***
Mata bermanik coklat itu sudah terbuka sedari tadi, menampilkan beberapa orang yang kini menatapnya dengan tersenyum manis.
Bahkan tadi ia sudah di hadiahi pelukan oleh salah satu wanita di depannya. "Kalian siapa?" Tanyanya kepada mereka, dari tatapan berbinar itu seolah mereka mengenalnya, dan ada tatapan rindu yang amat mendalam di sana.
Seorang pria paruh baya tersenyum lembut ke arah gadis itu. "Maafin Papi, maaf ya?" Gadis itu bingung tentunya bingung, baru di hadapi dengan kenyataan bahwa ia bertransmigrasi hanya karena melamun, kini ia sudah di hadapi dengan seorang pria yang mengaku sebagai Papinya namun malah berujar maaf.
Ia kembali mengingat catatan pada ponselnya yang ia lihat, juga beberapa quote penyemangat hidup yang ia lihat, ia langsung bisa menyimpulkan bahwa gadis yang ia tempati tubuhnya ini mengira bahwa ia sudah tidak memiliki keluarga.
Lizzie atau sekarang seharusnya kita panggil dengan sebutan Nilya tersenyum lembut, ia tahu seharusnya gadis ini yang merasakan semuanya bukan dirinya. Ia merasa kasian kepada Nilya, padahal gadis itu sangat menanti-nanti akan di sayang oleh orang tuanya.
Sampai dengan bodohnya berpikir bahwa lelaki yang ia temui di club itu akan menyayanginya seperti seorang Ayah, padahal lelaki itu menyayanginya sebagai seorang pria kepada wanitanya. Huh... Sungguh kasian.
Lelaki dengan nama Aaron Velasquez itu menjelaskan kepada anaknya dengan teliti, kenapa gadis itu bisa hilang, dan bagaimana perjuangan mereka mencari gadis itu, juga secara tidak sengaja menemukannya karena memang mereka yang menabraknya.
Dan karena di perlukannya darah untuk Nilya, dan karena mereka adalah orang tua gadis itu jadi darah dari Ibunya Melina Velasquez ternyata cocok dengan milik Nilya. Dan entah sebuah keberuntungan lagi, karena dokter di rumah sakit ini mencoba untuk meneliti darah keduanya yang terjadi kecocokan 99,999%. Yang biasanya hanya ada pada orang tua dan anak, disitu si Dokter melakukan tes DNA dan ternyata benar Nilya adalah anak mereka yang hilang selama tiga belas tahun lamanya.
Nilya, gadis itu hanya bisa tersenyum. Dan menerima semuanya, lagipula ini lebih bagus. Karena tidak mungkin ia hanya berharap untuk hidup dengan uang beberapa juta di tasnya itu.
Yang terpenting ia sudah menemukan orang tua dari tubuh ini.
***
Nilya memandang mansion besar di depannya, walaupun ia pernah melihat beberapa kali mansion sebesar ini, karena teman-teman kelasnya banyak yang orkay tapi tetap saja ia kagum melihat pemandangan di depannya.
Gadis itu memasuki mansion tersebut yang langsung di sambut oleh ratusan bodyguard dan puluhan pelayan di dalam mansion tersebut, ia tak menanggapi mereka dan sibuk melihat ke arah keluarganya yang hanya menampilkan senyuman tipis.
Gadis itu di bawa oleh seorang pelayan menuju kamarnya, karena suruhan dari Aaron. Dapat ia lihat di dalam kamarnya itu berwarna Lilac dengan harum dari bunga lavender bercampur mint, kesukaannya.
Gadis cantik itu tersenyum manis, lalu mengucapkan '
terima kasih, kepada pelayan yang mengantarnya."Sama-sama nona. Untuk pakaian anda sudah ada di walk in closet, dan jangan lupa saat jam tujuh, waktunya makan malam bersama. Jika begitu saya permisi, nona." Pelayan itu berlalu ketika mendapat anggukan dari Nilya.
