抖阴社区

38. What Happen to Us ?

Mulai dari awal
                                        

========== 

Hari-hari berlalu, minggu minggu yang terasa berat untuk Andin, entah apa yang terjadi padanya. Dia mulai merasakan hal-hal yang menyebalkan di dalam dirinya. Minggu itu sekitar minggu ke tiga setelah hari ulang tahun Andin. Di tambah Arga yang rewel beberapa hari terakhir, membuat Andin semakin merasa bingung.



Aldebaran sedang berada di Bogor, sudah tiga hari dia belum pulang ke rumah, dia hanya mengabari Andin lewat telfon dan video call sesekali.
“Kapan pulang mas?” tanya Andin sore itu,
“Lusa kayaknya ndin, saya harus disini dulu, soalnya kan saya harus nungguin pembangunan villa nya juga. Saya gak mau ada yang miss” jawabnya


“Uda tiga hari kamu gak pulang” kata Andin
“Iya, sabar ya, kalau sudah beres saya langsung pulang”
“Aku kangen..”
“Iya, saya juga. Kamu mau saya beliin apa?”
“Gak mau apa-apa. Maunya kamu pulang. Beberapa hari ini aku agak gak enak badan mas, badanku sakit-sakit, pusing banget, Arga juga rewel banget”
“Loh kenapa?”


“Gak tau mas, kayaknya aku sakit deh, jadi berpengaruh ke ASI juga”
“Panggil dokter aja ya, ke rumah”
“Gak mau. Aku maunya ke dokter sama kamu”
“Ndin, jangan gitu dong, kan saya gak di rumah”
“Ya udah kalau gitu aku gak mau ke dokter”
“Andin jangan kaya anak kecil, kalau kamu sakit yang jagain anak-anak siapa?”


“Ya udah, nanti aku ke dokter”
“Ya udah nanti kabarin saya ya, ini saya mau makan dulu”
“Sama siapa?”
“Ya sama Rendy, siapa lagi”
“Jangan macem-mecem ya kamu mas”
“Gak akan ndin, kamu makan juga ya, jangan sakit, I miss you”
“I miss you more, mas, see you ya”
“Iya, see you”

========= 

Pagi itu, Aldebaran memutuskan untuk pulang ke Jakarta, sebab kabar dari Andin yang membuat nya harus segera pulang tanpa bisa menunggu lagi. Dia segera merapikan barang-barang dan pulang, meninggalkan Rendy hanya tinggal sendiri dan mengurus pekerjaannya.



“Saya harus pulang Ren, saya harus ketemu Andin. Kamu gak apa-apa kan sendirian?”
“Gak apa-apa pak, bapak pulang aja, biar kerjaan saya yang pegang”
“Maaf ya Ren, saya pulang dulu”
“Pak Al hati-hati ya”
“Iya, kabari saya kalau ada apa-apa ya”
“Baik pak”


Aldebaran melajukan mobilnya dengan pikirannya terus tertuju pada Andin. Setelah sekitar dua jam perjalanan, dia sampai di halaman rumah, tanpa menunggu lagi, Al langsung berlari ke dalam rumah, mencari keberadaan Andin.
Dia bahkan langsung melewati Mirna dan Kiki yang menyapa nya di halaman depan,

“Mas Al kenapa itu, kaya kesurupan kuda?” tanya Kiki pada Mirna
“Waduh gak tau gue Ki, kok lari-lari gitu. Kangen Andin kali ya”
“Oh bisa jadi mbak Mir. Kan mas Al bucin setengah mati sama mbak Andin. Pasti kangen”
Al berlari menaiki tangga, lalu segera masuk ke dalam kamar,

“Andin....” Al berdiri di dpan pintu, satu tangannya masih berpegangan pada handle pintu, dengan nafas yang sedikit tersengal
“Mas...”


“Ndin...” Al melangkah perlahan, mendekati Andin yang sedang berdiri melipat kedua tangannya di depan jendela. Matanya kosong, dia menatap ke arah Aldebaran tanpa ekspresi seperti dia yang biasanya.


Al langsung memeluk tubuh Andin yang mematung, memeluk nya seolah ingin mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja. Tanpa bicara apapun, Andin langsung menangis, tangannya terkulai pasif tanpa membalas pelukan Al seperti biasanya.


Bahunya mulai bergetar, dia menyandarkan kepalanya ke pundak Al yang tegap
“Aku emang mau hamil mas, tapi gak sekarang. Aku gak siap” ucap Andin dengan suaranya yang parau


SECRET 2 : DEBARANDINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang