抖阴社区

13. Semua Tak Nyata

7.8K 609 42
                                        

Ini tak nyata. Semua perasaan yang telah usai jangan harap bisa disambung ulang. Maaf, aku harus pergi.

---•••---

Dingin menggelitik raganya saat malam semakin beranjak larut. Tetapi permasalahan yang masih berkobar di sini membuat Agnia menghapus dan mengabaikan rasa yang terus mengusik.

Dengusan halus terbuang. Agnia meremat jemari begitu kuat, ponsel yang berada digenggaman menjadi korban dari semua kekesalan yang menyeruak.

Apa-apaan mereka. Menelan begitu saja informasi dari Eric tanpa mencari tahu dulu kebenarannya. Bahkan, berani mengungkapkan kalimat pedas tanpa berpikir dua kali.

"Kalian mempercayai Eric karena dia seorang dokter?" saat pertanyaan terlontar, mereka mulai berbisik. Masih sama, diam menjadi kecanduan mereka malam ini.

"Dia tak memberikan selembar kertas atas namaku di dalam sana. Tak menunjukkan bukti akurat, lalu kalian mempercayai semua itu dengan mudah? Kenapa? Apa aku ini seperti mainan?"

"Apa yang membuat kalian senang bermain di balik kesakitan seseorang. Pekerjaan?" tanya Agnia yang dikungkung rasa geram. Salah satu dari mereka tertawa.

"Selama kami bisa mendapatkan informasi yang jelas dan langsung dari orangnya. Kenapa harus mencari tahu lagi kebenaran yang lainnya. Kami juga punya kesibukkan Mbak," jawabnya. Agnia terkekeh.

"Eric membodohi orang bodoh rupanya."

"Maaf_"

"Oke. Anggap bertemu denganku sesuatu keberuntungan untuk kalian. Karena aku tak hanya bercerita panjang lebar, namun juga memperlihatkan bukti nyata yang tak bisa kalian elakan."

Agnia terpaku sejenak memperhatikan ponsel yang sudah menyala. Membuka lembaran foto yang terpampang di sana, menatap kian lekat dengan sesak yang terus berdatangan.

Agnia mengangkat ponselnya. Memperlihatkan jejeran fotonya dan Eric. Semua yang tercetak nyata di dalam sana membuat mereka membulatkan mata tak percaya. Agnia mulai tersenyum pilu.

"Kafe ini. Satu-satunya tempat yang menjadi saksi hubunganku dengan Eric," ucap Agnia. "Dia mengatakan ingin bertahan selama mungkin. Dia juga mengajakku untuk merayakan anniversary di meja nomor tujuh. Kami bahkan memakai pakaian dengan warna yang sama. Tapi apa kalian tahu?" ucapan Agnia terjeda. Tetesan pertama meluruh begitu saja.

"Tepat di hari sepuluh tahun hubungan kami, dia memakai pakaian yang berbeda warna denganku. Nyatanya, hati Eric juga sudah berbeda," Agnia mengusap lelehan air matanya lalu tersenyum.

"Kalian tahu apa yang lebih menyakitkan? Alasan Eric mengakhiri hubungan ini bukan lantaran muak denganku, melainkan Nadya. Dia melamar wanita itu lebih dulu lalu datang padaku hanya untuk meminta putus."

"Apa kalian merasakan sakit ini? Siapa sebenarnya yang lebih kejam? Kebahagiaan siapa yang lebih hancur?" tanya Agnia penuh penekanan.

Drrttt...

Agnia terdiam, getaran ponsel dengan nama Eric di dalam sana membuat mata itu enggan terpejam. Tetesan yang terjatuh berhenti seketika. Senyum penuh harapan mulai terpancar, Agnia mengangkat wajah ke arah mereka lalu berkata.

"Ericku... telah kembali!"

---•••---

"Eric!"

Agnia keluar dari mobil dan berlari sekencang mungkin tatkala menatap Eric yang berdiri tegak di samping kolam renang rumahnya. Lelaki dengan kemeja abu-abu itu melengos mendapati Agnia yang semakin mendekat.

Titik Luka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang