Gadis cantik dengan balutan piyama panjang memandang sudut kamar dengan gelisah. Berjalan mingintari seluruh penjuru ruangan. Mengerutkan alis mencari sang suami. Aidar belum juga pulang. Jarum jam menunjuk angka 12. Asa pun juga ikut tidak bisa terlelap nyeyak. Kebingungan dimana keberadaan suaminya sekarang. Ingin menanyai Aidar, akan tetapi pulsa Asa habis tak tersisa.
Lelah berjalan, Asa berhenti menghadap laci samping sofa. Inisiatif membuka kotak kesatu, alangkah terkejutnya Asa. Gadget pintar Aidar tertinggal dilaci itu. Bagaimana bisa, sang suami kelupaan membawa benda amat penting?. Merasa ada yang janggal, Asa segera membuka Hp Aidar. Menekan tombol panggilan, lalu menghubungi Uzi.
"Napa Dar?"
Panggilan Asa bisa terhubung dengan Uzi. Ia tersenyum lega. Menanggapi Uzi dengan penuh harap. "Ini Asa kak,"
"Oh, Asa! Kenapa Sa?"
"Tolong bantu Asa nyari kak Aidar. Dia dari tadi pergi belum pulang juga," pinta Asa seraya menggigit ujung kuku.
"Lah, emang si curut kemana?" tanya Uzi dari seberang sana.
"Kalau Asa tahu dimana Kak Aidar. Asa gak bakalan minta tolong buat bantu cari," jawabnya memutar bola malas.
"Hehehe. Oke oke Sa, gue bantu cari sekarang,"
❤❤❤
Dentuman musik memekakkan seluruh indra. Goyangan memukau ditampilkan para insan disini. Bersolek gemulai mengikuti irama lagu. Ayunan tubuh yang membuat setiap orang tak bisa menahan hawa nafsu. Minuman haram berderet rapi pada rak khusus. Senang hati melayani semua orang.
Barisan wanita dengan rok mini dan baju kurang bahan lengkap ditempat ini. Saling merayu, membujuk pria hidung belang. Lampu kerlap kerlip menambah kesan bahagia bagi mereka. Memegang, mengapit, serta meraba hal tidak semestinya. Lautan para manusia yang tengah menghibur duka.
Disudut ruangan, Aidar terkapar sebab kebanyakan minum. Meracau tak jelas menyebut nama sang istri. Rasanya, tak cukup minum dengan dua botol. Aidar melambaikan tangan meminta minuman lagi.
"Woii, yang ada disana. Gue minta minum lagi! Ahh, Asa sayang. Gue marah sama lo," racau Aidar.
Yang dipanggil pun, mengangguk lalu menyerahkan permintaan Aidar tanpa ragu. Lelaki berjambul cetar cengengesan seraya meminumnya dengan cepat. Merasakan setiap teguk air itu.
"ASA! LO BERANI YA DATENG KETEMPAT HARAM ITU?! HAHAHAHAHA," teriaknya lantang hingga semua orang menatap heran Aidar.
"Ih, tapi gak mungkin. Lo itu kan bocah lugu! Sini Asa sayang. Sama gue sini aja," ujarnya lagi.
Disudut berbeda Uzi, Ben, dan Bang Sat kebingungan mencari Aidar. Menyingkirkan rayuan wanita yang ingin mengajaknya bermain bersama. Menarik nafas dalam mengerutuki kebodohan Aidar. Selepas Uzi ditelpon Asa, ia bergegas menghubungi dua cecunguk lainnya. Membawa mereka ikut serta mencari suami muda. Pikiran Bang Sat mengarah ada tempat ini. Club, karena ia yakin setiap ada masalah. Orang orang akan memilih meredam luka disini.
"Eh buset!! Itu si Aidar teler disitu," pekik Ben menunjuk sudut ruangan. Uzi dan Bang Sat menoleh, ternganga melihat Aidar berceloteh sembari tertawa sumbang. Meneguk botol yang Aidar pesan tadi. Tanpa basa basi, mereka berlari menghampirinya.
"EH CURUT! NGAPAIN LO KESINI?" jerit Ben terpaku memperhatikan Aidar yang lepas kendali.
"Eii, siapa lo?! Hah?" ucap lelaki berjambul cetar lantas meneguk kembali minumannya.
"Ohh, lo selingkuhannya istri gue ya? Ngaku lo!" lanjut Aidar menuduh Ben.
"Ni anak mulai kagak waras," lirih Bang Sat prihatin.
Uzi tak bergeming, ia memindai seluruh tubuh Aidar. Mematung sembari membelalakkan mata kaget. Tak menyangka jika Aidar berani menapak pada tempat ini. Sebelumnya, ia tidak pernah melihat Aidar berada di club. Apakah masalah Aidar dengan Asa sehebat ini?.
"Udah, ayo pulang! Bini lo udah nungguin," ujar Uzi menghentikan lamunan.
Aidar berjalan patuh. Sempoyangan menumpu tubuh, berusaha tegak. Akan tetapi percuma, ia tidak bisa. Alhasil Uzi, Ben, dan Bang Sat membantunya menuntun keluar.
"Lo kalau mau gila jangan kesini. Nanti gue ajarin!" jelas Bang Sat malas.
❤❤❤
Setiba diperkarangan rumah Aidar, Uzi mengetuk pintu keras. Menumpu tubuh krempeng Aidar, tidak seenteng yang dikira. Badannya terus saja terayun dalam dekapan. Bang Sat terus mengusap kasar kepala Aidar. Bermaksud untuk menyadarkan sahabatnya agar kejadian ini tak terulang. Besok mereka ada jadwal ujian, apakah bisa Aidar mengerjakan soal dengan tenang? Tak dapati jawaban, Ben langsung mendobrak pintu rumah. Sedikit mendorong tubuh Aidar agar masuk kedalam. Laki laki itu terus saja meracau tak jelas. Meneriaki nama Asa sambil tertawa cekikikan.
"ASSALAMUALAIKUM ASA!" teriak Uzi kesal.
Gadis berlesung pipit tersentak memdengar teriakan Uzi. Tak tinggal diam, Asa lekas berlari ke bawah. Menapaki setiap tangga dengan cepat. Saat ia berada ditangga paling ujung, tubuh Asa serasa tak bisa digerakkan. Berhenti terpaku memandangi Aidar yang sudah terkapar. Wajahnya sangat menyeramkan bagi Asa. Bau menyengat menyapu indra penciumannya. Asa spontan menutup hidung.
"Astaga, Kak Aidar!" jeritnya. Asa mendekati sang suami. Menarik lengan Aidar lembut. Uzi dan Bang Sat menyerahkan Aidar pada Asa. Tersenyum lega mengetahui istri dari Aidar yang tampak bahagia.
"Tadi suami lo ke club, entah apa yang dilakuin Aidar ke sana. Kita tahu nya dia lagi mabuk," jelas Ben.
"Si curut emang gitu. Sukanya bikin semua orang geregetan," lanjut Bang Sat.
Uzi ingin sekali bertanya perihal masalah Asa dengan Aidar. Namun, ia bungkamkan kembali. Tidak pantas rasanya jika ikut campur urusan rumah tangga orang. Sekalipun Aidar adalah sahabatnya. Merasa sudah cukup mengembalikan curut satu. Uzi beralih melihat jam tangan.
"Udah jam segini Sa, kita balik dulu ya. Jaga in Aidar,"
Asa menyangga tubuh Aidar, mengangguk setuju menjawab Uzi. "Terimakasih banyak kak, hati hati dijalan,"
❤❤❤
Ia menuntun Aidar melewati tangga. Mendekap lengan sang suami. Aidar juga belum berhenti berceloteh. Asa pun hanya mesam mesem ketika namanya disebut oleh Aidar. Memang suaminya itu tengah mabuk berat. Tapi tak urung membuat hati Asa menghangat.
"Kak, duduk dulu disini ya. Asa mau ambilin baju ganti," Asa mendudukkan Aidar diatas kasur. Melepas satu persatu kancing baju Aidar.
Tanpa diketahui oleh Asa. Aidar terperangah menatapnya. Membasahi bibir bawah, Aidar perlahan mengusap tangan Asa. Jari lentik Asa menggairahkan di mata Aidar. Asa menghentikan kegiatannya, memandang balik wajah Aidar yang terselimuti nafsu. Nafasnya tersenggal senggal seraya mempercepat usapan tangan. Asa yang mulai merasa risih, mundur menjauhi sang suami.
"Kak? Kak Aidar kenapa?" mimik muka Asa menegang, memejamkan mata berdoa agar tidak terjadi hal diluar akalnya.
Aidar mendatanginya, meraih kembali tangan Asa. Rambut gerai Asa membuat Aidar tidak bisa menahannya lagi. Ia langsung menarik tubuh Asa dan menghempasnya di atas ranjang. Menjadikan Asa menjerit hebat.
"AKHH!"
Lelaki itu menindih tubuh mungil Asa. Membelai paras cantik sang istri. Netra hitam membius Aidar seolah menyetujui rencana gilanya kali ini. Asa berusaha mengelakkan tangan Aidar. Akan tetapi energinya tidak bisa menyeimbangi. Ia mendesah kecewa, barangkali hari ini Asa harus menyerahkan semua pada Aidar. Ia harus terima, menolaknya pun percuma. Aidar sudah dituntun oleh nafsunya sendiri.
"Gue mau ajak lo mengelilingi indahnya surga dunia sayang," suara serak Aidar semakin menjadikan Asa dipenuhi kecemasan.
"Asa masih sekolah kak. Asa mohon kak, sadar!" tangis Asa pecah. Sesegukan meminta dilepaskan dari tindihan Aidar.
"Itu masalah gampang, sekarang ikut gue. Jangan jadi istri durhaka,"
Dan malam ini, malam dimana Asa mempersembahkan aset yang selama ini ia jaga baik baik. Kesuciannya diambil oleh sang suami. Biarkanlah kali ini mereka terbang mengangkasa menikmati pernikahannya. Hari esok? Itu sebuah misteri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Darsa (END)
RomanceNikah sama mantan pacar? Ini tentang aku, kamu, dan dia. Rahasia yang terbingkai apik dalam deretan kedustaan. Keangkuhan dan kegengsian nyatakan asmara. Pesonamu telah meluluhlantakkan jiwa. Kepercayaan kuhaturkan padamu, wahai suamiku. Namun nyata...