抖阴社区

42; harapan

71K 2.8K 86
                                        

MEMPUBLIKASIKAN HUBUNGANNYA DENGAN Kiran ternyata tidak seburuk bayangannya. Pada laman media sosial, Runa beberapa kali mengunggah aktivitas yang melibatkan Kiran. Kini dia amat lega karena teman-teman dan kenalannya yang lain sudah tahu bahwa Kiran memang orang yang spesial untuknya. Dia tak lagi waswas jika harus berpapasan dengan mereka ketika dia dan sang suami sedang bersama.

Dengan masalah pribadi yang mulai reda, Runa juga lebih dapat fokus pada tugas akhir kuliahnya. Dia telah berhasil menyelesaikan manuskrip final. Seminar hasil atau proses presentasi final yang biasa disebut sebagai sidang skripsi itu sudah Runa jalani sekitar tiga minggu yang lalu. Selama selang waktu tersebut, dia juga telah menyelesaikan revisi dan segala kepentingan mengenai tugas akhir. Saat ini, Runa hanya perlu menunggu hasil wawancara mengenai registrasi kuliah masternya dan menunggu acara wisuda yang akan diselenggarakan pada awal semester baru.

Waktu luang yang ditunggu-tunggu Runa akhirnya datang. Kini dia hanya perlu fokus pada perkembangan kondisi Inka setelah lepas dari hubungan manipulatif itu.

Suasana restoran sedang cukup lenggang ketika Runa menghabiskan waktu untuk makan siang di sana.

"Gue sempet nemenin dia konsultasi rutin, kondisinya sekarang udah lebih baik dari sebelumnya. At least, sekarang dia udah nggak sesering itu nangis dan ngurung diri di kamar," jelas Vanya kepada Runa. "Bokapnya juga udah nggak sefrontal itu buat nyalah-nyalahin dia. Beliau udah mulai percaya sama semua kebusukan Josh," tambah Vanya. "Beruntung banget, waktu gue jenguk dia di rumahnya, Farrel ikut dateng. Dia berhasil bikin bokap Inka percaya dengan nunjukkin foto sama bukti-bukti lain yang merujuk ke perilaku bajingan cowok berengsek itu."

Runa mengangguk, merasa ikut lega karena permasalahan sang sahabat pada akhirnya mulai mendapatkan titik terang.

"Farrel ngekontak langsung ke elo?" tanya Runa saat itu.

Vanya mengangguk.

Runa memainkan gelas minuman yang ada di hadapannya. Dia mengembuskan napas pendek.

"Gue nge-chat dia dari entah sejak kapan, tapi belum ada yang dibales."

Di hadapan Runa, Vanya langsung berdecak.

"Ya elah, lo 'kan udah nolak dia," komentarnya. "Lagian, lo juga udah ada suami. Emangnya mau poliandri?"

"Bukan gitu, Vanya," timpal Runa spontan. "Farrel tetep temen gue. Gue nggak mau kami lost contact karena jawaban gue ke dia. Selain itu, gue juga belum ngomong langsung ke dia soal Kiran. Kalau dia mikir bahwa selama ini gue ngibulin dia ...."

Tak seperti Runa yang kelihatan begitu khawatir, Vanya malah tengah menyesap minumannya dengan santai. Dia memutar batang sedotan, lalu berujar, "Mau ketemu Farrel?"

Runa mengangguk, merasa cukup sedih.

Vanya tiba-tiba mengedikkan dagu ke depan.

"Tuh, orangnya udah nongol," ungkapnya. Tanpa mengucapkan banyak kata, Vanya telah berberes-beres. "Gue ada janji sama orang lain di sini. Noh, di meja sana. Lo ngobrol dulu aja sama Farrel."

Runa mengerjap. Dia tak sempat menghentikan Vanya karena sosok itu sudah lebih dulu berpindah kursi, dari tempat terbuka di dekat taman menuju ruang restoran yang ada di dalam.

Runa menoleh ke belakang begitu ingat pada ucapan Vanya. Dia mengerjap saat melihat Farrel yang melambaikan tangan padanya. Sosok itu duduk di tempat yang awalnya ditempati Vanya. Dia mengenakan hoodie dan celana jin yang warnanya telah memudar. Pembawaannya masih terlihat santai seperti biasa, meski Runa sudah hampir dua bulan tak lagi melihatnya.

"Kangen sama gue, Run?" ujarnya langsung, sarat akan candaan. "Vanya bilang lo mau ngomong, jadi gue mampir ke sini sekalian."

Runa mengembuskan napas pelan ketika mendengarnya.

to forgive [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang