Satu bulan kemudian....
Taylor turun dari lantai atas setelah bangun dari tidur. Dia langsung menuju dapur dan tersenyum ketika melihat Carlos ada di sana, sedang memasak. “Morning,” kata Taylor, duduk di atas kursi pantry.
“Morning.” balas Carlos. Menoleh sekilas dan kembali fokus pada masakannya.
Taylor menopang dagu dengan sebelah tangan, menatap kegiatan Carlos yang sangat rapi. Beberapa piring yang terisi makanan sudah berjejer di hadapannya, ada juga piring yang masih kosong. Carlos sebenarnya bisa menyuruh kepala koki memasak, tapi dia tidak mau. Dia lebih suka Taylor makan masakan buatan dia sendiri, lagipula masakan dia enak.
Taylor tersenyum lebar tanpa dia sadari, penampilan Carlos yang sedang memakai apron terlihat lucu. Dia sampai detik ini masih iri dengan Carlos, pasalnya Carlos lebih hebat memasak daripada Taylor.
Carlos mematikan kompor setelah selesai. Dia menyuruh Taylor sedikit menjauh karena wajan yang dia pegang masih panas dan dekat sekali dengan posisi Taylor. Dia membagi-bagi makanan itu ke piring yang sudah disiapkan, lalu meletakkan wajan tadi ke wastafel.
“Ayo pindah ke meja makan,” ajak Carlos, membawa beberapa piring ke atas meja. Taylor juga membawa piring yang lain ke sana.
Mereka duduk berhadap-hadapan. Carlos tersenyum melihat Taylor yang sangat antusias menyambut sarapannya. Dia langsung mengambil sendok dan garpu, menyantap makanan tersebut. Ada steak daging, sayuran, omelet dan potongan sosis.
“Pelan-pelan, kamu kelihatan seperti tidak makan seminggu saja.” kata Carlos sambil terkekeh. Taylor menatap Carlos tajam.
“Kamu tahu aku sedang hamil anakmu, bawaannya selalu lapar. Kenapa? Aku gendut, ya?” tanya Taylor, sambil memegang pipinya saat menyadari sesuatu, padahal Carlos tidak pernah menyinggung pembicaraan paling sensitif bagi para wanita itu.
“Tidak, kamu hanya tambah chubby saja. Honestly, that’s sexy, apalagi kamu sedang hamil.” jawab Carlos, tersenyum menggoda.
Taylor memutar bola mata. Selalu jawaban yang sama. “Bilang saja kalau aku gendut.” balas Taylor, Carlos hanya menggeleng pelan.
“Kamu tetap sexy, jangan takut aku berpaling karena hatiku hanya untukmu.” kata Carlos, Taylor terkekeh.
“Gombal!”
Mereka sama-sama tertawa, lalu melanjutkan makan dalam diam. Carlos akhir-akhir ini selalu berangkat ke kantor siang hari. Jadi Richard yang harus mengurus beberapa pekerjaan dulu. Kalau ada meeting, baru Carlos berangkat pagi. Lagipula hampir seluruh karyawan Reyns Technology adalah orang-orang Darkest Clan yang ahli dalam dunia teknologi. Jadi tidak mungkin ada yang berkhianat.
Sampai detik ini Taylor tidak tahu sama sekali tentang Darkest Clan, dia tidak akan tahu sampai kapanpun. Itu adalah rahasia Tom sampai mati dan Carlos akan menjaganya. Kemungkinan besar kalau Ashton yang mengambil alih Darkest Clan, dia akan mengekspos dirinya, tidak seperti Tom yang bersembunyi dalam kegelapan.
Taylor tiba-tiba teringat sesuatu, dia menatap Carlos dengan mata terbelalak. “Carl... aku harus periksa kandungan hari ini. Astaga, aku hampir lupa.” kata Taylor, cepat-cepat menghabiskan makanannya.
“Pelan-pelan Taylor, jadwal pemeriksaannya nanti jam sepuluh, sekarang baru jam delapan. Aku sudah membuat janji dengan Flavia.” kata Carlos.
Taylor menghela napas. “Seharusnya kamu memberitahuku sejak tadi.” balasnya.
“Sorry, tadi aku fokus memasak. Ya sudah, sehabis makan kamu bisa langsung mandi. Kita akan menemui Flavia nanti.” kata Carlos, langsung diiyakan Taylor.
🍸🍸🍸
Carlos dan Taylor sampai di rumah sakit, mereka masuk ke dalam gedung tersebut bersama beberapa penjaga keamanan mereka. Sampai detik ini, media masih gencar mencari kabar tentang Carlos dan Taylor, terutama kehamilannya yang beberapa kali terekspos karena paparazzi.
