抖阴社区

6.

578 57 46
                                        

Karna sekarang weekend dan aku gabut, jadi aku double updated!!

Boleh ku minta tolong vote dan komentarnya guys?
Terimakasih 🙏

Renjun dengan percaya diri menyerahkan sketsa terakhir milik Jeno pada Kepala Daerah. Otaknya mulai berfikir, tidak perlu ada yang disesali. Sebab, setelah pertama kali Renjun menyerahkan sketsa ruang keluarga milik Jeno, Renjun mulai meminta Jeno untuk membuat sketsa ruangan-ruangan lain.

Satu hal yang dulu sempat membuatnya merasa bersalah, kini sudah menjadi sebuah kebiasaan bagi Renjun. Apa yang perlu disalahkan jika Jeno memberikannya dengan suka rela? Benar bukan?

Itu yang ia tanamkan dalam otaknya.

Pada nyatanya, hati Renjun tetap menolak untuk melakukan tindak kejahatan yang selama ini ia lakukan. Terlebih, ketika mengingat semua perjuangan hidup Jeno, Renjun merasa buruk. Harusnya Renjun membatu Jeno. Harusnya Renjun membahagiakan Jeno. Bukan malah, menusuk lelaki cantiknya dari belakang. Renjun benar-benar merasa buruk.

Setiap kali egonya kalah oleh hati nurani setelah Renjun menyerahkan karya milik orang lain, dirinya dirundung berbagai perasaan negatif. Dan hanya satu obat yang mampu menyembuhkan perasaan-perasaan yang bersemayam di hati.

Jeno. Jeno adalah obat baginya.

Seseorang yang Renjun khianati, adalah obat bagi dirinya. Maka dari itu, setelah tadi pagi Renjun dengan percaya diri memberikan sketsa terakhir milik Jeno pada Kepala Daerah, kini Renjun tengah menghabiskan waktu bersama Jeno.

Cerita random yang Jeno kisahkan membuat keduanya tertawa. Terkadang Jeno menceritakan lelucon kering yang ia dapat dari rekan kerjanya. Atau, ada banyak cerita-cerita lain yang membuat keduanya merasa terhibur.

Pada intinya, hanya ada kebahagiaan yang keduanya rasakan ketika sedang bersama.

"Paman Chanyeol pernah bercerita, dulu perjuangan cinta paman Chanyeol dalam mendapatkan hati istrinya tidak main-main." Jeno semangat mengisahkan perjalanan cinta paman Chanyeol —rekan kerja Jeno, saat berjuang mendapatkan hati bibi Wendy, istrinya, yang kini berada jauh di desa.

"Setiap malam, paman Chanyeol mendatangi rumah bibi Wendy. Membawakan makanan-makanan yang tidak pernah bibi Wendy rasakan. Lantas memberikan lelucon keringnya." Jeno terdiam sejenak, sebelum akhirnya melanjutkan, "Ada malam di mana paman Chanyeol yang memainkan gitar butut berbunyi sumbang miliknya, dengan bibi Wendy yang menatapnya kesal."

Renjun mengeryit. Tangannya masih setia membelai surai hitam Jeno, "Bukankah terdengar familiar?" Renjun bertanya.

"Benarkan?" Jeno terkekeh. Jeno yang berbaring di atas tikar, dengan surainya yang masih Renjun belai, mengubah posisinya agar lebih nyaman.

Cerita tentang kisah cinta Chanyeol memang terdengar mirip dengan kisah cinta dirinya dengan Renjun. Renjun selalu memberikan Jeno makanan, yang tidak pernah Jeno coba sebelumnya. Pun Renjun yang selalu menghampirinya nyaris setiap malam, dan mengajari Jeno cara bermain gitar di beberapa kali kesempatan.

Jeno kembali berkata, "Aku sempat berfikir jika paman Chanyeol hanya mengarang cerita. Sebab, apa yang paman Chanyeol ceritakan, seperti apa yang sering kita lakukan." sabit pada mata Jeno terlihat Jelas, menandakan jika dirinya tengah tersenyum.

"Tapi paman Chanyeol menjelaskan, jika apa yang ia ceritakan bukan lah suatu kebohongan. Justru dengan apa yang sering kita lakukan, paman Chanyeol jadi teringat dengan kisah masa lalunya." jelas Jeno.

Renjun mengangguk, paham dengan apa yang Jeno jelaskan. Tangannya tetap membelai surai Jeno, tidak mempedulikan ponsel pada saku celananya yang terus saja bergetar.

He's A Liar [Renno] ??Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang