抖阴社区

Lima - Pertemuan yang Tidak Direncanakan

2.8K 256 17
                                        

Elvaro berjalan dari area parkiran menuju gedung utama JIA. Telinganya tersumbat earphone mendengarkan podcast Spotify. Ia telah berpikir semalaman, sepertinya podcast bisa menjadi pilihan inovasi untuk program JICASTER. Ia telah melakukan riset menggunakan kuesioner dan mendapatkan data bahwa penikmat podcast ternyata lebih banyak daripada audiobook, sehingga itu akan membuka peluang bagi JICASTER untuk mendapatkan lebih banyak pendengar. Bahkan ia sudah mulai memikirkan konsep program tersebut, tentang siapa yang akan menjadi podcaster, jumlah episode yang akan dirilis, hingga jadwal perilisan.

Namun, podcast dengan tema apa?

Ada dua opsi yang muncul di kepalanya; mengangkat tema yang fresh---yang belum pernah ada sebelumnya, atau mengangkat tema yang sudah familier dengan penyajian yang fresh. Elvaro tahu pasti kedua opsi itu memiliki kelebihan dan tantangan masing-masing.

Di koridor kampus, Elvaro berhenti sejenak, mencopot earphone-nya, mengedarkan pandangan. Ia memperhatikan mahasiswa-mahasiswi yang berdiri dan lalu lalang di koridor kampus itu. Matanya bergerak mengamati penampilan mereka, buku-buku yang mereka bawa, dan diam-diam menguping dialog mereka untuk mencari tahu topik apa yang sedang hangat dibicarakan—yang mungkin saja nantinya bisa akan ia angkat menjadi tema podcast-nya.

Namun, yang terjadi tidak sesuai dengan ekspektasinya. Para gadis yang mendapatkan lirikan mata Elvaro tersipu malu dan terlihat salah tingkah. Mereka sibuk merapikan rambut dan baju mereka. Ada juga yang langsung menambahkan polesan lipstik di bibir, berusaha menarik simpatinya.

Sadar akan hal itu, Elvaro berbalik, berjalan cepat ke kelasnya. Sepertinya area kampus memang tidak cocok menjadi tempat observasi baginya. Ia harus mencari tempat lain.

Di bagian lain koridor kampus, Elvaro berpapasan dengan Alvin.

"Morning, Man! Lo ada kelas pagi?" tanya Alvin.

"Iya. Matkul Prof. Hartono," sahut Elvaro.

"Tapi kelompok lo udah maju presentasi kan minggu lalu?"

Elvaro mengangguk.

"Mendingan cabut aja nggak, sih? Sekarang masih kelompok lanjutan, kan?"

"Sebenarnya tujuan gue emang cuma survei..."

"Survei buat...?"

"JICASTER." Namun, kemudian Elvaro malah mengibaskan tangannya. "Ah, nevermind!"

"Gimana kalau kita cabut ke toko buku aja? Friends Game Volume 11 udah terbit nih!"

Elvaro berpikir sejenak, lalu mengangguk. "Ya udah. Tiga puluh menit lagi, lo langsung ke parkiran. Gue tunggu di mobil."

"Sip!" Alvin menyahut cepat.

Mereka pun berpisah, melangkah ke arah berlawanan menuju kelas masing-masing. Namun, baru beberapa langkah, Alvin tiba-tiba teringat sesuatu. Ia berbalik dan setengah berlari mengejar Elvaro.

"By the way, lo mampir ke kelas dulu nggak?"

"Nggak," sahutnya cepat. "Tapi gue lewat." Ia melirik Alvin sekilas. "Kenapa?"

"Great! Gue titip ini ya buat Sandi!" Alvin menyodorkan tiga buku. "Tadi gue belum sempat ketemu dia."

"Oke." Elvaro menerima buku-buku itu tanpa banyak bertanya, bahkan tanpa melirik sampulnya.

Ia kembali melangkah sambil memasang earphone-nya.

Loving Like The SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang