Kami berjanji bertemu di optik tak jauh dari apartemenku. Hanya dalam sepuluh menit aku sudah tiba di sana. Aku memarkirkan motorku yang memiliki goresan di segala sisi, kalau melihatnya masalahku seolah belum selesai. Selain stick game, aku juga menyayangi motorku sepenuh hati.
"Joy!"
Tiffany yang baru keluar dari mobilnya menyapaku. Aku balas melambai dan merapikan pakaian. Sungguh, aku masih merasa tidak yakin dengan outfit pilihan Rose.
Namun Tiffany tidak berkomentar, jadi kusimpulkan memang tidak aneh.
"Bagaimana lukamu?"
"Sudah mulai membaik."
Tiffany mengangguk. Kami masuk ke dalam optik yang sepi, hanya ada beberapa pelanggan yang sedang berbicara dengan pegawai di sana.
"Taeyeon!"
Pandanganku mengarah kepada Tiffany yang tahu-tahu sudah memeluk seorang pegawai lain. Untuk sesaat keberadaanku terabaikan. Aku menunggu mereka selesai berbasa-basi dengan canggung sambil berpura-pura melihat berbagai jenis frame di kotak display.
"Joy, ini Taeyeon. Pemilik optik ini," ucapnya memperkenalkan siapa orang yang tadi kukira seorang pegawai.
Taeyeon berbadan kecil, lebih pendek dariku tentunya. Aku menjabat tangannya sebagai salam perkenalan yang canggung.
"Mahasiswimu?" Taeyeon melirik Tiffany dengan pandangan menggoda.
Tiffany hanya mengangguk dengan senyuman lebar. Kemudian kami mulai membicarakan tujuan kemari. Tiffany menyuruhku untuk mengetes ulang apakah minusku bertambah atau tidak.
Ketika aku keluar dari ruang tes, Tiffany dan Taeyeon sibuk memilih frame kacamata. Ada banyak frame yang dikeluarkan dan dijajarkan di meja. Kupikir Tiffany juga ingin mengganti kacamatanya.
"Coba pakai ini."
Namun setelah aku mendekat, Tiffany langsung memakaikanku salah satu frame di atas meja.
"Kamu cocok pakai yang ini."
Kemudian dia mengambilkanku cermin. Frame yang dipilihkan Tiffany berbentuk sama seperti miliknya dan memang aku merasa cocok melekat di wajahku. Baru saja aku ingin mengatakan kalau setuju, Tiffany sudah menyuruhku memakai yang lainnya.
Sekilas aku melirik Taeyeon yang hanya tertawa kecil.
Setelah meributkan ingin memilih yang mana, pada akhirnya pilihanku jatuh pada frame yang pertama kucoba. Frame yang sama dengan milik Tiffany.
"Akan kuberikan setengah harga untuk mahasiswi sepertimu," ucap Taeyeon sambil menulis sesuatu.
"Oh, terima kasih banyak." Taeyeon pengertian sekali terhadap keuangan mahasiswi.
"Kenapa aku tidak diberi potongan juga saat membeli?" protes Tiffany.
"Kau kan kaya."
Aku hanya tertawa mendengarnya. Tiffany menoleh kepadaku, "Mau aku yang bayar?"
Tentu saja aku langsung menggeleng. Setelah apa yang sudah dilakukannya beberapa hari lalu, tidak mungkin juga aku membiarkannya membayari kebutuhanku.
"Lebih baik kamu mencicil kepadaku daripada mencicil kepada Taeyeon. Tahu tidak, kalau kamu telat membayar utangmu akan dilipat gandakan," kata Tiffany yang langsung mendapat pelototan kesal dari Taeyeon.
Aku diam sesaat. Malu sudah diberi setengah harga tapi tetap mencicil. Tetapi memang harga frame di sini mahal sekali.
Ya ampun, Joy, sepertinya dirimu yang menyedihkan ini butuh tante-tante kaya.
Aku merasa tidak enak pula walau memang keuanganku sedang menipis, setipis tisu. Namun membiarkan Tiffany membayar juga sama saja. Apa kau bisa bayangkan sudah berhutang kepada dosen yang baru saja mengajarmu?
"Aku tidak akan menagihnya. Maksudku, kamu bisa membayar kapanpun kamu punya uang. Bagaimana?"
Aku melihat ke arah Taeyeon yang sepertinya juga tidak masalahㅡatau tidak peduliㅡaku mau membayarnya sendiri atau menerima tawaran Tiffany.
Akhirnya aku menyetujui tawaran Tiffany.

KAMU SEDANG MEMBACA
breathtaking
FanfictionJoy, mahasiswi yang cerita asmaranya begitu datar, tiba-tiba dibuat kacau oleh kedatangan dosen barunya.