抖阴社区

Part 1

35.1K 583 10
                                        

"Karin mau kado apa dari Papa sebagai hadiah ulang tahunnya, Sayang?" tanya Daffa berjongkok di hadapan Karin.

Duda anak satu itu memegang bahu Karin dengan lembut sambil menatap dalam mata sang putri yang terlihat berkaca.

"Karin cuma mau mama, Pa."

"Pa, Karin pingin punya mama. Karin sedih karena setiap hari cuma ditemenin papa dan Oma aja. Teman-teman Karin semuanya punya mama."

Ibu Gina dan Daffa saling tatap mendengar permintaan Karin yang baru kali ini gadis itu ungkapkan setelah 7 tahun lamanya hidup tanpa belaian tangan seorang ibu.

Anak manis itu menangis di hari ulang tahunnya. Permintaan Karin kali ini tidak bisa dianggap mudah karena Daffa belum tentu bisa mewujudkan semua itu.

"Hallo Karin ...."

Karin, Daffa, dan Bu Gina menoleh pada pintu yang terbuka. Di sana, di samping Mbok Darmi berdiri seorang gadis cantik dengan gaun navy di atas lutut tanpa lengan tersenyum manis pada Karin.

"Kak Wilda?"

Daffa mengerutkan dahi dan mengangkat sebelah halisnya melihat senyum yang terbit di wajah Bu Gina. Gadis itu melangkahkan kakinya yang dibalut high heels senada dengan warna gaun yang ia kenakan ke arah Karin.

"Lho, anak cantik kok nangis? Karin kenapa, Sayang?" tanya Wilda menundukkan sedikit tubuhnya dan mengelus pipi Karin yang basah.

"Kak Wilda, Papa jahat."

Karin langsung memeluk leher Wilda dan semakin menangis di balik bahu gadis itu.

Wilda mengelus rambut panjang sepunggung anak gadis kecil cantik itu.

"Kok, Karin bilang kayak gitu?"

"Papa jahat karena nggak mau kasih Karin, mama. Karin pingin punya mama, Kak. Yang cantik dan baik kayak Kak Wilda," ujar Karin di sela-sela tangisnya.

Wilda melepaskan pelukannya dari Karin. Mengelus puncak kepala anak kecil itu. Dari Bu Gina, Wilda tau jika Karin adalah seorang anak yang sudah tidak lagi memiliki seorang ibu.

"Karin bantu doa dong biar papa segera temuin mama buat Karin. Jangan sedih ya, selain mama masih banyak kok yang sayang sama Karin, termasuk Kak Wilda."

Tanpa ia sadari Daffa menarik sudut bibirnya untuk tersenyum. Tersenyum adalah hal yang sangat jsrang pria itu lakukan di depan orang yang bukan keluarganya.

Senyumnya yang dulu pernah ada dan tercipta sirna begitu saja sejak ia harus menerima kenyataan jika ibu dari Karin pergi meninggalkan dunia satu jam setelah melahirkan putri kecil mereka.

Karin mengusap air matanya lucu.

"Beneran? Kak Wilda sayang sama Karin?" tanya Karin menunjukkan ekspresi lucunya.

Wilda mengangguk. "Bener dong, masa Kak Wilda bohong. Kalau nggak sayang, untuk apa Kakak datang ke sini? Ke acara ulang tahunnya Karin."

Gadis itu mengeluarkan kotak kecil dari dalam tasnya.

"Selamat ulang tahun ya, Sayang. Semoga Karin selalu bahagia kapan pun dan di mana pun. Maaf Kak Wilda cuma bisa kasih kado ini. Semoga Karin suka, ya."

Karin menerima kotak kecil yang diberikan Wilda. Membukanya setelah itu mata Karin langsung berbinar.

"Karin suka banget sama kalungnya. Makasih ya, Kak."

"Iya sama-sama, Sayang."

Karin memeluk lagi Wilda dibalas dekapan hangat gadis itu. Diam-diam Bu Gina meneteskan air mata haru melihat cucu yang sangat ia sayangi itu kembali tersenyum di pelukan Wilda.

Bersama Si DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang