"Kok si Reva tiba-tiba sakit? Perasaan semalem dia sehat-sehat aja deh."
Olla bertanya kepada dua temannya sambil meneguk satu gelas es jeruk, setelah dari kantin mereka memutuskan kembali ke kelas.
"Trus kebetulan banget juga nih si cupu sama sakit." Lanjutnya.
"Dia mah sakit gara-gara ditonjokin kali kemaren." Oniel menjawab sambil melirik bangku kosong milik Zee.
"Tapi kalian ngerasa aneh gak sih ke si Reva akhir-akhir ini? Nih pertama kalian liat gak reaksi Reva waktu si culun ini perkenalan?"
"Gue sama Oniel mana liat, kan kita duduk di depan elu berdua." Olla menjawab pertanyaan Ara sambil menoyor kepalanya.
"Oh enya poho, trus yang kedua kenapa dia tumben banget gak ikut bully orang, padahal kan dia yang dirusuhin. Biasanya juga dia biarin kita mau mukulin orang sampe mati, tapi kemaren dia nyuruh kita stop?"
Olla dan Oniel mencerna pernyataan Ara, ada benarnya sedikit dan memang mereka berdua juga merasa Reva akhir-akhir ini berbeda.
"Waktu gue nyeret si cupu ke belakang, gue kan sempet narik kerahnya tuh, kalung yang dipake si cupu keluar. Gue liat reaksi si Reva kaya kaget gitu loh, si cupu langsung masukin kalungnya lagi makanya gue gak sempet liat tuh kalung apaan."
"Nanti balik sekolah kita ke rumahnya aja gimana? Kita jenguk tapi jangan bilang ke orangnya, jangan bilang si Manda juga."
Ara dan Olla mengangguk mendengar saran dari Oniel. Mereka sepakat untuk pergi ke rumah Reva setelah jam pelajaran berakhir.
___________
Reva tak tidur semalaman, ia sibuk mengurusi Zee yang demamnya naik turun. Malam itu Reva terus bulak balik kompres dahi Zee dan mengelus-elus punggung Zee. Reva juga menaik-turunkan suhu AC sesuai permintaan Zee.
Reva tak tidur sampai matahari benar-benar masuk lewat jendela kamarnya, Reva terus memantau gadis yang sedang sakit dihadapannya.
Jam menunjukkan pukul 9 pagi, Reva agak panik karena Zee belum sarapan, pasalnya Zee harus minum obat.
"Kasian kalo gue bangunin, dia semalem kebangun mulu. Tapi kalo gak makan makin ribet nanti sakitnya gak sembuh-sembuh."
Setelah bergumam dengan dirinya sendiri, Reva memutuskan turun untuk mengambil bubur yang ia pesan lewat online. Reva duduk di dapur sebentar untuk memijat pelipisnya. Reva ingat perkataan Ibun nya, kalau pusing banyak minum air putih.
Reva meneguk beberapa gelas air putih, tak lupa ia menyajikan bubur itu di mangkuk dan membawanya ke kamar. Sesampainya di kamar, Reva mencoba membangunkan Zee untuk sekedar sarapan.
"Azizee... bangun dulu sebentar ya? Sarapan dulu minum obat abis itu boleh tidur lagi."
Reva membangunkan Zee sangat halus, tangannya terus mengelus rambut Zee.
"Nghhhh.... udah pagi ya Rev?"
Zee bangun perlahan dari tidurnya tentunya dibantu oleh Reva. Zee meletakkan tangannya sendiri di dahinya, suhu tubuhnya sudah normal.
"Rev? Gue udah sembuh Rev, gak perlu minum obat lagi, nih pegang jidat gue udah dingin."
Zee sangat antusias menarik tangan Reva untuk sekedar ditempelkan di dahinya. Reva menggeleng dan memegang tangan Zee.
"Syukur kalo udah sehat, ini obat terakhir ya buat mastiin lo bener bener sembuh."
Zee mengangguk semangat, ia membuka selimutnya dan mendekat ke arah Reva, mengambil air minum yang ada di nampan dan kemudian membuka mulutnya, kode agar Reva menyuapinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
RIVAL (Zeedel)
Teen FictionDua ketua geng motor yang sebelumnya RIVAL kini diharuskan menjadi satu kesatuan untuk mengusut pembunuh sahabat mereka masing-masing. Namun sayang, pertumpahan darah terjadi ketika perang. Dan apakah dua gadis ini jatuh, atau cinta? CERITA FIKSI To...