"Sorry Rev, gue minta password wifi rumah lo boleh gak? Mau pesen makan, hehe."
"Jangan pesen, lo makan ini aja. Lauknya banyak, udah gue panasin juga."
"Boleh Rev?"
"Ya boleh lah, kan mulai hari ini lo bagian dari rumah ini juga Zee, jangan canggung gitu."
Manda yang ternyata sudah berdiri di ujung tangga sedikit heran mendengar pernyataan kakaknya, apa maksudnya bagian dari rumah ini? Manda juga kaget, namanya Zee?
"Kak?"
"Eh Man, sini makan udah gue angetin."
Reva menarik kursi disampingnya untuk diduduki oleh adiknya, Manda masih bingung, sejuta pertanyaan muncul di kepalanya?
Manda duduk dengan tetap memperhatikan Zee juga Reva, interaksi mereka bukan seperti pasangan. Kenapa ini? Ada apa?
"Kak, tadi gue belum sempet denger penjelasan lo. Sekarang coba jelasin."
Reva menarik nafas panjang, kemudian menatap dan memberi anggukan kepada Zee. Mempersilahkan untuk Zee menjelaskan semuanya.
"Oke, biar gue aja yang jelasin ya Manda?"
"Gue Zee, lo tadi bilang gak asing kan liat gue? Iya gue Zee yang culun itu di sekolah."
Baru beberapa kata, Manda sudah terkejut bukan main. Matanya seperti mau copot, jantungnya berdebar.
"Jangan kaget, gue kaya gitu ada alesannya. Dengerin dulu nanti kalo ada yang gak ngerti boleh tanya lagi aja."
Zee bercerita mengenai dirinya yang menjadi culun, dengan detail dan hati-hati menceritakan semuanya kepada Manda. Manda sesekali menekuk alisnya heran. Sampai di akhir kalimat, Manda mengangguk. Ia memahami semua maksud Zee.
"Gue minta tolong buat jaga identitas asli gue ya Man? Gue juga sebisa mungkin nutupin kalo gue ada keterkaitan sama kalian berdua."
"Kalo lo mau cari pembunuh itu, gue ikut."
Sontak Reva mengalihkan pandangannya, ia menatap heran ke arah adiknya. Bagaimana tidak? Dirinya pernah debat hebat tentang masalah ini. Sekarang adiknya malah mau membantunya.
Reva mengusap pundak Manda, tadinya mau meluk tapi gengsi.
"Thanks ya Man, sebisa mungkin gue jadi garda terdepan lo."
Manda mengangguk, mengusap tangan Reva yang masih ada di pundaknya. Ia juga tersenyum ke arah Zee.
"Jadi, kalian gak pacaran?"
Zee juga Reva menggeleng bersamaan.
"Kalo gak pacaran kok ciuman?"
Kali ini dua gadis itu kaget, apa alasan yang harus mereka berikan? Masa iya harus terang-terangan?
"Lupain, itu gak sengaja."
"Halah gak seng..."
"Udah Man, diem. Besok gue jajanin lo."
Manda tersenyum mendengar pernyataan dari kakaknya, senyumnya sangat sumringah. Kemudian ketiga gadis itu melanjutkan makan malamnya ditambahi percakapan kecil mereka.
____
Kini Reva, Manda juga Zee bersiap untuk tidur. Zee kesulitan memejamkan matanya karena panas, AC kamar itu benar-benar mati. Zee kebiasaan dari kecil tidur selalu menyalakan AC.
"Anjing kalo gini caranya gue gak bisa tidur, gue cari kamar lain aja kali ya?"
Zee beranjak dari tidurnya untuk menemui Reva di kamar samping. Ia mengetuk pintu kamar Reva dengan membawa satu bantal juga satu guling, selimut sudah terlilit di tubuhnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
RIVAL (Zeedel)
Teen FictionDua ketua geng motor yang sebelumnya RIVAL kini diharuskan menjadi satu kesatuan untuk mengusut pembunuh sahabat mereka masing-masing. Namun sayang, pertumpahan darah terjadi ketika perang. Dan apakah dua gadis ini jatuh, atau cinta? CERITA FIKSI To...
Salah Paham ?
Mulai dari awal