CHAPTER SEMBILAN BELAS
HOLD ME
Tabib tersebut keluar dari kamar utama raja. Dia mendongak, berhenti tepat di hadapan Taehyun yang menunggu. Rambut putihnya terlihat jelas dari jarak sedekat ini. "Yang Mulia Raja kelelahan dan beberapa hari terakhir, dia makan tidak teratur. Tubuhnya memberitahunya agar tetap berbaring untuk hari-hari ke depan. Saya sudah memberikan ramuan, sehingga dia tidur sekarang, Pangeran."
Taehyun mengangguk. "Boleh aku melihatnya?"
"Ya, ta—"
Namun, Taehyun sudah berhambur masuk dan terdiam di sisi tempat tidur Beomgyu. Terlihat pria itu berbaring dengan mata terpejam, lelah. Taehyun mendekat, kemudian mengenggam tangan Beomgyu yang agak dingin. "Yang Mulia, kau akan pulih. Aku yakin," katanya pelan.
Taehyun meremas telapak tangan Beomgyu seolah menguatkan Beomgyu. Selama ini, Beomgyu tak terlihat rapuh atau goyah, Beomgyu seperti satu pilar tinggi yang tak gentar. Sekarang, dia tumbang juga. Taehyun sangat panik sewaktu Beomgyu terhuyung pingsan dalam dekapannya, kemudian tubuhnya sangat panas menjelang malam hari. Tabib datang terburu-buru, memeriksa Beomgyu, dan sekarang Beomgyu dalam pengawasan.
"Pangeran, sudah waktunya Anda istirahat juga." Suara dari belakang menginterupsi.
Taehyun agak tak rela melepaskan genggaman tangannya. Seperti, dia perlu di sini sampai Beomgyu terbangun, dan meyakinkan Beomgyu bahwa dirinya takkan ke mana-mana jika itu yang sangat dikhawatiarkannya. "Bisakah... aku tetap di sini? Untuk malam ini?" Mereka berpandangan lekat, kemudian balas menatap Taehyun.
"Yang Mulia," ia tersenyum sembari melanjutkan, "Yang Mulia Raja akan selalu dimantau sepanjang malam. Jika beliau terbangun, kami akan langsung memberitahumu. Jadi, kembali ke kamar dengan kami, ya?" bujuknya lembut.
Taehyun memandangi Beomgyu sekali lagi, lalu beranjak. "Hm, baik."
"Mari, kami antarkan."
Sejenak, Taehyun membalikkan tubuh, mengecek lagi apakah Beomgyu cukup nyaman di tempat tidurnya, apakah bantalnya cukup menyangga leher Beomgyu, atau apakah kamar ini terlalu dingin atau panas. Tapi, Taehyun akhirnya melangkah keluar dari kamar raja. Malam kian larut, dan Taehyun mulai merasa hampa.
*
*
Salju pertama menyapa. Taehyun berjalan-jalan bersama dayang pagi itu. Dia menyampirkan jubah hangat di bahu, berjalan hati-hati agar tidak tergelincir seraya mengecek perbaikan di beberapa bangunan paviliun. Pagi ini, sepertinya selimut salju sudah menyelimuti seluruh negeri. Taehyun tak tahu apa tandanya, tapi yah, dia menyambut baik seraya menengadahkan tangannya. Butir-butir tipis menari di tangannya yang pucat.
"Yang Mulia, lihatlah," kata satu dayang termuda.
Taehyun mendekati air terjun yang airnya membeku, kemudian menatap takjub karena pemandangan itu mirip seperti lukisan. Dibantu mereka, Taehyun menapaki permukaan rata di bawah air terjun yang sudah membentuk kristal-kristal tak beraturan, kemudian pemuda itu tersenyum. "Apakah akan baik-baik saja?"
Dayang itu mengangguk, dan tersenyum. Mereka melangkah hati-hati agar tidak terpeleset karena serius, permukaan membeku di bawahnya seperti bisa retak beberapa waktu lalu. Taehyun terhibur menapakinya, merasakan dingin sekilas saat dia berjalan bagaikan bebek yang baru belajar melangkah, kemudian mengikuti para dayang.
"Ini indah, kan?"
"Ya!"
Taehyun mulai melihat dayang itu membangun boneka salju. Meski tak begitu berbentuk, Taehyun bertepuk tangan seraya memujinya. Gilirannya tiba. Taehyun mulai mengeratkan sarung tangan, meraup segenggam salju itu, dan mulai menumpuknya hati-hati. Mulai dari tubuh, perut, dan kepala. Taehyun pun menambahkan ranting sebagai hidung dan sepasang tangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
AKAI ITO | beomtae ?
FanfictionTaehyun terhisap ke dalam novel yang dibacanya. Tidak sampai situ, Taehyun ternyata akan dibunuh oleh suami mendiang kakaknya, Raja Choi, sosok yang diam-diam merencanakan balas dendam terhadap keluarga Taehyun di novel tersebut. Taehyun terjebak d...