BELUM DIREVISI!
Glaudya, terperangkap dalam jalinan cinta silang yang rumit, menghadapi dilema ketika surat cintanya untuk Naja jatuh ke tangan yang salah. Ketika Jerre mengambil alih kendali dengan ancaman, Glaudya terjebak dalam perjanjian tak ter...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Saya bebaskan kalian untuk berdiskusi. Saya bisa ngasih saran hanya kalau kalian minta," kata Pak Endro, wali kelas kami.
Omong-omong, aku kelas 10 IPS 2 dan mendapat Pak Endro yang adalah guru terfavorit di Cortofory sebagai wali kelas. Baru saja Pak Endro menginformasikan tentang festival sekolah yang rutin diadakan setiap tahun, dan beliau menginginkan kami untuk berdiskusi secara bebas.
"Kalau begitu, silakan kalian berdiskusi. Saya ada di kantor guru bila dibutuhkan," kata Pak Endro lagi, lalu segera pamit undur diri.
Seisi kelas pun mulai riuh tak beraturan. Banyak suara bersahutan sehingga sulit mengetahui siapa mengatakan apa. Namun, Abror sang ketua kelas berhasil membuat kelas menjadi kondusif.
"Karena acara festival mengharuskan setiap kelas ngasih perwakilan buat tampil di event, kalian bisa kasih tau saran masing-masing. Nanti kita bisa pilih ide yang paling banyak disarankan atau yang paling bagus!" seru Abror yang langsung disetujui oleh anak kelas.
Mereka kontan bersahutan untuk saling melempar saran. Ada yang menyarankan dance k-pop, menyanyi, drama, baca puisi, nari daerah dan lain-lain. Namun, tak ada satu pun ide yang disetujui.
"Nge-dance k-pop, nyanyi, baca puisi sama nari mah mending cewek aja sana yang tampil," ucap Tamam.
Hanic menyahut kelewat cepat, "Mana bisa gitu!"
"Kita para cowok terlalu cool buat begituan!" Abiyu memberi alasan.
"Drama aja, biar lebih banyak yang terlibat. Cowok maupun cewek. Ceritanya bisa pakai naskah gue." Aku pun angkat tangan memberi saran.
Saran dariku mengheningkan seisi kelas dan semua pasang mata mengarah padaku. Seketika aku menjadi grogi dan canggung.
"So-soan!" Ini komentar Jerre, dan saat aku meliriknya di bangku belakang, dia tersenyum meremehkan.
"Cerita apa?" Ocha yang pertama bertanya.
"Tentang balerina yang mendapat keajaiban setelah menolong angsa yang hanyut," jawabku.
"Oh soang." Lagi-lagi Jerre berkomentar.
Aku mendelik ke arahnya, "Diem deh!"
"Iyain aja deh, dari pada lama." Satu suara setuju.
"Gue juga setuju. Udah ya, bye! Gue mau ke kantin." Dan satu suara lagi.