Satu bulan lagi Taylor masih harus bed rest. Tapi Taylor orang yang cepat bosan, jadi dia tidak tahan untuk tidak keluar. Dokter Flavia bulan lalu yang datang ke mansion untuk memeriksa Taylor, katanya kandungan Taylor sudah membaik dan normal, makanya wanita ini ingin cepat-cepat keluar.
Mereka masuk ke ruang pemeriksaan Dokter Flavia. Taylor tersenyum lebar ketika bertemu dengan Dokter Flavia. “Morning, Taylor.” sapa Dokter Flavia.
“Morning, sepertinya Carlos sudah memberitahumu.” balas Taylor sambil duduk di hadapan Dokter Flavia.
Dokter Flavia mengangguk. “Ya, dia suami yang siaga, aku masih tidak percaya kalau dia adalah Carlos Reynalds.” kata Dokter Flavia sambil terkekeh. Carlos hanya memasang wajah datar, memangnya dia tidak boleh menjadi suami siaga?
“Kalau begitu kita langsung saja, aku juga tidak sabar melihat perkembangan bayi kalian.” kata Dokter Flavia seraya bangkit dari duduknya dan mempersiapkan alat-alat USG.
Taylor berbaring di atas brankar. Dokter Flavia mengangkat pakaian Taylor, sehingga memperlihatkan perut buncitnya yang telanjang. Dia lalu mengoleskan sedikit gel di atas perut Taylor dan meletakkan alatnya di sana.
Dokter Flavia fokus pada layar yang ada di depannya, begitupun Carlos. Taylor tidak dapat melihat karena sulit untuk menolehkan kepala. Tanpa sadar, bibir Carlos terukir ke atas, dia tersenyum saat melihat gambaran janin yang sudah cukup besar tertampil di layar hitam putih itu.
Kandungan Taylor sudah mencapai usia lima bulan lebih, menjelang enam bulan. Taylor mulai penasaran melihat tatapan Carlos yang takjub, walau setiap melihat gambar USG wajah Carlos memang selalu seperti itu. Tetap saja Taylor penasaran dengan bayinya.
“Aku punya kabar baik, posisinya normal dan juga, apa kalian ingin tahu jenis kelaminnya? Aku sudah melihatnya,” tanya Dokter Flavia.
“Tidak.” jawab Carlos.
Dokter Flavia dan Taylor sama-sama menatap Carlos bingung. “Why?” tanya mereka bersamaan.
“Kamu lupa? Kita akan mengadakan baby shower nanti.” jawab Carlos, Taylor terkejut.
“Oh astaga, aku melupakannya.” balas Taylor. Karena insiden satu bulan yang lalu, dia jadi melupakan semua rencana mereka.
Dokter Flavia tiba-tiba bertepuk tangan. “Kalian harus mengundangku dan Peter. Kau tahu aku memegang kunci jenis kelamin bayi kalian.” katanya. Dia sangat suka dengan yang namanya acara baby shower.
“Ya, kalau tidak aku yakin kau akan meneror kami. Jadi jenis kelaminnya bisa kau rahasiakan dulu.” kata Carlos, Dokter Flavia mengacungkan jempol.
“Well, sejauh ini kondisi bayi kalian sangat sehat. Taylor tetap tidak boleh melakukan pekerjaan berat, untuk berjaga-jaga agar tidak terjadi hal buruk. Tetap jaga pola makan dan kesehatan.” pesan Dokter Flavia, Taylor mengangguk.
Setelah pemeriksaan selesai, Carlos dan Taylor pulang dari rumah sakit. Siangnya Carlos berangkat ke kantor dan menyuruh Phoebe yang akhir-akhir ini sangat santai untuk ke mansionnya dan menemani Taylor.
🍸🍸🍸
Hari sangat gelap, jam menunjukkan pukul 01.00 pagi. Taylor tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Dia menoleh ke samping dan melihat Carlos yang masih tidur, napas dia teratur. Taylor tiba-tiba menginginkan sesuatu yang sudah pasti tidak bisa dia dapatkan di mansion ini.
Mau tidak mau, Taylor mengguncang tubuh Carlos pelan, membangunkannya. “Carl....” panggil Taylor pelan.
Carlos masih belum bangun, Taylor mengguncang tubuh pria itu lebih kuat lagi. “Carl....” panggilnya lebih keras kali ini.
Carlos langsung membuka mata dan menatap Taylor terkejut. “Ada apa? Perutmu sakit?” tanya Carlos, panik sendiri. Taylor tidak bisa menahan tawanya. Kalau sudah begini, tidak ada fase mengumpulkan nyawa bagi Carlos.
“Tidak, aku hanya ingin sesuatu.” jawab Taylor, seketika Carlos mengembuskan napas lega.
“Apa yang kamu inginkan?” tanya Carlos.
“Aku mau apel.” jawab Taylor.
Carlos langsung menyibak selimut dan turun dari ranjang. “Aku akan menyiapkan untukmu.” balas Carlos, sambil menepuk kepala Taylor pelan.
“Tapi aku mau yang langsung dipetik dari pohonnya.” kata Taylor, membuat Carlos terkejut.
“Langsung dipetik....” Carlos kehabisan kata-kata, pikirannya mulai berkelana, di mana dia bisa mencari pohon apel di sini? Terlebih hari gelap begini.
Taylor mengangguk. “Aku mau apel yang langsung dipetik dari pohonnya.” kata Taylor lagi.
Carlos terdiam, dia masih berpikir keras di mana dia bisa mendapatkan apel dari pohonnya. “Tidak bisa, ya?” tanya Taylor sedih, melihat Carlos yang tidak merespon ucapannya.
“Tunggu sebentar aku akan mencoba menelepon seseorang, kurasa di tempatnya ada pohon apel.” jawab Carlos, tidak mungkin dia menolak permintaan Taylor. Dia akan berusaha memenuhi apa yang diinginkan wanitanya.
Carlos mengambil ponsel dan menelepon seseorang. Cukup lama, sampai deringan keenam panggilan itu baru tersambung. “Hmm?” itu suara yang pertama kali Carlos dengar dari seberang sana.
“Kau sedang tidur?” tanya Carlos.
“Kau mengganggu tidurku, ada apa? Langsung saja!” pinta Ashton, suaranya serak.
“Apa di sana ada pohon apel? Kau ada di gedung, kan?” tanya Carlos sedikit berbisik, takut Taylor mendengar.
“Hmm... di sini banyak pohon apel, kenapa kau bertanya?” tanya Ashton, suara dia mulai berbeda dan Carlos yakin pria itu sudah terbangun sepenuhnya.
“Aku akan ke sana, istriku sedang ngidam dan menginginkan apel langsung dari pohonnya.” jawab Carlos. Terdengar kekehan dari Ashton.
“Kau sedang bercanda.” balas Ashton.
“Apa aku terdengar sedang bercanda? Kau tidak boleh tidur kembali. By the way, apakah buahnya bersih dan bagus?” tanya Carlos.
“Tentu saja, mereka merawatnya, tetapi jaraknya sedikit jauh dari gedung. Yang benar saja, ini jam satu pagi. Kau gila, memetik apel di jam segini.” balas Ashton tak habis pikir.
Di bagian lain, sedikit jauh dari gedung Darkest Clan yang tampang luarnya cukup mengerikan itu. Memang terdapat pohon apel yang tumbuh liar, tapi kadang-kadang kalau pengikut Darkest Clan sedang memiliki waktu senggang, mereka akan merawat pohon itu dan buahnya nanti akan dipetik untuk dijadikan asupan kalau mereka tidak bisa ke kota untuk membeli makanan, karena pekerjaan yang padat.
“Untuk memenuhi keinginan istriku, apapun akan aku lakukan. Kau akan mengalami hal yang sama ketika sudah menikah nanti.” kata Carlos.
“Aku tidak akan menikah.” balas Ashton.
“Persetan.” kata Carlos, lalu memutuskan panggilan itu secara sepihak. Carlos berbalik dan menatap Taylor yang sejak tadi melihatnya dengan tatapan polos, sambil tersenyum manis.
“Beri aku waktu tiga puluh menit, aku akan kembali membawa sekarung apel untukmu.” kata Carlos, Taylor tersenyum senang dan mengangguk cepat.
Carlos mengambil mantel dan turun ke bawah, membangunkan Richard yang hari ini tidur di kamar bawah. “Kita ke gedung Darkest Clan sekarang. Aku ingin memetik apel di sana.” kata Carlos, ketika Richard keluar dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka, pria itu terkejut mendengar perkataan Carlos.
“Sekarang?” tanya Richard, memastikan.
“Ya, sekarang.” jawab Carlos.
Jarak mansion ke Darkest Clan sebenarnya cukup jauh, tapi berhubungan hari sudah gelap dan kendaraan yang berlalu-lalang sudah tidak terlalu banyak, Richard bisa mengebut lebih cepat untuk sampai ke sana. Carlos harus pulang tepat waktu agar Taylor tidak marah dan menangis karena keinginannya tak terpenuhi.
🍸🍸🍸
Jangan lupa tekan tanda bintang (vote) and comment 😊
IG : @angels_968
Note : picture source from pinterest
Vous Atteindre
©2020 Angel Hwang
All rights reserved