Malam ini, Manda dan kedua sahabatnya memutuskan pergi ke pasar malam yang sedang ramai di dekat taman kota.
"Mana sih Manda, lama banget!" celetuk Sifa.
Sifa dan Siska sudah menunggu Manda di depan rumahnya.
"Hai, guys," sapa Manda saat masuk ke mobil.
"Lama banget, sih, Lo!" sahut Sifa kesal.
"Ya, sorry bestie, namanya juga cewek, dandannya rada lama," jawab Manda santai.
"Gue juga cewek loh, tapi gak selama Lo."
"Udah, gak usah bertengkar. Kita berangkat sekarang," ucap Siska, menghentikan perdebatan kedua sahabatnya.
"Let's go!" teriak mereka berdua dengan semangat.
Di perjalanan, suasana hening mengisi mobil. Siska fokus menyetir, Sifa asyik memikirkan para cogan di sekitar, sementara Manda sibuk dengan handphonenya.
Mereka menikmati perjalanan sambil mendengarkan musik dari mobil.
Sesampainya di pasar malam, aroma makanan yang menggoda langsung menyambut penciuman mereka.
"Kalian pengen makan apa, nih?" tanya Sifa dengan antusias.
Manda menjawab sambil tersenyum, "Nggak tahu, ayo kita lihat makanan yang unik dan cari yang enak-enak. Gue dengar ada makanan baru yang lagi hits banget, loh!"
Mereka berjalan melewati berbagai gerai makanan, mencoba hidangan dari berbagai daerah. Sambil menikmati makanan, mereka tertawa dan bercanda riang.
Tiba-tiba, mata Manda tertuju pada seseorang yang selalu mengisi hatinya—orang yang sampai sekarang belum bisa ia lupakan. Afrel, mantan pacarnya, sedang berjalan bersama Raya. Mereka bergandengan tangan, membuat Manda tak bisa melepaskan pandangannya dari keduanya.
Dalam hati, Manda merasa tak rela melihat mereka bersama, tapi apa lagi yang bisa ia lakukan selain diam?
Sifa dan Siska memperhatikan perubahan ekspresi Manda, lalu mengikuti arah pandang sahabatnya itu.
Setelah melihat, mereka pun mengerti perasaan Manda saat ini.
"Udah, gak usah lo liatin, kalau itu malah buat lo sakit," ucap Sifa sambil menepuk pelan bahu Manda.
Manda berusaha tersenyum, meski hatinya sedang terguncang. "Enggak apa-apa, guys. Biarlah mereka bahagia," jawab Manda dengan kepala tegak.
Namun, berbeda dengan Raya yang melihat keberadaan Manda—apalagi saat ia menyadari tatapan sayu Manda ke arah mereka.
Dengan sengaja, Raya menarik tangan Afrel dan berjalan mendekati mereka.
"Hai, gak nyangka kita ketemu di sini," ucap Raya dengan nada sombong.
"Oh, hai. Gue juga nggak nyangka ketemu Mak Lampir di sini," jawab Sifa dengan santai dan cuek.
"Heh, maksud lo bilang gua Mak Lampir kenapa, hah?" sahut Raya kesal.
"Yang bilang lo Mak Lampir siapa sih? Kok nyadar sendiri?" balas Sifa santai.
"Kurang ajar lo!" ujar Raya, ingin menampar Sifa, tapi langsung ditahan oleh Siska.
"Udah, Sif, mending kita pergi aja," ucap Manda. Ia tak ingin membuat keributan di sini.
"Iya deh, males gue ketemu sama Mak Lampir sama penghianat kayak kalian," ujar Sifa dengan nada kesal.
"Maksud lo apa, HAH?" teriak Raya di akhir kalimat.
"Sebutan apa lagi yang pantas buat kalian? Satunya kecentilan, satunya penghianat," jawab Sifa sambil memainkan kukunya dengan santai.

KAMU SEDANG MEMBACA
Afma
Teen Fiction? JUDUL: [ Afma ] ? "Ketika luka menjadi bagian dari perjalanan, mampukah cinta menyembuhkannya?" ? Manda Aurellia, seorang gadis cantik yang kehilangan ibunya, berharap mendapat kasih sayang dari papanya. Namun, yang ia terima hanyalah bentakan, m...