抖阴社区

Stolen Before Fallen

By dLovegood7

16.4K 2.2K 9.8K

Ayla, tanpa sengaja harus terlibat dalam hubungan yang rumit dengan Nata, seorang siswa pindahan yang seringk... More

Prolog
- 1 -
- 2 -
- 3 -
- 4 -
- 5 -
- 6 -
- 7 -
- 8 -
- 9 -
- 10 -
- 12 -
- 13 -
- 14 -
- 15 -
- 16 -
- 17 -
- 18 -
- 19 -
- 20 -
- 21 -
- 22 -
- 23 -
- 24 -
- 25 -
- 26 -
- 27 -
- 28 -
- 29 -
- 30 -
- 31 -
- 32 -
- 33 -
- 34 -
- 35 -

- 11 -

402 70 361
By dLovegood7

"Rak!"

Seorang lelaki yang tampak sibuk memasukkan baju gantinya ke dalam loker itu sontak menoleh. Beberapa waktu lalu ia mengganti seragam sekolahnya dengan setelan seragam tim basket angkatan kelas 12 IPA. Dalam rangka perayaan hari kemerdekaan, sekolah memang mengganti kegiatan belajar mengajar selama satu pekan dengan beberapa kegiatan perlombaan antar kelas maupun angkatan.

Hari ini adalah hari dimana tim basket kelas 12 IPA akan bertanding melawan tim basket kelas 12 IPS. Secara kebetulan, ia tergabung dalam tim basket kelas 12 IPA dan mendapat giliran bertanding hari ini.

"Oi!" balasnya berseru.

"Keisha di depan," ucap Dwiki yang kini tampak bersandar pada dinding seraya mengamati Raka yang tampak sibuk memakai sepatunya.

Dwiki tentu pun menyadari ketika sekilas lelaki itu tampak mengernyit.

"Dia nungguin lo." Dwiki berkata lagi. "Kalo udah kelar, langsung aja ke lapangan. Yang lain juga udah pada ke sana."

Raka pun lantas mengangguk singkat. Dwiki yang sebelumnya tampak berbalik secara tiba-tiba kembali menatap Raka. "Gue tau hubungan lo sama Ezra nggak baik. But please, kali ini kita satu tim. Gue nggak mau tim kita kalah cuman gara-gara lo berdua," peringatnya seraya menatap Raka penuh waspada sebelum akhirnya beranjak keluar dari ruang tersebut.

Raka terdengar mendengkus malas. Teman sekelasnya itu memang terlalu banyak bicara. Lagipula, ia sama sekali tak ada niat apapun. Ia tidak sekanak-kanakan itu. Ia pun tau kapan ia harus mengesampingkan urusan pribadinya.

Kecuali jika Ezra yang terlebih dahulu mencari gara-gara dengannya.

Setelah selesai, ia pun lekas beranjak. Dahinya tampak berkerut ketika ia mendapati Keisha yang rupanya masih setia berdiri di depan ruang ganti hanya untuk menunggunya.

"Ada apa?"

Gadis itu menarik napas dalam sebelum akhirnya membuangnya kasar. Setelah mengumpulkan keberanian, ia pun memutuskan untuk menatap Raka percaya diri.

"Gue mau kita tetep lanjut."

Sebelah ujung bibir Raka terangkat. Sedikit tak menyangka jika gadis itu jauh-jauh menemuinya hanya untuk mengatakan hal yang sebenarnya tak terlalu penting untuk dibicarakan. Raka memandang gadis itu remeh, mungkin Keisha memang telah kehilangan akal hanya karena perasaannya belaka.

"Apa untungnya buat gue?"

"Lo bisa manfaatin gue, kalo lo mau."

Raka mendecih. "Ternyata lo lebih nggak waras dari yang gue kira."

Gadis itu meremas roknya pelan. Rasanya ia sudah nyaris kehilangan harga diri karena berani datang pada lelaki yang ia cintai dengan cara seperti ini.

"Lo mungkin bisa lihat gimana reaksi dia setelah lo pacaran sama gue." Keisha menelan saliva. Sebelumnya, Ia tak pernah seberani ini berbicara dengan Raka.

"Oke," ujar Raka menyetujui. "Puas?"

Gadis itu menggigit bibir. Sejujurnya ia ragu, tapi mungkin inilah kesempatan satu-satunya yang ia miliki untuk mendapatkan hati lelaki tersebut. Gadis itu lantas mengangguk. Raka yang sejak tadi hanya mengamati setiap perubahan air muka Keisha hanya menggeleng tak habis pikir.

"Rak!" seru Keisha lagi ketika Raka telah berjalan beberapa langkah meninggalkannya. "Semangat tandingnya!" cicitnya pelan yang lantas membuat Raka mendengkus. Tanpa banyak membuang waktu, Raka pun bergegas pergi, mengabaikan Keisha yang masih tampak enggan melepaskan tatapan darinya.

Keisha menghela napas panjang. Tangannya tergerak memegangi dada sebelah kirinya yang berpacu cepat. Rupanya berinteraksi dengan Raka cukup membuat jantungnya merasa tak baik-baik saja meski tak lama. Ia lantas mengusap wajahnya kasar, mencoba meyakinkan diri bahwa ia tak sedang salah mengambil keputusan.

Tepat ketika Keisha membuka mata, ia sedikit terlonjak. Pasalnya, seorang lelaki yang baru-baru ini namanya cukup naik daun, entah datang darimana baru saja tampak begitu saja melewatinya. Apa mungkin lelaki itu baru saja keluar dari ruang ganti? Sejak kapan lelaki itu berada di sana? Mungkinkah lelaki itu mendengar pembicaraannya dengan Raka beberapa waktu lalu?

Ia lantas menatap ke sekeliling lorong yang kini benar-benar sepi. Hanya ada dirinya beserta segala hal yang berkecamuk dalam hatinya. Isi kepalanya pun seolah riuh, begitu ramai. Sama halnya dengan keadaan di lapangan basket saat ini. Teriakan demi teriakan pun mulai terdengar.

"KAK EZRAAA, SEMANGAAATT!!!"

"BISA PINGSAN GUEE LIAT ANAK-ANAK IPA!!"

"KAK EZRA KENAPA BISA KEREN BANGET SIH YA ALLAAH!"

"RAKAAA, WE LOVE YOU!!!"

"SAM, LO PASTI BISA, SAAM!"

"UH, ANDRE HOT KALI!"

"ITU YANG BARU DATENG KAK NATA BUKAN SIH?!"

"NATAKU SAYAAANG, MASUKINNYA JANGAN SAMPE SALAH!"

"KAK NATAAA, KALO MENANG, KITA KE KUA!"

Ayla seketika mendelik. Dapat ia dengar seorang gadis yang posisinya tak jauh darinya itu baru saja terdengar meneriaki Nata dengan embel-embel kalimat yang cukup membuatnya bergidik. Sepertinya para siswi di sekolahnya terlalu banyak mengkonsumsi drama fiksi remaja sampai berhalusinasi sedemikian rupa. Menggelikan pikirnya.

"Ay?"

Ayla menoleh, mendapati Dwiki yang tampak duduk di tepi lapangan tak jauh dari posisinya berdiri. Sejak tadi lelaki itu belum juga pergi setelah sebelumnya terlihat kembali mengikat kuat tali sepatu di sana.

"Lo teriakin nama gue ya."

"Hah?"

Lelaki itu menyengir, sebelum kemudian berjalan mendekati Ayla. "Ngenes banget tau, nggak ada yang neriakin," bisiknya sembari terkekeh pelan.

Gadis itu lantas mendengkus. Ayla sungguh tak peduli. Ia bahkan sebenarnya malas ikut bergabung di antara siswi yang kini tampak bersorak sorai menyerukan nama para pemain favorit mereka masing-masing. Jika bukan karena Melodi yang tadi menyeretnya ke dekat lapangan, ia mungkin sudah nyenyak tidur di kelas. Ingin kembali pun enggan, karena itu artinya ia harus membelah kerumunan para gadis di belakangnya.

"Woy, Ki! Buruan!" teriak Ezra dari tengah lapangan. Dwiki yang merasa terpanggil itu pun lantas mendecak. Ia pun semakin mendekatkan diri pada Ayla.

"Tau aja kalo gue lagi godain lu," bisiknya pelan yang tentu saja langsung dihadiahi oleh Ayla sebuah pelototan tajam. Lelaki itu hanya menyengir, sebelum kemudian pergi meninggalkan Ayla yang berdiri pada posisinya. Tak lupa ia juga menyempatkan diri untuk mengerling pada Melodi yang sejak tadi tampak mengamati pergerakannya ketika menghampiri gadis di sebelahnya.

Dan mulai terdengarlah suara-suara yang menyerukan nama Dwiki. Ayla seketika mencibir, terlebih ketika mendapati Dwiki yang menebarkan senyum jenakanya pada gadis-gadis yang menurut Ayla merupakan barisan siswi baru di sekolahnya. Lelaki itu bahkan tampak melempar ciuman jauh untuk gadis-gadis tersebut.

"Dwiki bisikin lo apa, Ay?"

Ayla seketika menoleh. Rupanya Melodi tengah menahan rasa ingin tahunya sejak tadi. "Nothing," jawab Ayla sekenanya. Netranya lantas bergerak ke sekeliling, berharap ia akan menemukan Keisha ataupun Randi. Paling tidak Ayla tak akan mati kebosanan jika saja ada dua temannya tersebut di dekatnya.

Namun, bukan Randi dan Keisha yang ia dapati. Netranya justru malah menangkap sosok lelaki yang sesekali tampak menatap ke arahnya. Ayla lantas menghela napas pelan, sedikit merasa kikuk. Sejak kepergian dari rumahnya sore itu, mereka tak lagi saling berinteraksi. Hanya saling melempar tatap dari kejauhan, sekalipun jarak kelas mereka saling berdekatan. Saat berpapasan pun mereka hanya saling curi pandang tanpa ada satupun yang bersuara atau sekedar menyapa.

Tidak penting juga, pikirnya. Toh, mereka memang tidak saling mengenal sebelumnya. Jadi, memang sudah sepantasnya mereka saling abai layaknya orang asing. Meski sebenarnya, Ayla mulai merasa bahwa kehadiran Nata mungkin tak seasing itu.

Pertandingan pun dimulai.

Tak lama, ponselnya bergetar. Sebuah notifikasi pesan yang berasal dari grupnya bersama Keisha dan Randi pun mulai menempati posisi teratas di ruang obrolan WhatsApp miliknya. Baiklah, rupanya ada cukup banyak pesan yang memang belum sempat ia baca sebelumnya, mengingat ponselnya yang baru saja kembali dari tempat servis. Meski tidak terlalu penting, ia tetap merasa sedikit lega karena beberapa pesan di ponselnya masih tersimpan baik. Setidaknya pesan Keisha dan Randi masih dapat ia baca sewaktu-waktu sebagai hiburan di kala ia merasa suntuk.

_____________________________________________

RUMPI SQUAD

Randi
Kei, lu nonton kagak?
Kelas IPS tanding ini!

Keisha
Liat nanti deh
Masih mager
Mending bobo di kelas
Tapi takut pacar gue ngambek

Randi
Hah? Siapa? Raka?!
Raka anak IPA, lo haram ya dukung dia!
Btw si Ayla nonton kaga?

Keisha
Ngapain pake nanya
Jelas kaga lah
Curiga dia udah cabut dari sekolah

Randi
Anjewwahaha
Ngilang mulu perasaan
Padahal mau gue kasih liat si anak baru
Gila cakep banget
Gakuadd hiks

Keisha
Ay, liat kelakuan temen lo Ay!!!

Randi
DEMI APA GUE LIAT AYLA DI PINGGIR LAPANGAN!!!
OMO!!

_____________________________________________

Ayla seketika mendengkus. Tanpa sedikitpun minat membalas, gadis itu berniat untuk memasukkan ponselnya ke dalam tas. Namun, urung ketika benda pipih itu telah kembali bergetar.

_____________________________________________

Keisha
Aw, buat siapa nih?
Curiga Ayla ada naksir sama yang lagi tanding
Siapa tuh aw aw

_____________________________________________

Ayla mengernyit. Ia benar-benar tak habis pikir dengan jalan pemikiran kedua temannya itu. Dengan gerakan malas, ia pun mengetikkan sesuatu di layar ponselnya.

_____________________________________________

Gue di barisan depan
Deketnya UKS
Siapapun plis temenin gue

_____________________________________________

Tepat setelah ia mengirim pesan tersebut, riuh tepuk tangan mulai terdengar, saling berseru seolah yang dilakukan tersebut benar-benar dapat memberikan semangat kepada para pemain. Gadis itu mendesis pelan. Permainan bahkan baru saja dimulai, tapi ia sudah tak sabar ingin segera pulang.

"AYO, ZRA!"

"KAK EZRAAA HEBAAT!"

Ayla pun menatap ke arah lapangan. Dapat ia lihat bahwa Ezra memang tengah menguasai permainan. Ia dribble bola itu dengan begitu lihai. Ketika lelaki itu ingin memasukkan bola tersebut ke dalam ring, teriakan histeris dari para penonton pun terdengar.

Dan ...

"Fuck!"

Tembakan Ezra meleset.

Entah untuk alasan apa, Ayla samar mengangkat sebelah ujung bibirnya. Kini bola telah beralih, Andre memegang kendali. Ia lempar bola tersebut pada teman satu timnya yang Ayla sendiri tak tau siapa.

"AYO, NIKO!"

Ah, Niko namanya. Gadis itu membuang napas kasar. Sekali lagi, ia melirik ke arah jam tangannya. Waktu terasa begitu lambat, pikirnya. Ia berjanji akan segera pergi dari tempat itu jika dalam waktu sepuluh menit, masih tetap tak ada hal yang menarik untuk ia tonton.

"Two points!"

Ayla benar-benar bosan. Netranya bergerak ke sekeliling. Ia pun mendapati Randi yang kini terlihat antusias berteriak dengan membawa poster bertuliskan "NIKAHIN AKU BANG!". Gadis itu pun seketika bergidik, Randi benar-benar belok sepertinya.

Ia juga tak melewatkan gadis menor yang terlihat mengenakan kaos berwarna merah jambu bertuliskan "GUE SAYANG MANTAN KETOS". Ayla pun memutar bola matanya malas. Gadis itu sepertinya memang masih menyimpan rasa pada Ezra. Dia adalah Sherly, gadis yang juga sempat dikabarkan dekat dengan Ezra. Tidak perlu merasa heran, memang seperti itulah rumor yang kerap Ayla dengar terkait Ezra yang pada masanya pernah digadang-gadang sebagai Ketua Osis Teladan Kesayangan Bapak Ibu Guru Sekaligus Idola Kaum Perempuan.

Ah, ingin sekali Ayla mencibir.

Ada lagi yang membuat Ayla menggeleng tak habis pikir. Beberapa siswi yang sepertinya berasal dari tingkat adik kelas terlihat dengan bangga mengangkat poster mereka masing-masing. Yang paling membuat Ayla semakin mendengkus adalah tulisan gadis bersurai hitam yang kini tengah menatap ke arah lapangan dengan tatapan memuja. Sudah dapat dipastikan, siapa yang tengah ditatap oleh gadis tersebut, jika posternya saja berbunyi, "MINGGIR! PASANGAN OTW SAH KAK NATA LEWAT!"

Meski Nata terkategori sebagai pendatang baru, rupanya ia sudah cukup memiliki banyak penggemar di sekolah. Mungkin memang benar kalimat yang seringkali disebutkan oleh Randi, "Beauty Privilege is real."

Ayla menghela napas panjang. Sepertinya mayoritas siswi di sana memang bukan bertujuan untuk menonton pertandingan, melainkan menonton idola mereka masing-masing di lapangan.

"COWO GUE EMANG HEBAT!" teriak gadis yang sejak tadi diamatinya itu. Refleks, ia pun beralih menatap ke arah lapangan. Kini, Nata terlihat menguasai permainan, men-dribble bola dengan gerakan memutar sebelum akhirnya ...

"Three points!"

Nata berhasil memasukkan bola dari luar garis pertahanan lawan. Lelaki itu tampak tersenyum puas. Dan tanpa diduga, lelaki itu menoleh, menatap ke arah dimana Ayla kini tengah berdiri menyaksikan permainannya. Untuk sesaat, netra mereka sempat bersibobok yang lagi-lagi berhasil membuat Ayla mendadak kikuk di tempat. Ayla mendesis, agaknya sedikit jengkel. Di antara sekian banyak momen, mengapa lelaki itu harus balik menatap ketika ia pun tengah menatapnya?

"Mel, serius Nata ngeliatin lo?" celetuk seorang gadis yang berdiri tak jauh dari Melodi. Ayla pun seketika menoleh. Ia bahkan mendapati Melodi yang kini tampak menggaruk tengkuknya kikuk sekaligus malu. Ayla lantas mengerjap, apa mungkin ia memang tengah salah lihat? Gadis itu merutuk malu dalam hati. Entah bagaimana bisa ia berpikir bahwa Nata baru saja menatapnya. Ia bahkan berpikir bahwa mata mereka saling beradu untuk beberapa saat. Sepertinya ia memang terlampau bosan karena terlalu lama berdiri di sana sampai menyebabkan dirinya berhalusinasi.

Baiklah, itu mungkin benar karena rupanya Ayla telah melewatkan banyak hal. Faktanya poin tim IPA kini mendapat 15 poin lebih banyak dibandingkan poin dari tim IPS. Di antara sekian penonton, mungkin hanya Ayla lah yang tak fokus menonton dan setengah mati merasa kebosanan di sana.

"WE WANT TO GO, GO, SCIENCE GO!
WE WANT TO FIGHT, FIGHT, SCIENCE FIGHT!
WE WANT TO WIN, WIN, SCIENCE WIN!
WE WANT TO GO, FIGHT, WIN, SCIENCE!!!"

Begitulah yang Ayla dengar. Dia memang berasal dari kelas IPA, tapi rasa-rasanya ia tak seantusias itu mendukung teman-temannya. Lagipula, ini hanya permainan. Baiklah, anggap saja dirinya memang sama sekali tak tertarik dengan pertandingan ini.

"YAAMPUN, GILA YA, ITU MURID BARU KEREN BENER!"

"ANJIM LAA, AKU MAU PINDAH HALUAN!"

"TARIK SIS!"

"SEMONGKO!"

Ayla membuang napas kasar. Apa-apaan sih ini, batinnya merutuk sebal.

"Ay!"

Gadis itu berjengit kaget ketika ia merasakan seseorang yang menepuk pundaknya secara tiba-tiba.

"Sumpah ya, tumben banget seorang Ayla nonton beginian," goda Keisha dengan kerlingan di matanya.

"By the way, gue mau kasih tau lo sesuatu," ucapnya tampak berbinar sebelum kemudian bersorak dan bertepuk tangan untuk menyemangati para pemain dari tim kelas IPS.

"WOHOOO, SEMANGAT KALIAAN!" Keisha berseru. Saat ini, para pemain diberi jeda waktu untuk beristirahat sebentar sebelum kembali melanjutkan pertandingan.

"Apaan?"

Keisha tak menjawab. Ia hanya tersenyum sekilas sebelum melambai ke arah lapangan. Ayla pun refleks mengikuti arah pandang gadis tersebut. Saat itulah, atensinya ikut tertuju pada Raka yang kini terlihat berjalan keluar dari lapangan.

Lelaki itu bahkan telah berjalan ke arahnya. Keisha yang semula berteriak mendadak berhenti dan mengikuti ke arah mana Raka menatap. Tentu saja, hal itu sedikit membuatnya merasa sesak. Bahkan ia tengah tepat berdiri di samping Ayla, tapi tetap saja atensi Raka hanya tertuju pada teman dekatnya, bukan pada dirinya.

"Tumben," ucap lelaki itu ketika tepat berada di depan Ayla. Lelaki itu tersenyum menggoda. Sekilas, ia tampak melirik ke arah Keisha yang berdiri di sampingnya. "Nunggu siapa?" tanyanya pada Ayla setelah menyempatkan diri menerima sebotol air mineral dari Keisha.

Kini ia merasa tak perlu berlebihan mengikuti permintaan Ayla untuk menjauhinya, terlebih ketika di sekolah. Ia pun tak harus merasa tak enak jika hendak mendekati gadis tersebut di depan Keisha, toh Keisha pun telah mengetahui perasaannya terhadap Ayla.

Ayla lantas melirik ke arah samping kanannya. Dahinya tampak sedikit berkerut ketika melihat interaksi antara Raka dan Keisha yang tampak tak biasa. Entah hanya perasaannya atau memang kali ini Keisha tampak bersikap lebih terang-terangan menyukai Raka dari sebelumnya.

Raka yang tatapannya sama sekali tak lepas dari Ayla itu seolah mengerti. "Gue pacaran sama Keisha," ucapnya pelan tetapi cukup membuat Melodi yang juga berdiri tak jauh dari Ayla lantas menatapnya terkejut.

"Lo pacaran sama Keisha?" sahutnya.

Tentu bukan ini yang Raka harapkan. Ia bahkan tak menyadari keberadaan Melodi di sana. Ia hanya berniat untuk membuat Ayla kesal, tetapi sepertinya tembakannya terlanjur salah sasaran.

"Iya, Mel." Kali ini, Keisha yang menyahut. "Kenapa?" Mendengar Keisha yang menjawab Melodi dengan begitu percaya diri kian membuatnya malas. Gadis yang bernama Keisha itu rupanya cukup tidak tahu malu untuk memamerkan hubungan mereka.

"Lo masih main?" tanya Ayla pelan yang sontak membuat fokus Raka teralih. Lelaki itu mengernyit. Pertanyaan Ayla terdengar tak biasa di telinganya. Sejak kapan gadis itu peduli terhadap apa yang dilakukannya. Hal tersebut sontak membuat lelaki itu sedikit tersenyum senang. Mungkin kali ini ia memang sedikit berhasil menarik perhatian Ayla melalui Keisha.

"Kenapa?" tanya Raka lembut. "Gue tau lo bosen di sini. Mau cabut? Atau gue temenin?"

Seketika fokus Melodi dan Keisha ikut teralih. Dua gadis yang sebelumnya tampak saling melempar tatapan tak ramah itu kini tampak semakin terkejut. Ucapan Raka sungguh sama sekali tak terprediksi.

"Kalo lo setuju, gue pamit dulu ke yang lain." balas Raka segera yang lantas berhasil membuat Ayla mendengkus, menahan kesal. Ia sudah bertanya pelan, bermaksud agar tak ada orang lain yang mendengar percakapan keduanya. Ia hanya bermaksud untuk meminta kejelasan terkait hubungan lelaki itu dengan Keisha.

"Maksud gue - "

"La!" Seseorang berseru. Keempat remaja dan bahkan beberapa siswa di sekitar mereka pun ikut menoleh ke arah sumber suara. "Jadi pulang bareng gue?" tanyanya setelah berhasil menghampiri gadis yang kini tampak bingung dengan pertanyaannya.

"What the fuck is this?!" Melodi sontak terdengar menggumam kesal. Tanpa pikir panjang, ia lantas pergi dari kerumunan siswa yang masih tampak setia menunggu babak selanjutnya dimulai. Lain halnya dengan Keisha yang seperti tengah mencerna maksud pertanyaan Nata seraya menatap Ayla penasaran. Ia benar-benar menunggu jawaban yang akan keluar dari mulut teman dekatnya itu.

Ayla seketika memutar otak, berusaha memahami maksud dari pertanyaan Nata. Mungkinkah lelaki itu tengah berusaha menyelamatkannya? Setelah cukup lama, gadis itu lantas menatap Nata seraya tersenyum canggung.

Ayla mengangguk.

Tidak hanya Keisha, Raka pun terkejut. Ia benar-benar tak habis pikir dengan gadis di hadapannya. "Are you kidding me?" geramnya tertahan.

"Sorry, maksud pertanyaan gue tadi adalah ... kalo emang lo masih main, gue minta tolong titip pesen buat Nata supaya dia nunggu gue di parkiran," ucap Ayla sedikit merasa aneh dengan kalimatnya sendiri. Sepersekian detik Raka tampak memicing, sepertinya Raka cukup pandai untuk menyadari kebohongannya. Ia lantas mendecak, sebelum akhirnya kembali ke lapangan.

Sekilas, Ayla tampak melirik ke arah Nata. Lelaki itu tampak menyusul langkah Raka setelah sebelumnya sempat mengedik singkat bahkan tersenyum mengejek ke arahnya. Entah apa yang sebenarnya lelaki itu pikirkan.

"Sejak kapan lo deket sama Nata?"

Kali ini Keisha yang bertanya, membuat Ayla seketika merasakan pening di kepala.

🌱🌱🌱

Usai sudah pertandingan basket antara kelas 12 yang pada akhirnya ditutup dengan kemenangan kelas IPA. Seluruh pemain tampak saling berjabat dan merangkul, yang berarti bahwa kedua tim harus bersedia untuk saling melupakan setiap hal dan kesan yang mungkin tidak menyenangkan selama pertandingan di lapangan.

Ayla yang sejak tadi bersedekap sembari mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya pelan tampak menatap lurus ke arah lapangan. Sesaat ia tampak berusaha membaca situasi dan kondisi antar pemain. Saat itu juga matanya kembali sekilas bersitatap dengan lelaki yang sejak tadi sungguh ingin ia ajak bicara.

Gadis itu menghela napas ketika ia menyadari pergerakan para pemain yang tampak berjalan bersama menuju ke arah kantin, kecuali Nata. Lelaki itu tampak sekilas meliriknya, seolah tengah menginstruksikan sesuatu. Ayla cukup terkesan, rupanya lelaki itu cukup pandai membaca isi kepalanya.

Tanpa pikir panjang, gadis itu pun mempercepat langkah untuk menghampiri Nata yang rasanya tetap lebih cepat, mengingat kakinya yang panjang juga langkahnya yang tentu lebih lebar darinya. Kini posisinya lebih tampak seperti ia tengah mengekori kemanapun Nata melangkah.

"Maksud lo apa?"

Nata tak menggubris. Ia justru masuk ke ruang ganti, mengabaikan Ayla yang rasanya telah siap untuk memaki. Gadis itu melirik sekilas papan kecil yang terletak di atas pintu. Sejenak ia tampak menghela napas sebelum akhirnya ia memutuskan untuk ikut masuk ke dalam ruangan tersebut.

"Maksud lo apa?" tanyanya lagi setelah matanya berhasil menangkap sosok Nata yang tampak sibuk membuka pintu lokernya. "Emang harus banget ya lo ngomong gitu depan banyak orang?"

"Shouldn't you say thanks?" balasnya tanpa sedikitpun menatap balik ke arah Ayla yang menatapnya penuh meminta penjelasan. "Three times."

"Lo bahkan punya hutang makasih tiga kali ke gue."

Ayla mendengkus. "I've paid for it."

"So, that's why you have nothing to say?"

Ayla pun menghela napasnya panjang. "Okay, thanks." Gadis itu lantas mengambil langkah kecil menghampiri lelaki yang tampak mencari sesuatu di dalam lokernya. "Thanks karena lo udah nolong gue waktu di studio, thanks juga karena lo udah bawa gue ke rumah sakit, then thanks buat hari ini."

"Puas?"

Lelaki itu tampak mengedik singkat. Sekilas tampak acuh tak acuh dengan keberadaannya di sana. Sepertinya memang percuma ia mengikuti lelaki tersebut sampai ke ruang ganti.

"Tapi tetep aja, harusnya lo nggak perlu sampe bikin orang lain salah paham."

Refleks, Nata menutup pintu lokernya pelan. Kali ini ia sungguh mengunci tatapannya pada gadis yang tampak berdiri di dekatnya. "Gue denger semuanya."

Ayla mengernyit, membuat Nata lantas menghela napasnya pelan.

"Mereka beneran pacaran," ucap Nata yakin. "And you know what?" Nata mendesah pelan. "Mereka cuman pengen liat reaksi lo."

"Dan yaa, mereka sukses bikin lo bereaksi." Nata menambahkan. "Gue tau lo temenan deket sama Keisha, dan reaksi lo tadi hampir bikin Keisha curiga seolah lo juga suka sama Raka."

Ayla tampak tertegun sesaat, sebelum kemudian membuang napasnya pelan. "Why do you care?" tanyanya setengah menggumam bahkan tanpa sedikitpun melepaskan tatapannya pada Nata, membuat lelaki itu lantas kembali menghela napas.

"Gue juga nggak tau soal itu," balas Nata seraya mengedikkan bahunya singkat. Ia lantas kembali membuka pintu lokernya, bermaksud untuk mengambil seragamnya.

"Tapi tetep aja, nggak seharusnya lo ngomong gitu di depan banyak orang," cicit Ayla lagi yang lantas membuat Nata kembali menutup pintu lokernya. Kali ini sedikit keras, agaknya ia menahan kesal.

"Kita cuman pulang bareng, kenapa harus salah paham?" tanyanya pelan setelah terlebih dahulu menarik napas dalam. "Nggak ada yang salah dengan pulang bareng."

Perlahan lelaki itu menggeser tubuh Ayla, mendorongnya lembut hingga punggungnya terasa tertubruk oleh susunan loker di sana. Dengan gerakan yang amat halus, Nata bahkan telah berhasil memenjarakan gadis itu di hadapannya. "Kecuali kalo mereka liat posisi lo sama gue sekarang."

Saat itu juga, barulah Ayla menyadari sedekat apa jarak di antara keduanya. Bersamaan dengan kesadaran Ayla yang baru saja terkumpul, pintu ruangan tersebut pun terbuka. Dapat Ayla lihat, segerombolan lelaki yang beberapa di antaranya cukup ia kenal tengah menunjukkan reaksi terkejut ketika menatap ke arah keduanya.

"Ay ... " Salah satu dari mereka terperangah. "Lo ngapain di sini?"

Seketika Ayla pun ingin menenggelamkan diri dalam bak mandi.

🌱🌱🌱

... to be continued ...

🌱🌱🌱

A/N.

Kok tiba-tiba nyampe sini?
Terus Ezra waktu itu pergi kemana ya?
Tenang sayang tenang!
Ada di part selanjutnya insyaAllah ya
Tenang sayang tenang!

Terima kasih untuk kalian yang selalu menyempatkan diri untuk mampir di tengah kesibukan RL. laff ❣

Continue Reading

You'll Also Like

2.2M 127K 63
"Valcano, aku kehujanan boleh minta tolong jemput aku?" "Jangan ganggu gue." 鈥⑩⑩ "Valcano, boleh minta tolong jemput aku?" "Gue lagi sama Messa." "Va...
10.8K 1.1K 53
Today I meet you, but tomorrow I lose you馃 鈻柂鈻 "Kita dipertemukan lewat kejadian saat kau jatuh dari motor, dan dipisahkan lewat kejadian itu juga?"...
587 137 105
sebuah hubungan membutuhkan kepercayaan, kejujuran, kesetiaan dan menghargai serta melengkapi ditambah dengan menerima, menerima semua kekurangan pas...
3.1K 386 38
{COMPLETE} "jangan salahin perasaan ini, perasaan ini datang tanpa diminta dan tanpa disuruh, cukup kita pandai mengontrolnya apakah mau lanjut atauk...