Hise melihat sekitar karena planet Bumi tampak hampir sama dengan planetnya.
Hise : "Tehi, planetmu tampak serupa dengan planet tempat tinggalku."
Tehi : "Tentu saja. Karena itulah manusia bisa tinggal ketika ada Batu Bintang."
Hise : "Tetapi ada satu hal yang janggal di Bumi."
Tehi : "Apa itu?" (sambil berjalan mengikuti jalan gunung)
Hise : "Aku tidak berubah wujud."
Tehi terdiam.
Tehi : "Benar juga. Ketika di kubah pertama dulu, Mapeno tampak berubah. Itu membuktikan bahwa kalian harusnya berubah ketika mencapai Bumi."
Hise : "Tetapi saat kubah terakhir dibuat, kami pun tidak berubah."
Tehi : "Itu karena harapannya. Kami sama-sama tidak mengharapkan kalian berubah. Tetapi..." (menatap ke sekitar) "Seharusnya di Bumi ini kau berubah."
Hise : "Siapa yang membuka jalan ke Bumi?"
Tehi : "Mungkinkah itu Baoe?!"
Hise : "Apa dia memiliki Batu Bintang?"
Tehi : "Kita harus menemukannya sebelum Bumi hancur karenanya."
Tehi langsung berlari menuruni gunung. Dia menyeberang jalan dan berlari melewati pepohonan hingga sampai ke sungai. Dia menyeberangi sungai dan terus berlari melewati pepohonan.
Beberapa menit kemudian, mereka sampai ke perkotaan. Tehi melihat ke semuanya dan tampak adanya perbedaan.
Tehi : "Apakah ini benar Bumi?"
Hise : "Ada apa?"
Tehi : "Terasa sepi dan suasananya berbeda."
Hise : "Dimana tempat tinggalmu?"
Tehi : "Oh, iya. Kita harus coba menuju ke tempat tinggalku dahulu."
Tehi segera berlari menuju ke rumahnya di salah satu apartemen. Dia naik perlahan karena mulai kelelahan. Sesampainya di depan pintu, dia mencoba mencari kuncinya di salah satu tempat persembunyian kuncinya yang rahasia dan kunci itu ada. Dia menatapnya karena terkejut kuncinya ada yang menunjukkan mereka berada di Bumi yang asli.
Hise : "Kenapa? Apakah kunci itu aneh?"
Tehi : "Oh, tidak. Hanya saja aku merasa aneh. Jika ini bukanlah Bumi, seharusnya kunciku tidak ada. Tetapi karena ini Bumi, maka kunciku ada. Tetapi kenapa semuanya berbeda. Termasuk dirimu yang tidak berubah."
Tetangga sebelah tiba-tiba membuka pintu dan keluar. Dia menatap ke arah Tehi.
??? : "Oh, Tehi. Sudah pulang?"
Tehi : "Baru saja. Nenek akan pergi kemana?"
??? : "Nenek akan pergi ke toko ibumu untuk membeli sesuatu."
Tehi : "Bukankah toko ibu sudah tutup? Ibu sudah meninggal."
??? : "Sembarangan! Jangan pernah mengatakan seseorang meninggal ketika dia masih hidup! Kau ingin ibumu meninggal?!"
Tehi : "Eh?" (kebingungan)
Nenek itu pun berjalan ke tangga sementara Tehi langsung membuka pintu dan masuk. Tehi melihat isi rumah tampak seperti saat ibu masih hidup.
Tehi : "Tidak mungkin...."
Tehi berjalan ke dalam rumah dan melihat seisi rumah. Semuanya tampak seperti saat ibunya belum masuk ke rumah sakit. Tehi segera berlari keluar lalu mengunci pintu. Dia turun dari apartemen dan langsung menuju ke toko ibunya. Ketika dia masuk ke dalam toko roti milik ibunya, tampak ibunya sedang melayani pembeli roti.
Tehi menangis. Dia langsung berlari menuju ibunya dan memeluknya.
Ibu : "Eh? Ada apa ini?" (menatap ke pelanggan) "Maaf, tunggu sebentar ya."
Mereka berdua berjalan menuju ke salah satu tempat duduk dan Tehi pun duduk. Ibunya duduk di depannya.
Ibu : "Ada apa?"
Tehi : (menggelengkan kepala) "Tidak apa-apa, Ibu. Lanjutkan berjualan."
Ibu Tehi mengusap kepala Tehi dan kembali melayani pembeli. Tehi melihat suasana toko yang sangat nyaman seperti saat sebelum ibunya jatuh sakit.
DUAARR!!
??? : "Apa itu?!"
??? : "Suara apa itu?!"
Tehi segera keluar dari toko dan melihat ke sekitar. Tidak ada apa-apa yang terjadi. Semua orang tampak bingung dan takut karena suara yang terjadi tadi.
Tiba-tiba ada gelombang angin yang muncul dari arah pegunungan di depan toko. Hise langsung tampak bercahaya. Dia turun dari atas kepala Tehi dan langsung berubah menjadi besar.
??? : "Mo...moo...mon...MONSTER!!"
Semua orang yang melihat Hise langsung berlari. Mereka takut melihat Hise yang berubah menjadi wujud besar. Tehi dan Hise saling menatap.
Hise : "Kita di planetmu."
Tehi : (mengangguk dan tersenyum) "Iya."
Sang Ibu keluar dari toko dan kaget melihat monster besar. Dia langsung menarik Tehi ke dalam toko dan Tehi langsung menjelaskan di dalam toko.
Tehi : "Bu, tenang, Bu! Monster di luar adalah temanku. Namanya Hise. Ibu tenang ya. Tenang."
Setelah beberapa saat, ibunya mulai tenang. Tehi langsung membuka pintu dan hendak keluar.
Ibu : "Kau ingin pergi kemana?"
Tehi : (menangis sambil menatap keluar dan memegang pintu yang terbuka) "Ibu... Sebelum ini, aku masuk ke planet dimana ada monster dan beberapa orang. Sebelum aku ke planet itu, aku sudah mengalami kejadian yang menyakitkan. Beberapa bulan setelah ini, aku melihat ibu masuk ke rumah sakit lalu meninggal. Aku... tidak tahu apakah ini nyata atau tidak. Tetapi aku sudah berbeda." (mengeluarkan tongkat) "Aku bisa bertarung dan aku harus bertarung melawan siapapun yang berusaha menghancurkan tempat tinggalku. Sampai jumpa lagi, Ibu."
Tehi keluar dari toko dan langsung naik ke punggung Hise. Hise segera berlari dengan cepat menuju ke sumber suara yang tadi sempat terdengar di pegunungan.
Sampai di pegunungan, tampak sebuah danau besar. Ada seseorang di seberang danau. Tehi turun dari punggung Hise dan mendekati danau.
Tehi : "Hei..." (suaranya bergema hingga ke orang di seberang danau)
Orang itu menoleh ke arah Tehi. Tehi langsung mempersiapkan tongkatnya untuk bertarung ketika melihat orang itu ternyata adalah Baoe.
Baoe : "Kau tidak akan bisa mengalahkanku. Kekuatanmu berasal dari penggabungan kekuatanmu dengan makhluk itu. Sekarang makhluk itu menjadi besar dan tidak bisa naik ke atas kepalamu. Kau tidak akan pernah menang dalam keadaan sekarang."
Tehi : "Tidak akan tahu sebelum kita coba!"
Tehi langsung membuat bola api dan meluncurkannya dengan cepat menuju ke arah Baoe. Tetapi air danau tiba-tiba naik sangat tinggi sehingga bola api buatan Tehi menghilang dalam sekejab. Air danau kembali seperti semula dan tampak Baoe tersenyum.
Baoe : "Sudah kubilang. Kau tidak akan bisa menang tanpanya."
Tehimerasa takut bercampur benci karena tidak bisa melawan Baoe dengan kekuatanpenuh bersama Hise. Baoe pun langsung menghilang begitu saja dan mereka berduapun tidak menemukan siapapun di sekitar mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Planet Monster
FantasySebagian manusia telah menemukan planet baru untuk ditinggali. Sayangnya, planet yang diinginkan manusia bukanlah planet kosong. Monster tinggal di planet itu. Planet itu pun belum bisa ditinggali lagi oleh manusia. Kebetulan, makhluk dari planet it...