Tangan kedua gadis itu sama-sama dingin. Seperti habis memegang es batu. Gemuruh dadanya pun tak lagi terkendali. "Aku juga sama, Ra." Lisa balas menggenggam tangan sahabatnya. Keduanya seolah tengah menyalurkan kekuatan.
Saat ini, sudah ada kelompok pertama di depan kelas. Tidak butuh waktu lama, mereka langsung memulai drama usai perkenalan singkat sebelumnya. Kelompok Joko membawakan cerita fabel berjudul "Si Kancil Mencuri Timun."
Benar-benar mengocok perut, aksi Joko dan teman-temannya berhasil mengundang gelak tawa di dalam kelas. Sahara bahkan sampai merasa sesak di bagian perutnya karena terlalu banyak tertawa. Apalagi, saat Joko memperagakan si kancil sedang mencuri timun. Rasanya, melihat ekspresi wajah Joko yang sangat menjiwai saja sudah membuat siapapun yang melihat akan terbahak-bahak.
Semua memberikan tepuk tangan begitu drama selesai. Seluruh penghuni kelas bahkan sampai berdiri untuk mengapresiasi kerja keras kelompok yang baru saja tampil.
Waktu berlalu tanpa terasa, sudah sampai urutan ketiga saja. Raut wajah Sahara semakin cemas karena Gracia belum juga kembali dari kamar mandi. Sudah terlalu lama, dan sebentar lagi giliran mereka yang akan tampil.
"Gue cari Gracia dulu," ujar Sagara sudah bersiap-siap untuk pergi ke luar.
"Aku aja, kamu tunggu di sini," respon Sahara dengan cepat.
"Kenapa? Biar lebih cepat kalau gue yang cari."
Sahara berdecak, mengapa Sagara tidak peka? Apa harus ia berbicara dengan jujur apa alasannya?
"Yy--ya karena kamu cowok. Masa mau masuk ke toilet cewek, sih?" Dalihnya di balas anggukan oleh Sagara.
Pria itu kembali mendudukkan bokongnya, sedangkan Sahara izin terlebih dahulu kepada Linda sebelum keluar.
Ia berjalan cepat ke arah toilet. Matanya tidak menangkap sosok Gracia di sana. Saat Sahara hendak pergi, tiba-tiba Gracia keluar dari dalam toilet dengan sangat lemas.
"Kamu kenapa, Cia?" Ucapnya panik sembari menghampiri Gracia.
Bukannya merespon dengan baik, Gracia justru menangkis tangan Sahara yang hendak menuntunnya berjalan.
"Bukan urusan lo!" Ketusnya kemudian berjalan keluar.
Sahara mengikuti gadis itu dari belakang. Jika di pikir-pikir, rasanya ingin sekali ia mendorong tubuh Gracia agar tersungkur. Kesal sekali rasanya saat berniat baik namun malah di abaikan. Tapi, ia sadar jika dirinya yang sekarang bukan lagi seperti dahulu. Bersabar. Hanya itu yang bisa ia lakukan.
Seketika para penghuni kelas mengalihkan atensinya kepada Gracia yang nampak pucat dan lesu saat memasuki kelas. Kelompok yang sedang tampil pun berhenti mendadak melakukan aksinya.
"Lo kenapa, Cia?" Teriak Zara saat menghampiri Gracia yang memegangi perut dan kepalanya.
"Kamu sakit, Gracia?" Linda turut bertanya khawatir.
Belum memberi jawaban apapun, Zara menuntun Gracia untuk duduk di kursi. Para siswa lainnya berkerumun untuk melihat keadaan Gracia.
"Perut saya sakit, Bu. Sepertinya saya salah minum obat. Sudah delapan kali saya keluar masuk toilet," jawabnya dengan nada lemas.
Linda menyentuh dahi Gracia untuk mengecek suhu tubuhnya. "Sepertinya kamu juga demam. Zara, kamu antar Gracia ke UKS, ya," perintahnya pada sang murid.
"Tapi, Bu, kelompok saya belum perform."
"Jangan memikirkan itu, Ibu akan memberi keringanan untuk kelompok kalian."
"Saya bisa menggantikan Gracia, Bu."
Alma tiba-tiba bersuara, membuat seisi ruangan menolehkan pandangan ke arahnya. Gracia yang mendengar itu tentu saja tidak terima. Mana mungkin ia membiarkan perempuan lain mendapat kesempatan untuk di kiss oleh Sagara.

KAMU SEDANG MEMBACA
180° [END]
Teen Fiction? Follow akunku sebelum membaca! ? Dilarang plagiat karena ide itu MAHAL! ? Status cerita sudah end, jadi bisa marathon sampai akhir. ? Jangan lupa vote dan komen saat membaca, agar Author tahu kalian benar-benar ada dan nyata. Blurb : Apa jadin...
First Kiss
Mulai dari awal