Hal terpenting bagi makhluk hidup agar tetap 'hidup' adalah terus 'hidup'.
"Bukankah itu memang sama?!"
Dengan cepat, orang-orang di ruangan itu menyadari kehadiran 'penyusup'. Seorang bertubuh kekar hendak mengeluarkan sesuatu dari bagian belakang tubuhnya. Namun, segera dihentikan oleh sosok berpakaian aristokrat. "Keluar."
"Tapi, Tuan Muda!"
Manik biru pudar itu menatap tajam, seolah irisnya memiliki kemampuan membekukan seisi ruangan.
"Ba-baik."
.
.
."Sunce!"
Seketika raut tegang di wajah tanpa cela itu menghilang. Anak laki-laki itu tersenyum cerah, sampai-sampai matanya hanya tinggal segaris.
Sunce melompat dari langit-langit, dan langsung mendarat dalam lengan mungil Silvius. Melihat betapa kuatnya anak itu, orang-orang tidak akan menyangka usianya belum genap 12 tahun.
"Apa yang membawa Sunce kecil kemari?"
"Xanthe."
Tubuh Silvius bergetar, tidak kuasa menahan betapa menggemaskan adik kecilnya, yang membenci panggilan kesayangannya melebihi apapun di dunia ini.
"Apa yang membawa Xanthe kecil kemari?"
Xanthe menunjuk ke arah sosok berkacamata. "Xanthe mau tanya."
Sosok berkacamata–Zagreus Gasses–merapikan buku-buku, yang membuatnya terlihat semakin menawan. Dengan manik coklat gelap yang seolah menyihir untuk terus menatap, rambut panjang sewarna jelaga, serta suara berat namun halus itu ... tidak heran para wanita mengantre memohon dijadikan simpanan kesekian.
"Kenapa ikan mati?"
"Maaf?"
Xanthe menghela napas. Dia menanyai tuan berkacamata, jadi mengapa Kakak bodohnya yang harus menjawab?
Xanthe hampir memaki Silvius, andai seseorang tidak tiba-tiba membuka pintu ruangan.
"Tuan Putri!"
"Mengapa Anda di sini? Saya sudah mencari Anda dari pagi tadi!"
"Ikan. Mati."
"...."
Butuh beberapa saat bagi mereka untuk menerjemahkan kata-kata Xanthe.
"Ah, sepertinya Tuan Putri ingin menanyakan tentang ikan peliharaannya yang mati beberapa jam lalu. Saya sudah menjelaskan bahwa itu ketetapan Tuhan, tapi sepertinya Tuan Putri masih belum puas."
Xanthe mengangguk. Dia memiringkan kepala, penasaran akan jawaban yang akan diterimanya.
"Mungkin ada masalah dengan makanannya?" timpal Silvius tiba-tiba.
"Tu-Tuan Muda!" Kelegaan karena berhasil menemukan Xanthe membuat Melannoe terlena. Bagaimana bisa dia lupa mengucapkan salam pada calon majikannya di masa depan? "Maafkan kelalaian saya, tolong biarkan saya saja yang menggendong Tuan Putri."
Silvius menolak mentah-mentah. Bibir kecilnya bersungut sebal. Dalam lubuk hati terkecilnya, Silvius memendam cemburu pada Melannoe. Melannoe adalah pelayan pribadi Xanthe. Mereka bersama hampir setiap waktu, sedangkan dirinya ..., "Kau tahu penyebabnya bukan, Zagreus?"
Zagreus mengendikkan bahu ringan. "Entahlah. Saya bisa tahu jika melihat, tapi sepertinya Tuan Putri sudah terlanjur mengadakan pemakaman untuk Tuan Goldfish," kerling Zagreus jenaka.
Dia melihatnya! Xanthe sangat ingin menenggelamkan wajahnya sekarang juga.
.
.
."Air asin memiliki konsentrasi garam kurang lebih 35%. Jika makhluk hidup tidak memiliki 'sistem' khusus untuk menyeimbangkan kadar garam dalam tubuhnya, maka makhluk hidup tersebut akan mengalami dehidrasi akibat osmosis."
Zagreus terdiam sejenak. Kebingungan mencari kalimat yang pas hingga anak semungil Xanthe bisa paham. "Osmosis adalah perpindahan dari konsentrasi rendah ke tinggi dengan bantuan membran semipermiable. Um ...."
Kening Xanthe berkerut. Osmosis saja ia masih belum paham, sekarang bertambah pula kosakata aneh macam 'membran semipermiable'. Xanthe melirik ke arah Silvius yang terlihat bosan, berharap sang Kakak bisa menjelaskan dengan bahasa yang dimengertinya.
I-Imut!
"Ekh-ekhem ... mungkin maksudnya kayak makan garam. Lama-lama tenggorokan akan terasa kering dan jadi batuk-batuk."
"Benar, Tuan Muda. Dengan konsep yang sama, karena garam memiliki konsentrasi yang lebih tinggi, maka garam akan menarik air. Saat tubuh kekurangan air, otak akan mengirim sinyal 'haus' untuk menghindari gagalnya fungsi tubuh akibat dehidrasi."
Ah, Xanthe mengerti konsep ini. Air adalah sumber kehidupan. Bagaimanapun dia pernah merasakan betapa mengerikannya hidup mengais-ngais air. Wajar jika ikan juga berusaha memertahankan air dalam tubuhnya.
"Tapi, bagaimana ikan di laut bisa menemukan 'sistem' khusus itu?"
Zagreus tersenyum. Dibandingkan dengan Silvius, Xanthe kecil jauh lebih 'penasaran'. Bagaimanapun, Zagreus tidak membenci tipe anak seperti ini.
"Pertanyaan Tuan Putri akan terjawab jika memelajari evolusi. Tapi, untuk saat ini saya hanya akan menjelaskan sampai di sini–sepertinya perut Tuan Putri minta segera diisi.
Growl
Oh? Xanthe sudah terbiasa mendengar suara-suara semacam ini setiap harinya, tapi ketika dilihat oleh Silvius dan Zagreus entah kenapa ujung kupingnya ikut memerah.
"Persilakan saya meninggalkan ruangan ini, Tuan Muda dan Tuan Putri."
"Sampai jumpa lagi, Sunce!"
Sekarang hanya tersisa Xanthe dan Melannoe yang segera masuk setelah para lelaki meninggalkan ruangan. Melannoe menatap Xanthe khawatir. Xanthe terlihat mungil untuk anak seumurannya. Namun, apa yang bisa dia lakukan? Ini bukan seperti Kepala Pelayan memberikan anggaran yang cukup untuk mengurus kediaman nona muda mereka.
Xanthe mengerti tidak ada makan malam untuk hari ini, meremas perut sambil tersenyum kecil. "Noe, temani Xanthe cari buku-buku ini," ajaknya seraya menunjukkan kertas rekomendasi yang ditulis Zagreus.
Melannoe menutup wajah, menahan tangis. Anak seusia Xanthe biasanya akan merengek, namun perilaku layaknya orang dewasa ini malah membuah hati Melannoe semakin teriris. "Baik, Tuan Putri."
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
Different Ways to Survived
FantasyDunia indah tanpa diskriminasi ... kapankah akan terjadi?