RIVAL | Jeno Jaemin ? end

“Pagi Jen.” sapa Irene mengusap rambut Jeno.

Jeno hanya diam tak membalas sapaan Irene.

“Udah sembuh kamu? Apa masih pusing?” tanya Suho.

“Ngga.” jawab Jeno singkat.

“Jaemin mana, kok ngga turun sarapan?” tanya Irene.

“Dia lagi belajar, jangan diganggu. Dia harus tanggung jawab karena ulahnya semalam.” ucap Suho.

“Guru les Jaemin telfon aku, katanya Jaemin lebih baik les biasa aja jangan private. Gimana ya Pa?” tanya Irene.

“Kenapa memang?” tanya Suho menoleh.

“Katanya Jaemin kurang fokus dan lesu kalau di rumah. Apa sebaiknya les kaya biasa aja Pa?” tanya Irene.

Suho menghela nafas.

“Dan membiarkan dia punya teman les yang aneh?” tanya Suho balik.

“Aneh gimana sih Pa, aku udah selidikin rata-rata ekonomi mereka ngga buruk-buruk amat. Latar belakang juga baik-baik aja.” ucap Irene.

“Irene. Semua teman Jeno itu kalangan anak konglomerat. Kalau Jaemin tidak begitu, apa kata orang lain kepadaku nanti?!” ucap Suho.

Jeno menghela nafas kecil. Pagi-pagi selalu saja ribut.

“Begini saja. Kamu tungguin Jaemin setiap les.” ucap Suho.

“Apa?! Jaemin bukan anak kecil lagi Suho!” ucap Irene.

“Lalu bagaimana?!” tanya Suho.

“Biarkan dia les seperti biasa lagi. Aku jamin tidak akan ada masalah.” ucap Irene.

Suho terlihat berfikir.

“Baiklah. Kamu yang tanggung jawab kalau terjadi sesuatu!” ucap Suho.

Irene mengangguk.

Drap

Drap

Drap

Irene menoleh, mengernyitkan dahi menatap Jaemin memakai masker.

“Jaem, kenapa pakai masker?” tanya Irene.

Suho menoleh, dia ingat kalau Jaemin mendapat bogeman dipipinya. Pasti memar.

“Banyak debu.” jawab Jaemin.

“Debu? Bi, Bibi!” teriak Irene.

Bibi menghampiri.

“Iya Nyonya, ada apa?” tanya Bibi takut-takut.

“Bersihkan rumah dengan benar! Kamar Jaemin juga. Masa dia bilang banyak debu, bahkan sampai pake masker begini!” ucap Irene tajam.

“Baik Nyonya maafkan kelalaian saya.” ucap Bibi.

Jaemin mengangguk pada Bibi, mengisyaratkan ‘tidak apa-apa’. Jaemin melangkahkan kaki hendak pergi.

“Jaem! Ngga sarapan?” tanya Irene.

“Ngga.” jawab Jaemin.

“Biarkan saja Irene. Jangan buang tenagamu untuk anak itu, habiskan saja makananmu.” ucap Suho.

“Den, Bibi bawain sandwich ya?” tawar Bibi.

“Ngga usah.” ucap Jaemin lalu pergi.

Jeno menoleh, lalu berdiri menyampirkan tasnya.

“Mau kemana Jen? Abisin dulu makananmu, nanti kamu pusing lagi kalo ngga sarapan.” ucap Suho.

Jeno menatap punggung Jaemin yang menjauh.