Malam kini datang, menggantikan terangnya sinar surya menjadi cahaya remang rembulan ditemani ribuan bintang dilangit. Angin berhembus lembut memasuki kediaman Kim dengan suasana hangat yang tercipta antara dua saudara. Si sulung mengulum senyum melihat wajah si bungsu yang baru terlelap setelah diceritakan cerita dongeng “bocah” gumamnya kini bangkit menutup jendela kamar dirasa udara semakin dingin.Junkyu kembali kemudian merapikan selimut doyoung sebelum mengecup puncuk kepala adiknya “met bobo”
Junkyu keluar, dia akan ke teras depan untuk mengambil angin malam dan sekedar menenangkan diri namun semua ia urungkan saat mendapati perawakan tinggi menjulang dengan tubuh kekar tengah menatap ke arahnya. Takut? Tentu tidak, junkyu ikut memasang badannya yang dibandingkan sama besarnya dengan sosok didepan.
“junkyu..” serunya lirih ingin berjalan pelan namun junkyu siap siaga.
“...dimana doyoung?” lanjut sosok didepan.
Junkyu tertawa sarkas “ngapain cari doyoung? Baru inget punya anak kah??” junkyu mengepal tangannya kuat kuat berusaha menahan gejolak amarah yang membuncah.
Sosok itu menunduk. Yandra, ia berjalan lesu ke arah junkyu mencoba meraih tangan anak sulungnya namun dihempas begitu saja “junkyu, papa min—
—minta maafpun ga cukup.” sela junkyu kesal. Ia marah, mewakilinya dan juga doyoung.
“apa? Papa harus buat apa biar kalian maafin papa?” sujud Yandra didepan junkyu. Sesaat junkyu terpaku, melihat sang papa yang sangat berantakan bahkan sangat jauh berbeda.
Yandra mendongkak “papa harus apa..”
Junkyu masih menatap tajam, jangan harap dengan bertingkah seperti ini ia akan langsung luluh. Hati junkyu tidak selemah lembut doyoung, ia terlalu pendendam.
Junkyu berlalu, ia masuk ke kamar doyoung lalu menguncinya dari dalam meninggalkan Yandra yang lagi-lagi diam dengan tangisnya yang ia tahan dari tadi. Ia tak menyangka kedua anaknya akan sangat membencinya.
Sedangkan junkyu, menatap lurus ke arah doyoung yang ternyata terbangun akibat keributan yang ia dan Yandra ciptakan. Doyoung kaku di atas kasur dengan mata memerah mendengar jelas semua perkataan Yandra dan junkyu.
“kak.. papa—
—tidur.” sela junkyu datar.
Doyoung mengangguk, untuk sekarang ia akan mematuhi junkyu dan tidak memperkeruh suasana.
Junkyu dan doyoung kembali ke kasur, kepala doyoung berhadapan langsung dengan dada bidang junkyu, ia masih belum terlelap dan kini sibuk menggigit bibirnya.
“tidur, doyoung.” titah junkyu sekali lagi.
Doyoung menatap sang kakak dari bawah “kak, nanti besok kita coba dengerin penjelasan papa yah.. kasia—
—kakak. Bilang. Tidur. Doyoung.” tekan junkyu merasakan anggukan kepala doyoung kemudian junkyu mendekap hangat tubuh kecil dalam pelukannya. Berharap hari esok sang papa benar-benar menghilang dan tak membawa masalah lebih.
Tapi ucapan doyoung terus terngiang-ngiang. Junkyu mungkin akan menuruti permintaan adiknya itu.
____
Pagi tiba, doyoung terbangun lebih dulu. Temangu sambil menatap langit-langit kamarnya, posisinya masih sama dengan junkyu yang terlelap disampingnya “papa, masih diluar kah”
Doyoung menyingkirkan tangan junkyu dari pinggangnya, sepelan mungkin agar tidak membangunkan si sulung dari tidurnya yang lelap. Berjalan sambil jinjit dan membuka pintu bertepatan dengan tubuhnya langsung dipeluk seseorang yang ia panggil—
—papa...” lirihnya, pintu sudah tertutup rapat. Doyoung ragu membalas pelukan itu tapi melihat sang papa yang menangis di pundaknya membuat doyoung membalas pelukan yang bahkan ia kira takkan pernah ia dapatkan dengan sama eratnya.
Tangisnya pecah di pelukan sang papa yang mengusak rambutnya lembut “doyoung.. papa kangen” ucap Yandra membuat tangis doyoung semakin nyaring terdengar seolah menyayat hati.
Doyoung semakin erat memeluk “papa, ke—kenapa?” tanya si bungsu sesegukan.
Yandra menggeleng “papa minta maaf” ucapnya sambil menghapus lelehan air mata di pipi anaknya itu.
Doyoung mengangguk, demi apapun sekejam apapun papa dan mamanya menyiksanya selama ini tak sedikitpun doyoung menyimpan dendam di hatinya pada kedua orang tuanya itu “mama?” tanya doyoung membuat papanya bungkam.
“mama kamu—
Namun ucapan itu tertahan saat tubuh doyoung ditarik ke kebelakang, sang papa bersitatap dengan netra tajam junkyu seolah menyuruhnya pergi sejauh mungkin dari jangkauan keduanya.
“kak junkyu, dengerin papa dulu” pinta doyoung, matanya yang masih memerah menandakan baru saja menangis menatap junkyu memohon.
____
Berakhir ketiganya duduk kaku di ruang keluarga, dengan sang papa yang bercerita mengatakan sesungguhnya apa yang terjadi selama ini, penyebab apa yang membuat keluarga mereka seperti ini, dan alasan ia memperlakukan kedua anaknya yang ternyata semua karena
Adira—mama mereka.
Doyoung menangis, menangisi mengapa dengan mudahnya sang mama meninggalkan mereka. Menangisi mengapa mamanya dengan tega harus membangun hubungan palsu dengan sang papa demi kekayaan, karir, dan selingkuhannya. Menangisi juga jikalau dirinya dan junkyu takkan pernah merasakan kasih sayang seorang ibu sesungguhnya.
“papa minta maaf, maaf sebesar-besarnya. Papa ga tau kalau bakalan kayak gini, papa cuman mau buat kalian mandiri tapi—
Sang papa terdiam merasa sesak didada, ia jua tersakiti mengetahui sang istri yang tega membuat hidupnya hancur berkeping-keping.
“maafin papa, papa mohon—
Sang papa kini kembali ingin bersimpuh namun junkyu tahan, air mata mulai menetes dari matanya yang dari tadi menatap tajam. Kini matanya seolah menatap sang papa iba, karena ia tau bukan hanya ia dan doyoung yang sakit namun papanya juga. Papanya sungguh-sungguh dalam mencintai mama, namun melihat ini junkyu sangat iba.
“ga pa, papa ga perlu kayak tadi” selanya kemudian mendekap tubuh sang papa.
Tangan junkyu lainnya menarik sang adik masuk dalam pelukan hangat kali itu, ketiganya menangis haru dalam dekapan hangat. Saling memaafkan satu sama lain, berjanji akan menyemangati satu sama lain kedepannya dengan senyuman penuh.
“aku sayang papa sama kak junkyu” ucap doyoung selaku yang paling mungil di dalam pelukan.
Sang papa merengkuh kedua anaknya semakin erat “papa juga sayang kalian berdua”
Pagi itu terasa sangat berbeda dari pagi lainnya, semangat sangat membuncah dalam diri doyoung dengan senyuman penuh bahagia tiada tara.
Hari itu, hari terbahagianya dan hari terhancurnya.
Mengingat sang mama, doyoung membuka handphonenya “mama” lirihnya menatap foto sang mama.
“apapun yang terjadi, makasih udah jadi sosok mama buat doyoung sama kak junkyu selama ini. Mama baik-baik diluar sana yah..”
***
Ini 1/2 chapter lagi menuju end..
Ternyata setelah aku baca ulang cerita ini, BANYAK BANGET KURANGNYA☹️ buset dah mulai dari alur yang ga jelas, dan cara penulisannya ada yang lebay, typo dimana-mana, ga konsisten buat up, dan banyak lahh
Soalnya ini bisa dibilang book pertama aku juga yah😃 TAPI SODJSNKZUDHSH, ceritanya rada alai g sih? AWOKAWOKAOK bukan rada lagi tp emng alai
semoga kedepannya lebih baik yyyyyy
Gomen kalo sering ngegantung.
Lup
VOTMEN mas bro

KAMU SEDANG MEMBACA
?????????
Fanfiction"gue benci sama lo, dan gue gak akan nyesel pernah benci sama lo" -J????? "aku sayang kakak, tapi kenapa kakak kayak gini ke aku?" -D?????? Karena perlakuan orang tua mereka membuat keduanya menjadi asing. Entah junkyu yang selalu benci melihat Doy...