抖阴社区

08 || Rezvan Si Berandalan

108 100 84
                                        

Kedua mata Rezvan menyipit saat melihat sosok murid perempuan yang sangat ia kenal. Sontak matanya langsung membulat ketika dua laki-laki itu memaksa untuk menarik perempuan itu untuk ikut dengan mereka. Sial. Padahal, ini di lingkungan sekolah, berani sekali mereka melakukan hal itu.

Dengan cepat Rezvan berlari mendekati mereka. Mendaratkan sebuah pukulan telak kepada keduanya secara bergantian. Sedikit mendapat cela, tangan Rezvan langsung menarik pergelangan tangan El.

"Rezvan." El menatap Rezvan dengan terkejut. Syukurlah ada sahabatnya. Ia tidak tahu akan seperti apa jadinya jika saja Rezvan tidak menolongnya sekarang.

Rezvan mengetatkan rahangnya. Menatap dua murid laki-laki itu dengan tajam. Ia melirik ke bahu sebelah kiri, kelas dua belas. "Lo berani ganggu sahabat gue?"

"Cih! Mau jadi pahlawan kesiangan lo?" tanya salah satu dari mereka—mengejek Rezvan yang menghacurkan segala rencananya tadi. "Asal lo tahu, sahabat lo itu punya masalah pribadi sama gue."

Bugh.

Rezvan tak peduli itu. Ia kembali melayangkan pukulan kepada mereka. Satu lawan dua, meski tubuhnya merasa tidak kuat, tapi Rezvan berusaha untuk mengalahkan dua kakak kelasnya yang sudah kurang ajar dengan sahabatnya. Bahkan, ia sampai mengeluarkan seluruh tenaganya untuk melawan mereka.

Sedangkan El menutup mulutnya dengan tangan yang bergetar. Keadaan area belakang sekolah sangat sepi. Tempat yang jarang dilalui oleh para murid Wijaya. Matanya membulat saat Rezvan mendapat pukulan di wajahnya hingga hidung sahabatnya itu mengeluarkan banyak darah.

"Rezvan!" pekik El dengan nada yang bergetar. Cukup. Ia tidak tahan melihat kekerasan yang terjadi di depan matanya sekarang. Rezvan hanya sendiri, sedangkan lawannya ada dua. Jelas saja Rezvan akan kalah telak. Meskipun sahabatnya itu adalah sang jagoan, tapi tubuh Rezvan tidak sekuat dulu lagi.

Rezvan mengusap hidupnya dengan kasar. Tak peduli dengan darah yang sudah ke luar dari hidungnya. Ia kembali memberikan pukulan kepada mereka secara bergantian. Hingga Rezvan merasa tenaganya habis terkuras.

"BERHENTI!"

Suara teriakan itu berhasil menghentikan adegan perkelahian antara Rezvan dengan kakak kelasnya. Jika dilihat, luka di wajah Rezvan tidak terlalu parah dibandingkan dengan dua orang yang sedang memegang area perut mereka. Tepat sebelum teriakan itu tadi, Rezvan menendang tubuh mereka secara bergantian.

"Mau sok jadi jagoan?" tanya Dara berjalan mendekati mereka. Menatap Rezvan dan kakak kelasnya yang sedang meringis kesakitan dengan datar. "Lo baru anak kelas sepuluh, tapi udah cari ribut sama kakak kelas?"

"Rezvan gak salah, Kak. Dia datang bela—

"Lo diam!" bentak Dara menunjuk El yang mencoba ingin menjelaskan perihal apa yang sebenarnya terjadi. "Kalian berdua, pergi ke UKS. Minta obatin di sana dan lo ikut gue ke BK sekarang."

Rezvan menatap Dara tak terima. Jelas saja di sini ia tidak salah sama sekali. Apakah salah dirinya membantu sahabatnya yang ingin dicelakai? Rezvan hanya menolong, bukan niat lain, tapi kenapa tetap saja ia bersalah?

"Dar, gue gak salah sama sekali. Gue pukulin mereka karena mereka sendiri yang salah," bela Rezvan mengeluarkan suaranya. Menatap kedua bola mata hitam milik Dara dengan sendu. "Lo tolong percaya sama gue. Saksi di sini ada El."

Dara jelas tidak menghiraukan perkataan itu sama sekali. Baginya, Rezvan sedang berbohong. Tidak ada yang bisa dipercaya dari seorang laki-laki 'kan? Wisnu dan Arion saja membohonginya. Padahal, mereka adalah orang terdekatnya. Jadi, tidak menutup suatu hal kalau Rezvan yang sebagai orang asing bisa dengan mudahnya membohongi dirinya.

Different [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang