 tahun lebih?!" lanjut gue.

"Sikapmu berubah," ucapnya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Gue sudah sangat muak dengan ini semua. Sepertinya orang aneh ini adalah penipu, mengingat banyak sekali motif penipuan akhir-akhir ini. Atau mungkin dia ini adalah pasien rumah sakit jiwa yang kabur?

Tak mau ambil pusing, akhirnya gue memilih untuk membuka pintu kosan dan masuk ke dalam serta mengunci rapat-rapat pintu dan jendelanya. Persetan dengan orang tadi, dia pikir dia siapa? Hayam Wuruk katanya? Jangan gila! Gue membiarkan laki-laki tadi berdiri di depan pintu kosan. Beruntungnya, kosan ini hanya dihuni oleh beberapa orang saja dan letaknya cukup terpencil dari keramaian. Matahari sudah terbenam, tapi orang aneh itu tetap saja berdiri di depan pintu kos gue.

Sebenarnya ... dia ini siapa?

👑👑👑

author's note:
welcome! gimana prolognya? lumayan panjang ya ^_^
aku harap kalian dapat menikmati cerita ini kedepannya, happy reading!!! <3

Continue Reading

You'll Also Like

3.2M 220K 31
Pemenang Wattys Award 2020 kategori Historical Fiction May contain some mature scenes Genre: Romance, Fantasy, Mystery Tanah Para Leluhur Universe #1...
30.1K 2.2K 86
Sebuah prahara cinta di era kerajaan Majapahit di mana masa pemerintahan raja Hayam Wuruk. Reina merupakan gadis dari masa depan. Di suatu saat Reina...
357K 30.8K 86
Terbit (Book 1 : Prolog-Part/Bagian 59, luangkan 60 menit waktu anda untuk membacanya) ''Mengapa saat do'a ku terkabul, hanya luka yang kudapat? Luka...
1.2M 36.4K 19
We are in different time, different world "Sejarah pelajaran yang membosankan!" begitu yang ada di benak Sarah. Seorang gadis yang sangat membenci p...