抖阴社区

Chapter 8 - Ahwaya di Atas Soka

Mulai dari awal
                                    

"Maaf karena aku melantur akan perkataanku, Sanemi-kun." Kanae diam beberapa saat. Lalu, ia kembali berucap, "Juga maaf karena aku telah memintamu menjadi kekasihku meskipun aku tahu kau tidak pernah menginginkannya."

***

Hari ini merupakan jadwal check up (Y/n) untuk yang ketiga kalinya. Hal yang sama pun masih terjadi saat ini, yakni dirinya yang selalu memutuskan untuk pergi seorang diri. Namun, kali ini justru Mitsuri-lah yang tidak bisa menemani (Y/n) dikarenakan temannya itu memiliki sebuah janji temu dengan Obanai.

Seusai mengambil obat sesuai dengan resep dokter, (Y/n) memutuskan untuk pergi ke taman lebih dahulu. Ia ingin menghirup udara segar di luar saat ini.

Namun, niatnya itu gagal dikarenakan seseorang menarik tangannya ke arah yang berlawanan dari arah yang ia tuju. Gadis itu ingin memaki siapapun pelakunya. Tetapi, kala ia melihat siapa pelakunya, niatnya itu mendadak lenyap. Alhasil, dirinya hanya pasrah mengikuti langkah lelaki itu ke mana ia membawanya.

Sebuah kamar dengan nomor  sembilan puluh tujuh terpampang di depan wajah (Y/n). Gadis itu tidak sempat melihat siapa nama yang menempati kamar itu karena ia lebih dahulu ditarik ke dalam.

Kala manik (e/c) itu bertemu dengan manik ungu yang selama ini (Y/n) lihat dari kejauhan, membuat gadis itu seketika terkejut. Memikirkan mengapa dirinya berada di sini.

"Maaf karena aku tiba-tiba memanggilmu ke sini, (F/n)-san," ujar Kanae dengan ramah.

(Y/n) pun hanya mengangguk samar. Ia tidak masalah dengan hal itu. Namun, yang membuatnya merasa bingung ialah mengapa dirinya dipanggil ke sini?

"Aku sudah tahu mengenai dirimu, (F/n)-san. Maaf karena aku mengetahui hal tersebut bukan darimu langsung," lanjutnya lagi.

(Y/n) hanya diam. Sibuk memikirkan ucapan Kanae. Apa yang gadis itu ketahui tentangnya? Hanya namanya? Ia rasa tidak mungkin jika hanya sekedar namanya saja.

"Aku ingin memberitahu suatu hal padamu."

Saliva-nya mendadak sulit untuk ditelan. Namun, sebisa mungkin (Y/n) tetap berusaha untuk terlihat biasa saja meskipun pada kenyataannya ia benar-benar merasa gugup.

"Sebelumnya, aku ingin meminta maaf karena aku menabrakmu di hari itu. Aku benar-benar meminta maaf. Rasanya sudah lama sekali aku tidak merasakan berlari dengan kedua kakiku sendiri," ucap Kanae lagi.

(Y/n) termangu sesaat. Ah, rupanya Kanae membicarakan hari di mana ia pergi check up untuk pertama kalinya ke rumah sakit. Seorang gadis yang menabraknya saat itu merupakan Kanae. (Y/n) bahkan tidak sadar jika Kanae mengenakan piyama rumah sakit dikarenakan pikirannya yang sudah tertuju ke arah rasa sesak di dadanya.

"Tidak apa-apa, Kochou-san," sahut (Y/n).

Sebuah senyum dilemparkan kepada (Y/n). Kini Kanae beralih menatap Sanemi sejenak. Lalu, ia mengalihkan tatapannya kembali ke arah (Y/n). "Sebenarnya, aku dan Sanemi-kun tidak menjalin hubungan atas dasar cinta. Melainkan karena sebuah permintaan egois yang aku lontarkan padanya," ujar Kanae dengan tatapan menerawang.

(Y/n) tertegun di kala ucapan Kanae masuk ke dalam telinganya dan diproses di dalam otaknya. Ia tidak tahu jika hal tersebutlah yang menjadi alasan mengapa mereka berdua menjalin sebuah hubungan. Entah (Y/n) harus merasa apa. Senang? Atau sedih? Lalu, apakah keputusannya untuk menjauhi mereka berdua sudah tepat?

"(F/n)-san, apakah aku boleh meminta sebuah permintaan yang egois kepadamu?" tutur Kanae dengan tatapan memohon.

Berbagai jenis permintaan yang kemungkinan akan diucapkan oleh Kanae berputar-putar di dalam kepala (Y/n). Gadis itu pun menelan saliva-nya dengan susah payah.

Kini Kanae mengalihkan tatapannya kepada Sanemi. Lelaki itu rupanya tengah menatap ke arah (Y/n) di sisi kiri tempat Kanae berbaring. Melihat hal itu, Kanae tersenyum simpul. Sekaligus menyembunyikan rasa sakit di dalam dadanya.

"Sanemi-kun, apakah aku boleh meminta sebuah permintaan egois kepadamu lagi?"

Pertanyaan Kanae itu diangguki oleh Sanemi dengan mudah. Membuat gadis itu merasa senang sekaligus merasa bersalah di saat yang sama.

Tetapi, di kala telinga (Y/n) mendengar permintaan itu, seketika gadis itu membeku. Sama sekali tidak menyangka jika hal tersebut yang akan menjadi sebuah permintaan egois dari Kanae.

"Untukmu dan Sanemi-kun, kumohon jujurlah tentang perasaan kalian masing-masing. Sebagai permintaan terakhir dariku ini, aku... hanya ingin kalian berdua bahagia. Itu saja." Kanae tersenyum lebar. Bersamaan dengan cairan bening yang mengalir dari pelupuk matanya.

***

Itulah kata-kata terakhir yang (Y/n) ingat dari Kanae. Perkataan yang berasal dari seorang gadis berhati malaikat. Seseorang yang ia sangka akan menjadi penghalang baginya, namun nyatanya menjadi seorang penyelamat untuknya. Benar-benar tidak terduga bagi (Y/n).

Gadis itu menyatukan kedua tangannya. Merapalkan doa kepada gadis yang kini telah tiada di dunia ini. Seseorang yang langsung pergi meninggalkan mereka ketika tugasnya telah usai.

"Kau tidak ingin pulang?"

Pertanyaan (Y/n) itu ditujukan untuk lelaki di sebelahnya. Sanemi hanya diam sejak tadi. Namun, (Y/n) dapat melihat sirat kesedihan di air mukanya. Merupakan wajah yang sama dengan ketika gadis itu mendapati Sanemi berada di depan makam ibu dan adiknya.

"Ya," sahutnya.

Lelaki itu menatap sejenak makam milik teman sekaligus sahabatnya selama satu tahun belakangan ini. Seseorang yang ia anggap sebagai orang yang berharga baginya. Sama seperti dengan gadis bersurai (h/c) yang kini tengah berjalan di depannya.

***

END ━━ # . 'When Sakura Blooms in Spring ? Shinazugawa SanemiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang