"Karena sudah menikah jangan panggil saya lagi dengan oom," katanya berbisik halus ditenga membuat tubuh dengan impulsif bergidik.
"Kalau begitu apa dong oom-eh. Aduh, maaf keceplosan. Oom ada saran?"
"Panggilnya mas aja."
Dengan satu alasan konyol...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jeongguk tidak mengerti tapi semakin hari selalu ada saja ada cara bagi putranya untuk menyita waktu Taehyung dan menjauhkan dia dari sisinya. Awal mula Jeongguk merasa kesal dan perbuatan Jungkook itu menyebalkan. Jungkook juga tidak mau ditinggal tidur sendiri tapi Jeongguk pun tidak mengizinkan untuk dia ikut tidur bersama orang tuanya. Untuk apa itu merepotkan.
Efeknya secara sadar ia jadi banyak menuntut Taehyung saat dia selesai mengasuh Jungkook. Setiap malam biasanya mereka akan melakukan penyatuan paling tidak sekali sebelum tidur dan sekali setelah bangun sebelum berangkat kerja. Dilanjut dengan Taehyung yang membantunya sampai teras rumah sebelum ia kembali pada Jungkook yang bangun sampai jam sepuluh malam Taehyung baru kembali memberi waktu untuknya lagi.
Terus menerus seperti itu tapi Jeongguk berpikir apa hidup seperti ini tak membuat Taehyung jenuh dan sengsara. Dia tak bertanya jadi Taehyung bungkam, paling tidak Taehyung pun pasti merasakan kekesalan karena terus bergiliran melayani ayah dan anak yang sama-sama keras kepala dan haus kasih sayang.
Jeongguk berpikir apa mungkin saja ia memutuskan pernikahannya, Taehyung belum mencintainya tapi masih menaruh suka pada Jungkook. Jungkook pun sudah mengatakan bahwa dia masih mencintai mantannya itu dan tak suka melihat kedekatan Taehyung dengan dirinya. Apa mungkin melepas Taehyung adalah pilihan yang terbaik.
Jeongguk merasa ia menyukai Taehyung tapi terus menilai bahwa hatinya sepenuhnya Jiyeon genggam dan bawa mati. Tak ada ruginya bagi ia untuk berbesar hati melepas si cantik pergi.
"Mas," panggil Taehyung setelah berganti pakaian. Dia perlahan naik ke atas ranjang lalu merangkak sampai naik keatas pangkuan. Satu tangan mengalung pada leher dan tangan yang lain berkerja dibawah dengan lihai menekan dan meremas sesuatu yang selalu terlihat menonjol ditengah celana meski tidak dalam keadaan tegang sekalipun.
"Hei, kenapa." Jeongguk bingung dengan sikap blak-blakan Taehyung sekarang. Ia menjauhkan remasan tangan itu membuat Taehyung berhenti.
Taehyung menatap sayu. Wajahnya muram kurang semangat. "Hah? Biasanya tiap malam kalau Jungkook sudah tidur mas pasti menagih itu sama aku. Sekarang aja kan."
"Tidak kamu kelihatan lelah Tae, ada yang salah ada yang sakit. Kamu pasti lelah sekali." Jeongguk perhatian. Dia mengusap pipi yang membengkak besar itu dengan sapuan ibu jari. "Tidur saja ya."
"Mas yakin tahan nggak ngelakuin itu, aku nggak mau nanti tiba-tiba mas marah atau cemburu karena merasa aku nggak perhatiin."
"Memang seperti itu ya."
Taehyung mengangguk. Kecemburuan Jeongguk adalah yang terburuk sepanjang yang ia tahu, perasaan kesalnya selalu lelaki ini lampiaskan dengan menghujam dan memberi dorongan yang lumayan saat mereka melakukan penyatuan. "Iya, mas nggak pernah absen tiap malam buat minta sama pagi juga setelah bangun tidur. Jadi aku inisiatif aja lakuin sekarang sebelum mas Jeongguk minta."