'Mengapa? Mengapa aku disini lagi?'
'Tubuhku tidak terasa seperti milikku, dan juga mengapa tubuhku transparan seperti hantu.'
'Sudah berapa lama waktu berlalu semenjak hujan menghiasi langit.'
Cruel memandang kearah tangannya yang tembus pandang, dimana tubuhnya terlalu mudah digerakkan dan dia yang seharusnya sudah menghilang berada lagi di dunia ini.
Pria bermata hijau berkeliaran di dalam rumah yang dikenalnya, rumah yang dahulu dia tempati dan saksi dari memori akan masa lalunya, yang indah dan juga tragis.
Tetapi tanpa disangka, dia menemukan seseorang, seseorang yang memiliki rambut panjang berwarna hitam dan juga mata yang menjadi simbol dari keluarganya.
'Tidak mungkin?'
Cruel seperti tertarik bagaikan magnet yang menemukan belahannya, yang membuatnya tidak bisa mengalihkan pandangan dari orang yang berada di depannya.
Pemuda berambut hitam panjang tertunduk, duduk menghadap ke arah jendela, debu-debu yang berterbangan menandakan bahwa rumah ini sudah lama tidak terawat, bahkan mungkin tidak pernah terawat lagi semenjak pemiliknya pergi.
Cruel menghadap ke arah jendela yang dilihatnya dan melihat pemandangan yang selalu menghiasi langit terakhir kali dia berada di dunia.
'Hujan lagi'
Tanpa disangka, pemuda berambut panjang itu bangkit dari tempatnya dan berjalan ke suatu tempat. Cruel pun mengikutinya berjalan.
Langkah kakinya terdengar di dalam rumah besar yang sunyi ini, dimana hanya kehangatan yang di dalamnya sudah tergantikan dengan dinginnya kehidupan.
Tidak berapa lama, pemuda itu berhenti menatap ke arah lukisan keluarga yang sudah robek dan hancur melalui lamanya waktu berlalu. Pemuda itu mendekat dan menyentuh lukisan itu dengan penuh kelembutan.
'Lukisan ini, masih ada ternyata..'
Cruel mengikutinya dan melihat kesedihan di mata hijau yang mirip dengannya. Perasaan familiar menjalar melalui benaknya.
'Siapa dia?'
Pertanyaan ini berada di dalam pikirannya. Apakah mungkin dia bagian dari kerabat jauh? Tetapi harusnya dia mengenalinya.
Pemuda itu menurunkan tangannya dan mulai berjalan lagi menuruni tangga. Bunyi dari tangga yang sudah rapuh, ruangan yang gelap tanpa cahaya, menunjukkan kematian di rumah ini.
'Mengapa dia tinggal disini?'
Rumah ini bahkan tidak layak untuk dipakai dalam kondisi ini, tidak mungkin orang yang tinggal di dalamnya bisa hidup dalam kesendirian seperti ini tanpa adanya cahaya.
Pemuda itu berjalan ke arah luar, melewati banyak pepohonan dan semak-semak yang sudah menghalangi jalan yang ditapak.
Genangan air hujan sepertinya sudah biasa bagi dirinya, bahkan ketika tangannya terluka mengenai semak berduri, dia tetap melanjutkan perjalanannya.
Cruel menatapnya dengan iba, kesedihan memenuhi hatinya, bahkan dia juga tidak tau mengapa orang yang tidak dia kenal membuat hatinya terasa sakit.
'Jangan terluka'
Cruel tetap mengikutinya dan selalu merasa sedih ketika kulit pemuda di depannya tersayat oleh duri, duri pertama menyebabkan luka di punggung tangannya.
Dia berjalan lagi, duri kedua menusuk kakinya yang tidak memakai alas kaki. Tetapi dia tetap berjalan ke depan.
Cruel mencoba untuk menghancurkan duri di depannya, tetapi dia sadar bahwa tubuhnya tidak dapat menyentuh apapun untuk membantunya.
'Hentikan, jangan terluka lagi'
Tetapi ucapannya bahkan tidak dapat terdengar oleh pemuda di depannya. Duri ketiga menusuk bahunya, duri keempat menggores wajahnya.
Tetesan darahnya memenuhi genangan air hujan, tetapi pemuda di depannya tetap melangkah. Cruel harap bahwa tempat yang ditujunya sudah dekat, karena pemandangan di depannya terlalu memilukan.
Akhirnya dia berhenti. Cruel menghela nafas lega karena akhirnya pemuda ini tidak perlu terluka lagi.
'Tempat ini..'
Cruel memandang ke sekitarnya dimana pemandangan ini adalah pemandangan yang selalu berada di ingatannya, mungkin karena ini adalah hal terakhir yang dilihatnya sebelum menghilang.
Pemuda itu berjalan perlahan, mungkin sedikit tersendat-sendat karena tusukan dari duri yang tidak dia hiraukan. Hujan membilas tubuhnya, tetapi tidak dapat menghilangkan darah yang terus muncul.
Sampai akhirnya dia sampai ke sebuah batu yang Cruel kenal. Terlalu dia kenal sampai memunculkan ingatan-ingatan yang selalu dia ingat.
Pemuda itu menyentuh ke arah batu kasar di depannya, yang sudah tertutup dengan lumut dan bahkan nama yang ada sudah menghilang karena waktu.
Dan beginilah Cruel menyadari orang di depannya ini, hanya ada satu orang yang mengetahui tempat dia dimakamkan, tempat dimana seseorang yang begitu dia sayangi menangisi dirinya.
'..Deon..'
Cruel bahkan tidak memedulikan wujud adiknya yang sudah berubah, berubah menjadi seseorang yang selalu diinginkan adiknya, yaitu menjadi bagian dari keluarga mereka.
Pemuda itu meneteskan air mata, air mata yang jatuh mengenai luka di wajahnya. Tetesan air mata bercampur darah terjatuh ke arah batu di depannya.
Suara hujan menutupi tangisannya, dan dia yang tertunduk sambil memeluk batu itu. Cruel mencoba untuk mendekatinya.
Perlahan demi perlahan, Cruel memeluknya, tetapi sayangnya bahkan orang di depannya tidak akan pernah dapat mengetahuinya.
Kata-kata yang Cruel dengar selanjutnya selalu dia dengar sebelumnya.
"Aku masih hidup, kakak."
Wujudnya sudah berubah tetapi hatinya masih sama, masih sama terluka seperti dahulu kala, kata-kata yang diucapkan masih sama, walaupun dia bukan orang yang dahulu, tetapi hatinya tidak ingin pergi dari masa lalu.
Kata-kata dari seseorang yang hidup terasa lebih berat dari seseorang yang sudah mati, tetapi tidak ada yang bisa dia lakukan, karena semuanya sudah pergi, dan dia tetap hidup.
Cruel masih memeluknya walaupun dia tidak merasakannya, berharap bahwa adiknya akan bahagia kali ini, dan akan terus menjaganya sampai ketika dia akan menghilang lagi.
****
INTKOT sequel "The Immortal has a Guardian Spirit" one shot
End

KAMU SEDANG MEMBACA
To Be Loved (Cruel And Deon)
FantasyCruel and Deon Hart (I'm not that kind of talent) "Hujan yang tidak pernah berhenti, mungkin cocok denganku. Iya kan? Cruel?" Pemuda bermata merah menatap ke arah tetesan hujan di tangannya. "Tidak tahu." Cruel menggelengkan kepalanya menatap ke ara...