?
_________________________________
Haechan | Yangyang | Jisung
_________________________________
Cerita tentang kita yang tak sempurna ?
Saling menggenggam satu sama lain,
Saling berangkulan untuk menghadapi tantangan,
Tak peduli berapa juta detik...
Hallo apa kabar semuanyaaa? Disini hujan jadi jaringannya terganggu. Maaf ya updatenya telat ... hihi ... selamat membaca ...
Sebelumnya jika terdapat kesalahan pada tindakan medis berikut, mohon diberitahu hehe ...
Oh iya, ini banyak flashbacknya, ya! Tiati kekecoh. Hurufnya miring kok ...
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Zafran menghela nafas berat setelah memeriksa kondisi Nalendra. Lantas reaksinya langsung mendesak Rendra bertanya. Pemuda itu tampak khawatir, bahkan kali ini merasa sangat takut setelah melihat gelengan pelan dari Zafran.
Sementara itu, di ambang pintu telah berdiri seorang Dokter lain yang tidak sengaja membuntuti Zafran memasuki ruangan Nalendra dengan tergesa-gesa.
“Kenapa, Dok?” Tanya Jordan memberanikan diri untuk masuk. Ia segera menghampiri Nalendra. Mengambil alih untuk ia periksa kembali kondisi terkini.
***
Sore ini, setelah cukup beberapa jam lalu keadaan Nalendra membaik, kini ia kembali harus mendapatkan penanganan yang serius. Sudah ada Dokter Jordan, Dokter Zafran dan beberapa petugas medis lainnya yang ikut membantu.
Beberapa kali monitor itu terus dilirik, untuk memastikan adanya peningkatan pada kondisi Nalendra. Denyut pada jantungnya benar-benar lemah, nafas yang berhembus sempat berhenti dan pergerakkannya terasa sangat pelan.
Disamping tim medis sedang bekerja, Jordan sejenak terdiam. Ia teringat akan kejadian yang sama dulu pernah ia alami, menangani seseorang yang kondisinya sama seperti ini. Perlahan Jordan merendahkan tubuhnya untuk membisikan sesuatu pada telinga Nalendra.
Oleh karena itu, Jordan melirihkan suaranya, “Nalendra, Dokter mau kamu tetap bertahan … Dokter tidak mau kembali kehilangan pasien lagi, seperti Ananta dulu …”
“Jangan buat Dokter merasa gagal, ya? Kami selalu merasa bersalah jika tidak dapat menyelamatkan nyawa pasien …” imbuhnya seraya kedua netra itu memandang penuh harap wajah pucat yang sedang nyaman tertutup.
“Arghh … bertahan sebentar!” erangnya yang sudah mengerahkan seluruh kemampuan dan usahanya. Terlihat sekali Jordan sudah hampir putus asa untuk menyelamatkan pasiennya. Semua tenaganya terkuras habis, itu terlihat dari banyaknya keringat yang bercucuran berkali-kali ia menyekanya.
“Nan …” Jordan berusaha memanggil. Lantas bukan sebuah suara lirih yang terdengar melainkan hanya gelengan lemah dengan air wajah yang memperlihatkan kesakitan luar biasa. Jordan hampir menangis dan menyalahkan dirinya sendiri melihat Ananta kesusahan dalam rasa sakitnya.
“Ananta? Dokter panggilkan keluarga kamu, ya? Tunggu sebentar …” ia putuskan untuk memanggil Satria yang berada diluar ruangan. Selama 2 jam lebih ia sudah berusaha dan Jordan pikir jika ada kedua kakaknya—Ananta akan ada kemajuan dalam kondisinya.