抖阴社区

3.

7.3K 682 112
                                        

**

Setiap kedipan mata Al, turun satu tetes berisi sepuluh ribu kesakitan yang dia rasakan, tubuhnya seperti kehilangan tulang.

Tangannya menggenggam erat besi di pinggir ranjang. Setelah tak lama dari itu, seorang suster menghampirinya,

"Maaf pak, waktu nya sudah habis ya, tolong bapak tunggu di luar, supaya pasien bisa istirahat" ucap nya

Dengan suara nya yang hampir tak terdengar, Al mengangguk pelan dan berlalu, menyisakkan tatapan pilu nya pada tubuh kecil yang tergeletak tak berdaya di atas ranjang dengan selang infus di tangannya.

"Papa tunggu di luar ya nak" ucap Al lalu menutup sempurna pintu ICU menyedihkan itu.

Andin menatap suaminya dengan tatapan yang tak bisa Al artikan, lalu sesaat kemudian dia mulai menunduk.

"Ndin, kamu pulang ya" ucap Al dengan posisi bersimpuh di depan tubuh istrinya, Andin menatap sayu ke suaminya, lalu menggeleng pelan,

"Andin, dengerin saya,.."

"Kasian Arga, dia gak bisa jauh dari kamu, kan?" tanya Al

Andin masih diam,

"Reyna biar saya yang jaga"

"Aku mau nemenin kamu" ucap nya pelan,
"Ndin, anak kita ada dua, kita harus bagi tugas sekarang, kamu jagain Arga, saya jagain Reyna. Saya akan kabari kamu terus"

"Janji?"

"Iya, janji. Kamu juga harus janji satu hal"
"Apa?"

"Jangan stress, berpikir yang baik, selalu positoif thinking. Reyna akan sembuh" ucap Aldebaran
Sebuah upaya yang selalu Al lakukan setiap kali Andin dalam ketakutan, dia selalu menjadi penenang Andin dalam situasi apapun.

Padahal tembok juga tau betapa hancurnya Al saat itu.

"Saya antar kedepan ya" ucap Al. Dia mengulurkan tangannya, menatap Andin dengan sedikit senyuman penguat hati,

"Ayo"

Andin beranjak, lalu menatap sekilas ke arah pintu ICU, seperti tak ingin meninggalkan putri kecilnya sendiri di dalam sana.

"Kamu tenang aja, semua akan baik-baik aja. Jaga Arga ya di rumah ya"

Al menarik lengan Andin lalu mencium keningnya, untuk beberapa detik dia menahannya, seakan ingin memberi kekuatan pada Andin lewat sisa-sisa kekuatan yang dia miliki.

Meski bukan anak kandungnya seperti Arga, tapi cinta Andin pada gadis kecil yang di bawa nya pulang sore itu begitu besar.

Tak pernah sekalipun Andin membedakannya dengan Arga,

Setiap Arga di belikan baju, Reyna pasti dapat, setiap Arga dapat sepatu, Reyna pasti juga di belikan, semua yang Arga punya, Reyna harus punya.

Meski kadang gadis kecil itu menolak, tapi Andin selalu dengan senang hati memberi gantinya, sesuai apa yang Reyna butuhkan.

"Pokoknya, kalau adik Arga beli, kakak juga beli. Walaupun gak sama, yang penting kakak juga harus beli sesuatu" kalimat yang selalu Andin katakan setiap kali Reyna menolak pemberiannya.

Gadis yang baru genap berusia 5 tahun itu, tidak pernah menuntut apapun, setiap dia ingin sesuatu, dia selalu bertanya dengan baik ke orang tuanya, apa dia bisa dapatkan yang dia mau. Pun jika tidak, dia tidak akan mempermasalahkannya.

Andin sudah di dalam mobil, dengan tangisan dan sesegukan nya. Dia memeluk dirinya sendiri, bersama deru suara mobil dan angin yang menerobos masuk melalui jendela nya yang sedikit terbuka.

SECRET 2 : DEBARANDINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang