抖阴社区

                                    

Bahu kanannya yang semula terasa panas, kini sedikit memerah, dan tato miliknya yang semula berwarna merah cerah, kini berwarna hitam pekat. Seolah baru saja di cetak membuat si alpha muda sedikit terbelalak saat melihatnya melalui cermin.

Segera, Xavier benahi lagi pakaiannya. Memastikan penampilannya tak berantakan. Sedikit senyum tipis terlihat dari bibirnya. Selanjutnya si alpha muda kembali menuju hall, sebelum orang-orang sadar dirinya tak ada disana

Saat ini banyak para petinggi dan tetua dalam pack termasuk ayahnya tengah berbincang dengan sang Elder muda yang nampak tersenyum formal di damping kedua orang tuanya. Menandangan acara resmi sudah berakhir dan kini sebuah formalitas untuk sang Elder baru berkeliling menyapa para tamu penting.

Xavier dengan sedikit kaku berjalan mendekat, saat dengan tatapan, sang ayah memintanya untuk menghampiri.

Dengan tepukan di bahunya, Samuel mengenalkan putranya pada sang Elder baru “Ini putra bungsu saya, Xavier Julient. Dia yang akan menggantikan saya sebagai tangan anda Elder.” Jelas sang Ayah.

Orion masih dengan senyum formalnya, mengulurkan tangan. Sedang Xavier rasakan saat tangannya bergetar saat berjabat dengan Elder baru itu.

Rasa panas di bahunya kanannya yang semula mereda kembali saat kulitnya bersentuhan  langsung dengan sang Elder. Xavier tak bodoh untuk mengetahui apa yang terjadi pada dirinya. Ditambah serigalanya seolah melolong untuk mendekat pada sosok pemimpin pack barunya ini.

“Senang bertemu denganmu, Mr Julient.” Ucap sang Elder senyum formalnya seketika berganti dengan kilatan tajam dari tatapannya.

“Senang bertemu dengan anda, Elder.” Sahutan kaku dari Xavier.

Tak memakan waktu lama, Orion segera lepas jabatannya. Mengalihkan pembicaraan dengan beberapa tetua yang turut bergabung.

****

Malam semakin larut, tetapi acara pesta pengangkatan ini seakan tak akan segera berakhir dengan cepat. Selepas basa basi singkat. Xavier kembali menjalani tugasnya sebagai guard yang mengawasi takut ada hal yang tak diinginkan terjadi.

Tangannya menyentuh earpiece. Mendengarkan setiap laporan dari kelompok-kelompok guard yang sudah ia perintahkan untuk berjaga di area sekitar.

Namun fokusnya mendengar laporan, buyar saat sadar ada orang yang mendekatinya dari belakang. Insting tajamnya membuat Xavier tak sadar berbalik dengan keadaan siaga.

Namun kejutan di netranya, saat yang terlihat adalah sang Elder yang tengah berdiri di hadapannya.

“Aku harap bisa meminta waktumu sebentar, Mr. Julient.” Kata sang Elder muda.

“Xavier, Elder.” Balas si alpha muda, mengundang kernyitan tak mengerti pada wajah tampan si Elder. “Anda dapat memanggil saya Xavier saja.” Jelasnya kemudian.

Sang Elder berjalan terlebih dahulu. Diikuti Xavier tentu saja. Taman belakang tempat pesta yang sepi menjadi tujuan keduanya. Tentunya menghindari perhatian beberapa tamu. Meskipun masih ada beberapa guard tersembunyi, dapat Xavier pastikan tak akan ada yang mendengar percakapan ini.

“Aku tau kau merasakannya Xavier.” Kalimat pembuka dari Orion begitu keduanya sampai pada tempat yang terlihat sepi.

“Saya –“

“Aku tidak bisa menerimamu.” Belum sempat Xavier berbicara, Elder muda itu memotong ucapannya secara langsung.

Rasa sakit menghantam dada Xavier, mendengar penolakan dari matenya. Mereka yang ditakdirkan oleh Moon Goddess harusnya saling menerima, bukan menolak.

Hubungan yang ditakdirkan oleh Moon Goddesspun tak dapat diputus kecuali oleh kematian salah satunya. Jikapun ada yang memaksa, maka hukumannya berupa kematian, dari yang melakukan pemutusan.

“Kenapa…” Reflek Xavier bertanya, si alpha muda itu tatap sang Elder dengan pandangan terluka yang jelas.

“Aku tidak bisa menerimamu, tapi aku juga tidak bisa memutus hubungan ini. Sejak kecil aku selalu bermimpi untuk mendapat mate seorang omega mungil sebagai pasangan atau perempuan Alpha seperti ibuku. Kau tentu saja tidak termasuk dalam kriteria ini.” Jelas si Elder menambah sakit yang semakin menohok di dada Xavier.

“Aku harap kau mengerti dan menjaga fakta ini dari orang luar.” Kata terakhir dari sang Elder beserta tekanan dari pheromonnya, membuat Xavier tanpa sadar mengangguk.

Begitu saja, Alpha muda itu ditinggalkan setelah penolakan dari sang mate yang jujur saja telah dinantinya selama ini. Tanpa sadar, Xavier tepuk dada kirinya saat rasa sakit semakin menjadi.

Bibirnya tersenyum getir “Jadi begini ya, rasanya mendapat penolakan.” Gumamnya. Baru saja dia merasa bahagia setelah sekian lama berhasil bertemu dengan sang mate, tapi malah penolakan keras yang dia dapat.

.

.

.

Ps. Sorry for typo and Happy Reading.
Yang mau gebuk Orion mari kumpul disini

AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang