抖阴社区

Prolog?

1.5K 74 42
                                        

Lampu berkedip tak beraturan, setiap kilatan cahaya menyayat pandangan, menciptakan bayangan patah-patah di sepanjang dinding putih yang dingin. Lorong yang terlalu sunyi, justru membuat telinganya kian berdenging. Lelaki berumur lima belas tahun itu berlarian setengah pincang. Sisi kepalanya mengeluarkan cairan anyir pekat berwarna merah, menetes hingga leher sampai mengotori bajunya yang sudah koyak.

Tangan kirinya tak berfungsi lagi, sementara sayatan terukir penuh di sekujur tubuh. Raganya bernyawa, tapi dirinya telah mati total. Kala fisiknya dibuat cacat, kewarasannya digerus habis hingga bagian paling dalam, entah saat ini apakah ia masih pantas disebut hidup.

"Jangan lari lagi, percuma. Lo tetep bakal mati juga."

"Sedikit lagi, jangan nyerah dulu. Masih ada kesempatan buat selamat."

"Diem di tempat! Tunggu waktu kematian aja, gak ada yang berharap lo balik di luar sana!"

"AH!" ia merutuk keras hingga suaranya terpendar di setiap sisi dinding, satu tangannya memegangi kepala yang mulai berkedut linu. "Berisik!"

Sial. Suara-suara itu, datang tak tepat waktu. Ia masih harus keluar dari neraka yang dibangun sedemikian apik bak surga ini. Tak boleh mati sekarang. Tidak, tidak di sini. Tidak di tangan-tangan hewan yang terlahir sebagai manusia.

"Pulang. Pulang Keenan, ayah di sini, nyari Keenan."

Napasnya terengah, letih bercampur sakit berkolaborasi menjadi satu. Keenan masih harus menemui ayahnya. Jiwanya yang didoakan begitu megah agar menjadi manusia tangguh, kini melemah. Kakinya terseok-seok hampir tak mampu menopang tubuhnya sendiri.

"Ayah... ayah." Lirihnya dengan bibir yang bergetar. Jika ia mati, binasalah juga ayahnya. Anak itu tak akan membiarkannya terjadi.

Hingga sampailah ia di depan pintu baja, jalan keluar. Masih ada kode yang harus dipecahkan, namun kepalanya terlanjur pening sebab dipaksa bertahan ditengah bujukan untuk mati secara tragis.

Ekor matanya melirik ke sebelah kiri. Ruangan serba putih dengan pintu kaca bening. Entah itu adalah bagian kecil dari siksaan yang harus ia terima, atau sebuah fakta agar ia tersadar.

Keenan ditipu, lagi-lagi dikhianati. Bulir hangat yang sedari tadi bergumul tertahan di pelupuk matanya, ia biarkan meluruh sepenuhnya. Biar saja, lagipula ia telah kalah.

Sejurus kemudian, ia langsung tahu, kode yang harus dipecahkan untuk membuka pintu baja terkutuk itu.

030809

Salah. Ia memejamkan mata, kembali berpikir dengan tenang yang dipaksakan.

"Enam belas. Cukup sampai enam belas tahun saja."

030825

Clek.

Kunci terbuka.

Keenan tertawa miris. Untuk apa lagi keluar, jika tanggal kematiannya bahkan sudah ditentukan. Ia berbalik badan seraya mendongakkan kepala. Menatap kamera CCTV yang sedari tadi mengintainya bebas.

"Cacat dulu, Keenan. Jadilah gila sebelum mati dengan hina di angka enam belas tahun." Kata seseorang dibalik monitor yang sudah dari awal menyaksikan lumpuhnya anak itu berjuang sia-sia untuk hidup di lorong megah bak pertunjukan komedi.

Sudah, sampai sini saja perjalanan anak lelaki yang semasa hidupnya dihabiskan hanya untuk tertatih?

TIDAK!

TIDAK BISA!

Sebelum akhirnya, bendera kekalahan itu dikibarkan. Tinggi, menjulang, menciptakan riuh tawa yang menggelegar.

***

Anyeong yeoreobun!!<3Ini cerita fiksi bener-bener hasil pikiran aku sendiri ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anyeong yeoreobun!!<3
Ini cerita fiksi bener-bener hasil pikiran aku sendiri ya. Pokoknya bukan kisah nyata wkwk. Mohon maaf kalo ada kesamaan dalam nama, tempat, kejadian. Warning dulu, nanti bakal ada adegan-adegan tidak mengenakan, kekerasan, aksi kriminal dan kata-kata kasar. Pokoknya bijak-bijak dalam menanggapi dan mengartikan alur cerita ini. Semoga apa yang aku tulis, pesannya bisa tersampaikan dengan baik.

Papay!! Happy reading<3<3

with love,
paul

SIXTEEN: Hidden RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang