"Saya ada, di rumah"
"Kamu masih sama ..."
"Enggak"
"Belum selesai Al"
"Saya udah tau ujung pertanyaan kamu. Ra, sorry ya, saya harus pulang, udah di tunggu"
"Di tunggu? Sama pacar kamu? Dia ulang tahun? Atau kamu sama dia lagi anniv? Kok lilinnya angka 6? 6 tahun ya?"
"Oh, enggak kok, ini kue buat anak saya""DEG!!!"
"Anak?" mata Rara membulat,
"Iya, saya udah nikah, anak saya udah dua, hari ini anak saya yang kedua usia nya 6 bulan, istri saya mau bikin acara di rumah"
Rara menelan ludah kasar, lalu menatap Al dengan mulut terbuka,
"Rara, thanks ya, saya harus pulang"
"Al... kenapa sih? Aku cuma mau bicara sebentar" kata Rara"Maaf Ra, saya gak bisa"
"Al, please... lima menit aja" Rara berdiri menghadap Aldebaran, lalu tersenyum getir,
"Al...""Rara, kita sama-sama tau, siapa yang paling menyakiti diantara kita, kamu tau, betapa saya tega meninggalkan kamu saat itu kan?"
"Al, itu bukan salah kamu. Kamu gak salah. Aku yang salah karena aku sendiri yang menyembunyikan sakit aku ke kamu"
"Apapun alasannya, saya yang salah Ra"
"Aku udah maafin kamu Al""Thanks ya, saya minta maaf, tapi sekarang saya udah punya hidup baru, dan saya gak mau Ra, ada perempuan lain yang terluka lagi karena saya"
"Maksud kamu?""Ra, dulu saya menyakiti kamu, lalu saya terluka, saya gak tau mana yang lebih parah, tapi saya sangat sakit saat itu. Dan saya paham itu pasti karena kesalahan saya di masa lalu. Dan sekarang, saya gak mau menyakiti perempuan yang bersama saya Ra, udah cukup"
Aldebaran bangkit dari kursi nya, beberapa detik, Rara menahan tangan Aldebaran, tapi pria itu berhasil menepisnya. Dengan langkah cepat, Al berjalan meninggalkan Rara yang masih mematung. Dia tau, dulu, Rara lah yang paling terluka saat Al harus pergi, saat Al harus memilih Laras, perempuan jalang yang ternyata tega melukainya.
Mungkin, Al menerima balasan dari rasa sakit Rara saat itu, namun sudah, semua nya hanya perihal tentang masa lalu. Rara juga pasti sudah bahagia, sedangkan Aldebaran, dia juga sudah memiliki hidupnya, istri yang baik, anak-anak yang sehat dan cerdas, mama yang sangat mengerti dan papa nya yang sering menyebalkan.
Al menoleh ke belakang, menatap Rara nanar dengan banyak gejolak di pikirannya. Saat itu, ketika Al meninggalkan Rara, adalah saat dimana Rara benar-benar membutuhkannya. Rara sedang terbaring di rumah sakit, sedangkan Al dengan tega nya justru meninggalkan Rara, dengan ketidaktahuan perihal apa yang sedang terjadi pada Rara saat itu.
Al merasa pantas di benci, namun jika punya kesempatan yang baik untuk bicara pada perempuan manis itu, Al ingin sekali meminta maaf, tapi rasanya, Al lebih baik memilih tiada untuk selamanya. Pergi dari Rara dan tidak pernah di temukan di manapun.
"Maafin saya, Ra" ucap Al pelan setelah membanting tubuhnya ke jok mobil.
======
Di rumah, semua sudah siap, Arga dengan sangat tampan dan berani duduk dan menunggu kue nya, Reyna sibuk bermain balon yang beterbangan bersama Susan dan grandpa nya, sedangkan mama Rosa, duduk menata makanan di piring. Kiki dan yang lain bagian membawa nya ke meja makan.
"Kakak hati-hati nanti di pecahin sama Susan balonnya" kata papa Her
"Iya granpa"Tak lama, Sarah dan Surya juga datang, mereka diundang oleh Andin untuk makan siang di rumah nya. Mereka berkumpul di ruang tengah, dengan Arga yang sibuk memukul-mukul meja nya,
Andin turun dari kamar, dengan wajah yang sedikit pucat dan tak bersemangat. Meski begitu dia tetap berusaha menikmati acara. Tak lama, Aldebaran pulang, membawa satu kotak kue dan beberapa makanan, dengan lilin yang dia saku"Kok 0 sih mas?" tanya Andin
"tadi buru-buru, terus yang angka 6 nya udah beli, eh patah"
"Kok bisa patah?"
"Jatuh ndin"
"Yah, ya udah lah. Ayo mas nyalain" kata Andin
Arga dengan wajah flat nya seperti bingung melihat api di atas kue nya, wajah nya judes, persis papa nya kalau marah. Semua bersorak, saat lagu selamat ulang tahun di nyanyikan. Tapi Andin sibuk menatap suami nya yang nampak melamun, tapi dia mengabaikan Al dan sibuk pada Arga."SELAMAT 6 BULAAAN ARGAAAAA"
Semua orang berkumpul, dengan beberapa hiasan balon biru dan abu-abu di sekitar mereka. Pemilik acara justru sibuk sendiri dengan jari-jari kecil nya yang mulai di gigiti.
"Kok jutek aja ini anak lagi ulang bulan" kata papa Her
"Kalau begini, ini namanya anaknya papa Al, bukan mama Andin"
"Loh kenapa?" tanya Surya
"Liat mukanya, nyureng kaya Aldebaran"
"Hahahahah""Arga, cucu opa sama oma, selamat 6 bulan ya. Jangan jutek, harus jadi anak yang baik, ramah, murah senyum, kaya raya dan dermawan ya nak" Surya mencium pucuk kepala bayi itu dengan wajah yang masih judes
"Ini ketempelan papa nya beneran ini" kata papa Her
"Senyum dulu sayang, senyum nak" kata Andin
"Senyum Argaaaa, mau di foto ini" teriak papa Her. Dia heboh sekali, bertepuk tangan agar membuat Arga menghadap kamera. Namun Arga hanya fokus menatap lilin di hadapannya
"Oh bingung nih dia, ini kue kok ada apinya jangan-jangan bisa meledak ini. Gitu kali ya Surya" kata papa Her kepada besannya"Dia pikir ini petasan" kata papa Surya
"Hahahahah lucu ini besan"
"Udah, sekarang semua nya makan dulu yuk, kita ke ruang makan yuk" Mama Rosa
"Nah ini bagian kesukaan saya nih... makan makaaaan" teriak papa Her**
"Siapa yang kamu telfon mas?" Andin berdiri di depan pintu menatap Al yang baru saja mematikan telfon dengan gugup.
"Temen saya"
"Sini coba liat handphone nya"
"Apa sih ndin?"
"Apa nya yang apa? sini handphone kamu"
"Ya buat apa?""Kenapa? Biasanya juga gak apa-apa handphone kamu aku bawa" kata Andin
"Ya gak usah, saya bisa bawa sendiri"
"Mas, udah beberapa hari ini ya, kamu aneh banget, kamu sering telfonan diem-diem dari aku, kamu juga chatingan sama orang yang gak kamu save nomornya, password handphone kamu ganti. Kamu kenapa sih?""Saya gak kenapa-napa ndin, kamu aja yang pikirannya aneh-aneh"
"Ya menurut kamu, istri mana yang gak berpikir aneh-aneh kalau suaminya juga bertingkah aneh kaya kamu"
"Loh kok jadi saya"
"SINI HANDPHONE NYA""Gak"
"Mas, kamu main-main di belakang aku ya?" Andin mendekat, dengan langkah penuh perhitungan
"Apasih, kenapa sih kamu mikirnya gitu"
"Mas, anak kamu baru aja 6 bulan, hari ini. Dan kamu ngapain ketemuan sama perempuan diluar?"Mata Al membulat. "Maksud kamu?"
Andin menunjukan satu foto yang dikirim Elsa sebelum Al pulang ke rumah, foto Aldebaran sedang bersama Rara
"Itu teman saya, tadi gak sengaja ketemu di toko kue""Pantes gak fokus ya beli lilinnya, soalnya di temenin sama perempuan lain"
"Astaga Andin"
"Ya udah kalau emang gak ada apa-apa, sini handphone kamu"
Al melangkah, meninggalkan Andin di dalam kamar, wanita itu tak tinggal diam, dia ikut mengekor di balik langkah suami nya"MAAS"
Al terus melangkah, meninggalkan istri nya di belakang, menyusuri lorong kamarnya, sampai satu suara membuat Al berhenti. Andin terjatuh, suara Andin merintih kesakitan.
"Mass, mas Al..."
"Ndinnn""Andin, kamu gak apa-apa? apa yang sakit, yang mana?" wajah Andin pucat, bibirnya sedikit biru,
"Andin, andin kenapa?"
Andin tak bicara apapun, matanya terpejam kuat-kuat, menahan rasa sakit yang luar biasa. Andin tak mengerti, apa yang terjadi padanya tapi dia seperti kehilangan seluruh tenaga nya,"Ndin, darah..."
=====
To be continue...

KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET 2 : DEBARANDIN
FanfictionSECRET 2 : DEBARANDIN Baca bagian pertama di SECRET : Story Before DEBARANDIN
11. Arga Bumantara's Day
Mulai dari awal