Gadis itu menutup pintu bercat putih itu, lalu segera merebahkan tubuhnya pada kasurnya yang memiliki motif anak-anak namun dengan warna Lilac seperti warna kamar ini.
"Enak banget." Ia menghirup dalam-dalam aroma kesukaannya yang menguar kemana-mana. Ia mengambil ponselnya lalu membuka notifikasi yang ada.
Ia melebarkan matanya, ketika melihat kontak dengan nama Daddy Jeff ♡ memanggilnya sudah ratusan kali, ia membuka aplikasi WhatsApp-nya yang dimana juga banyak sekali pesan dari lelaki itu.
Daddy Jeff ♡
Selasa
Sayang
Baby
Kamu dimana?
Kenapa daddy cariin nggak ada?
Kan, daddy udah bilang jangan nakal
Kenapa malah ngilang
Mau pergi dari daddy?
Nakal banget, mau daddy hukum?
Pulang nggak?!Rabu
Baby kamu kemana sih?
... SelengkapnyaBanyak sekali pesan yang di kirim oleh lelaki yang bertuliskan Daddy Jeff ♡ itu. Dan membuat Nilya merinding membacanya. Apalagi saat membaca pesan yang terakhir.
Hari Ini
Baby, jangan main-main sama aku.
Kamu tahu aku gimana kan?
Jadi, pulang sekarang juga. Sebelum aku seret, dan hukum kamu biar nggak bisa jalan selama satu bulan. Mau?
Kamu udah baca ini kan? Sekarang pulang, sebelum aku benar-benar melakukan hal yang sudahku bilang.
Pulang, Cannilya!Dengan segera Nilya mencabut kartu pada ponselnya itu, mematahkannya lalu membuangnya keluar jendela.
Bulu kuduknya sampai merinding membaca pesan itu, ia sudah bukan gadis polos lagi seperti dua tahun lalu. Otaknya sudah ternodai dengan bacaan 1821. Jadi melihat kata-kata lelaki itu saja, sudah bisa ia simpulkan apa hukuman yang di maksud itu.
Ihh, seremm!
Sekarang sudah jam tujuh malam, dan Nilya sudah berada di meja makan bersama kedua orang tuanya. Karena Bibi dan Pamannya sudah pulang ke mansion mereka.
Ia memandang wajah mereka, sembari memakan ayam goreng di depannya. Lalu kembali fokus, karena tidak boleh berbicara saat sedang di meja makan, begitulah aturan keluarga Velasquez.
Setelah selesai makan mereka berkumpul di ruangan keluarga, dan disini Papinya ingin membicarakan sesuatu katanya.
"Jadi, Papi cuma mau ngasih tahu, kalo sebentar lagi Kaezar sama Sagara, kedua Kakak kamu bakal pulang dari Korea." Ujar Aaron sembari menatap ke arah Nilya.
Nilya mengangguk saja, lalu bertanya. "Emangnya Kakak ngapain di Korea, Pih?" Tanyanya kepada Papinya itu.
"Ngurus bisnis, Papi nggak bisa pergi waktu itu karena Mami lagi demam, makanya Papi nyuruh Kak Saga sama Kak Kai yang pergi." Bukan Papinya yang menjawab tapi Maminya, Melina dengan senyuman lembut menatap Putrinya itu.
"Ohh gitu." Nilya tetap tersenyum, lalu melanjutkan menonton film di televisi depannya. Sebenarnya ia takut jika kedua Kakaknya itu tak menerimanya, tapi ya sudahlah, kita lihat saja nanti.
***
This Part Ends On:
Selasa, 11 April 2023

KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessed With You [END]
FantasyGimana rasanya, jika kalian yang sedang melamun di kamar dan baru satu detik memejamkan mata, langsung tersadar di tempat yang berbeda, yang jelas-jelas bukan kamar kalian?! *** "Baby, kenapa ngelamun, hm?" Lizzie Swansea. Gadis itu menatap was-was...