"Mau kemana lo?" tanya Yeri yang melihat Geo berjalan dengan raut penuh emosi.
"Bukan urusan lo!" bentak Geo.
Jimmy dengan segera berlari menyusul kepergian Geo, ia menahan lelaki tersebut.
"Minggir!" sentaknya.
"Lo mau kemana dulu?" tanya Jimmy.
"BUKAN URUSAN LO!" bentaknya.
"Jelas urusan gue, lo gak bisa kemana-mana. Emosi lo lagi meluap," jelas Jimmy.
"NGGAK USAH PEDULIIN GUE!"
"Ge, sadar! Bella, di sana lagi kritis," jelasnya.
"Gue mau buat perhitungan sama si brengsek itu!" ucap Geo.
"Woy! Percuma lo buat perhitungan sama dia, dia udah aman sama polisi. Udah bukan ranah kita lagi." jelas Braga.
Geo tersenyum sinis, ia lalu membalikan badan dan segera menghampiri Braga.
"BUKAN RANAH GUE? BELLA KAYA GINI JUGA, KARENA ULAH DIA! DIA YANG UDAH BUAT CEWEK GUE CELAKA! SAMUEL BAJINGAN ITU, UDAH BIKIN CEWEK YANG GUE SAYANG CELAKA, BRAGA! DAN GUE HARUS DIEM AJA? GUE HARUS PASRAH GITU AJA? GAK BISA, GA! PRINSIP GUE DARI DULU. MATA DIBAYAR MATA, BEGITUPUN SEBALIKNYA!" bentak Geo.
Braga tak bisa berkata-kata, betul ucapan Geo. Mereka tak bisa hanya diam, sedangkan gadis yang mereka sayangi sedang berjuang.
"Kalo boleh milih, biarin gue aja yang ada di sana. Gue gak bisa kalo harus liat Bella gak berdaya kaya gitu," Geo terduduk di lantai dengan tatapan kosong, "Tuhan, please gue mohon. Gue cuma pengen Bella sembuh, biarin gue aja yang gantiin dia. Gue gak pernah minta yang aneh-aneh, cukup minta Bella. Ambil gue sebagai gantinya."
Mereka yang mendengar itu, tak kuasa untuk menangis. Doa dari Geo cukup menyayat hati mereka.
"Please, aku mohon, Tuhan. Jangan ambil dia, biarkan Engkau mengabulkan permintaanku kali ini. Aku gak sanggup, aku mohon, Tuhan." jerit kerapuhan dari seorang, Yeri.
Doa-doa mereka sangat menggema di lorong rumah sakit tersebut. Sangat mengkhawatirkan.
Belum lagi, kondisi Geo yang masih mengenakan pakaian berlumuran darah. Tatapan matanya sangat kosong, tidak ada kehidupan disana.
"Please! Lo harus sadar, Geo!" Braga mengguncang tubuh lelaki tersebut, tapi tetap saja tak bergeming.
"Gue tau, kehidupan kita di sini tuh ada masanya. Dan, gue selalu berdoa yang terbaik, buat kesembuhan, Bella. Gue nggak akan nuntut apapun, sama Tuhan. Gue cuma bisa berdoa, selebihnya, biar Tuhan yang atur. Masalah hidup dan mati, itu udah rencana Dia, dan kita nggak bisa nolak itu," jelas Jimmy.
Penjelasan Jimmy, membuat Geo mengalihkan pandangannya. Air matanya lolos begitu saja.
"Gue pernah ada di posisi lo, dan itu ... sakit(?)" Jimmy kembali mengingat kembali, bagaimana dirinya yang kehilangan arah, ketika Olive meninggalkannya. "Dan, lo yang tabahin gue. Sekarang, giliran gue yang nguatin, lo."
Geo menitikan air matanya, "It's really hurt." Lalu ia menyandarkan kepalanya pada bahu tugap Jimmy, ia menangis sejadinya.
Geo bahkan tidak peduli dengan apa yang orang-orang lakukan untuk membujuk dia, keluar dari kegelapan ini. Semuanya— dia rasa, dia akan lebih merasakan sakit ketika keluar dari sini dan tidak melihat Bella di setiap sudut kantornya.
Notifikasi dari ponsel yang membuat layarnya menyala, Geo hanya menatapnya sekilas dan tidak ada niatan untuk membalas. Ia terlalu lemah.
Pria yang sudah dewasa itu, kembali meneteskan air matanya untuk yang kesekian kalinya.
Persetan dengan jabatannya, gestur tubuhnya, dan kondisinya yang saat ini sudah benar-benar menjadi manusia matang. Geo tetap menyandarkan tubuh ringkihnya pada dinding rumah sakit. Membiarkan tubuhnya kedinginan terlalu lama duduk di lantai.
Tangan yang terbiasa menggenggam jari mungil kekasihnya itu, mulai bergetar.
Wajah tampan yang berantakan itu menahan tangis, bibirnya kembali bergetar dengan mata yang memanas.
"Bella … ayo bangun! Kamu janji buat nggak ninggalin aku."
Cairan bening yang paling Geo benci, membebaskan dirinya lagi untuk kesekian kali. Tubuhnya yang sendu.
Bahu kokohnya bergetar hebat, mengisyaratkan bahwa pria kuat ini sedang berada di titik terendahnya.
Isakan demi isakan terus menerus keluar dari bibir pucatnya sambil menyebutkan nama Bella, berkali-kali. Tangisan itu, membuat Geo sulit bernapas, kepalanya terasa berat dan berisik.
Dia memukul dadanya sendiri, yang terasa berat ketika membayangkan tatapan sendu dari kekasihnya dan bagaimana wanita itu terbaring lemah dengan sekujur luka di tubuh dan hatinya. "Bella …"
Hidungnya sembab, bibirnya pucat, wajahnya terlihat berantakan dengan bekas air mata. Kedua kelopak matanya bahkan jauh dari kata normal. Dan Geo menyadari itu, tapi sungguh. Dia tidak peduli dengan penampilannya sekarang.
Lelaki tersebut, tertawa ditengah kesunyian jiwanya, tawa yang tersirat akan luka yang mendalam. Dirinya saat ini tengah jatuh dalam lubang penyesalan dan kekecewaan. Sesal, karena dia tidak bisa menjaga wanitanya. Kecewa, karena penyebab ini semua, karna ulahnya sendiri.
Geo menggigit jari telunjuknya sendiri dengan kencang, hingga menimbulkan setitik darah, untuk meredam isak tangis. Keningnya kembali tertunduk menempel pada kedua lututnya sendiri. Kedua matanya terpejam kuat, membiarkan air matanya mengalir tersendat.
Tolong, biarkan kali ini Geo berada di dalam lubang kegelapan. Dia harus menerima semua penyesalan dan kekecewaan yang sedang dia alami.
Siapapun yang melihat keadaan lelaki tersebut, bisa merasakan, apa yang sedang dirasakan olehnya. Tak terkecuali, Braga, Kevin, Jimmy, serta Yeri.
Jimmy menghela nafas pelan, ia lalu berjongkok, "I know, coba lo ikhlasin aja. Ikhlasin buat dia bisa berjuang di sana, bukan malah lo ikhlasin dia pergi, ya!" peringat Jimmy.
Geo mengangkat kepalanya, ia tersenyum getir.
"Tapi, Bel--"
Kevin memukul bahu lelaki tersebut, dengan pelan. "Bangkit! Doain sahabat gue, jangan kaya gini!"
"Kalo lo, gak mau bangkit. Bella bakal gue rebut!" ancam Jimmy.
Geo yang mendengar itu, dengan segera menghapus air matanya secara kasar. Ia lalu menggeplak kepala Jimmy, hingga menimbulkan bunyi nyaring.
Plak!
"Sakit bego!" teriak kesakitan, Jimmy.
"Makanya kalo ngomong, dipikir dulu!" Geo mendelik kesal.
"Pancingan, biar lo mau bangkit. Dan liat, beneran bangkit. Tapi, bukan bangkit dalam kubur!" ceplos Jimmy.
Geo terkekeh pelan, ada saja tingkahnya.
"Makasih, karena udah kuatin gue!" ucapnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow [ PROSES REVISI ]
RomanceBella, gadis cantik dengan segudang pesonanya, yang disakiti oleh calon suaminya sendiri. Diselingkuhi dengan alasan yang sangat tidak masuk akal. Pernikahan impiannya, menjadi hancur begitu saja. Dari sekian banyak laki-laki yang mengaguminya, diri...
Diujung tanduk
Mulai dari awal