[Semua karakter, tempat, organisasi, agama, dan kejadian dalam cerita ini adalah fiksi]
•••
Hari-hari terus berlalu, Hanna semakin dekat dengan Jarret dan Lily. Mereka selalu pergi ke mana pun bersama dan makan bersama, seperti sekarang. Hanna menatap menu makanannya yang berbeda dari anak-anak lain. Dia pernah menanyakan hal ini pada ayahnya, tetapi Lio bilang bahwa dia tidak pernah menyuruh pihak sekolah untuk membedakan menu makan siangnya dengan anak-anak lain. Dia menatap makanan Lily yang tampak lebih enak.
"Lily, apa kau mau bertukar makanan denganku?" Tanyanya.
"Eh? Kenapa? Bukankah makananmu lebih enak?" Tanya Lily bingung.
"Aku tak suka udang," jawab Hanna singkat.
"Mm... baiklah," ucap Lily dengan ragu.
Mereka pun bertukar makanan. Hanna tersenyum senang saat mencicipi makanan milik Lily. Hal itu membuat kedua sahabatnya saling tatap dan tersenyum. Lily membagi makanannya dengan Jarret karena dia tak mungkin makan makanan enak sendirian, setidaknya Jarret harus mencicipi makanan itu juga.
Karena masih memiliki cukup waktu sebelum bel, mereka bertiga pergi ke perpustakaan setelah makan. Sekedar informasi, perpustakaan adalah tempat dimana mereka sering bermain. Biasanya mereka akan duduk di sudut ruangan, tempat yang jauh dari penjaga perpustakaan. Walau terlihat seperti anak baik-baik, mereka sebenarnya murid yang cukup nakal.
"Hei, aku memiliki sebuah tantangan," ucap Hanna pelan agar tak dimarahi penjaga perpustakaan.
"Apa?" Tanya kedua sahabatnya bersamaan.
"Bagaimana jika kita bertukar penampilan?"
Lily dan Jarret saling tatap ketika mendengar ide konyol dari sahabatnya. Itu memang terdengar menarik, tapi semua orang pasti memperhatikan mereka. Keduanya tampak ragu dengan ide Hanna. Melihat kedua sahabatnya ragu, Hanna pun mencoba untuk meyakinkan mereka.
"Hanya hari ini, kumohon," ucap Hanna sambil memberi tatapan memelas.
Karena tak tega, Lily pun menjawab, "Baiklah."
Hanna pun tersenyum puas mendengar jawaban Lily. Dia mendekat pada sahabat perempuannya untuk mengubah penampilannya terlebih dahulu. Gadis itu melepas kepangan pada rambut Lily dan dia biarkan tergerai. Kemudian dia mengoleskan pewarna bibir dengan tipis agar tampak natural. Tak lupa juga dia memberi jepit rambut sebagai aksesori.
Setelah itu, dia mengubah penampilan Jarret. Sahabat lelakinya ini benar-benar sangat rapi. Dia pun mengubah gaya rambut Jarret yang klimis dengan sedikit mengacak rambutnya agar lelaki itu tampak berbeda. Kemudian dia melonggarkan dasi lelaki itu dan menyuruhnya untuk membuka satu kancing teratasnya.
Dia menatap kedua sahabatnya sambil berpikir sejenak. Rasanya ada yang kurang di sini. Dia pun bertanya, "Apakah kacamata kalian minus?"
"Ah, iya. Aku tak bisa melihat papan tulis jika tak menggunakan kacamata," jawab Jarret sambil membenarkan kacamatanya.
"Aku tidak, kacamata ini biasanya hanya kugunakan saat bermain ponsel," sahut Lily.
"Kalau begitu lepaskan saja," jawab Hanna.
Dengan ragu Lily melepas kacamatanya. Hanna melongo melihat kedua sahabatnya dengan penampilan berbeda. Dia mengerjapkan matanya karena merasa melihat orang yang berbeda. Mereka sangat cantik dan tampan, tapi kenapa mereka menyembunyikannya dengan penampilan seperti itu? Penampilan mereka seperti orang yang mudah untuk ditindas.
"Wah, Jarret, kau sangat tampan," puji Hanna secara terang-terangan.
Mendengar hal itu, Jarret tampak tersipu malu karena baru kali ini ada yang memujinya tampan selain ibunya dan Lily. "Terima kasih."

KAMU SEDANG MEMBACA
LIO And His Daughter
ActionIni sebuah kisah dimana seorang pria yang bertahan hidup dengan melepas semua perasaan manusiawi. Pria yang meyakini bahwa hidup adalah sebuah arena untuk bertarung. Kekuasaan adalah kunci di atas segalanya. Untuk mencapainya, pria itu berjuang kera...