"Jaemin hiks.. Jaemin..."
Dengan tangisan tersedu, Renjun terus meracau memanggil nama Jaemin dengan kedua tangan yang masih memeluk erat tubuh Jaemin dari belakang."Jaemin hiks.. Jangan pergi Jaemin hiks.."
Isak tangis dari Renjun membuat Jaemin ikut tersentuh. Jauh dilubuk hatinya, ia juga tidak ingin pergi dari Renjun, orang yang sangat ia cintai. Namun apa boleh buat, jika dirinya terus berada disamping Renjun, ia juga tidak akan sanggup. Hatinya sakit.
"Jaemin hiks..." Renjun beralih memeluk Jaemin dari depan. Wajahnya mendongak menatap wajah Jaemin yang seakan tidak ingin melihatnya.
Renjun semakin menangis kencang. Memang apa salahnya? Mengapa Jaemin kembali acuh kepadanya.
Dengan tangan yang bergetar, Renjun meraih wajah Jaemin lalu menangkupnya dengan kedua tangan.
"Jaemin.. Aku punya salah ke Jaemin..? Kenapa Jaemin mau pergi tinggalin Renjun sendirian.." meski bibirnya terasa kelu, tapi Renjun berusaha mendesak Jaemin dengan beribu pertanyaannya.
"Jaemin.. hiks... Jangan diemin Renjun kaya gini, Renjun gak sanggup didiemin sama Jaemin.."
Lagi-lagi Jaemin hanya diam. Acuh dan seolah tidak menganggap kehadirannya.
Kerena kehabisan pikir, Renjun berakhir bersimpuh dihadapan Jaemin. Tangannya yang masih bergetar berusaha memeluk kaki jenjang Jaemin.
"J-jaemin.. R-renjun mohon.. J-jangan tinggalin Renjun.. Renjun gak punya siapapun lagi selain Jaemin.. Kalau Jaemin pergi.. Renjun sama siapa.." isak renjun dengan wajahnya yang tertunduk meloloskan buliran air mata.
Jaemin menengadahkan wajahnya. Tanpa sadar buliran air mata ikut lolos dari matanya. Ia lemah, apapun yang Renjun lakukan kepadanya semuanya mampu membuat dirinya lemah. Termasuk saat ini.
Meski tekadnya sudah bulat, namun ia bisa apa. Mana mungkin ia tega meninggalkan Renjun dalam kondisi seperti ini.
Akhirnya Jaemin memilih mengurung niatnya. Ia berjongkok lalu memegang kedua bahu sempit Renjun membuat Renjun langsung mendongak menatapnya.
"Jaemin... Jangan pergi.." lirih Renjun dengan suaranya yang mulai serak dan hampir menghilang.
Jaemin menatap lekat paras Submisif pujaan hatinya, perlahan kedua tangannya terulur meraih kedua pipi bulat Renjun, lalu ia tangkup.
"Siapa yang mau pergi Renjun.. Gue gak akan pergi kemana pun."
Renjun mengerjapkan matanya dengan pelan. Ia tatap wajah Sahabatnya yang sangat ia sayangi itu dengan lekat, seolah ia tidak akan bisa melihatnya di hari esok.
"Jaemin jangan pergi dari Renjun.. Jangan tinggalin Renjun sendirian disini.."
"Gue gak akan pergi dari Lo, Ren. Lo gak usah khawatir."
"Jangan bohong.."
"Engga, Na Jaemin gak pernah bohong."
"Janji?" Renjun mengulurkan jari kelingkingnya kepada Jaemin yang langsung ditautkan jari kelingking oleh Jaemin. "Janji."
Renjun tersenyum. Dari tatapan matanya yang sedari tadi menatap tautan jari kelingking keduanya, kini tatapan Renjun beralih menatap wajah tampan Sang Dominan dengan sayu.
"Aku Sayang Jaemin."
Setelah berucap, Renjun mendekatkan wajahnya kepada Jaemin. Perlahan tapi pasti, benda lunak tak bertulang milik keduanya menyatu. Awalnya hanya menempel, namun lambat laun belah bibir keduanya tergerak.
Renjun terbuai, kedua kelopak matanya kemudian terpejam, kedua lengannya mengalung indah di leher Jaemin. Begitupun dengan Jaemin, ia ikut memejamkan mata dengan bibirnya yang melumat kedua belah bibir plump Renjun.
"Enghhh.."
Lenguhan tertahan mulai terdengar dari bibir Renjun seiring ciuman dari Jaemin yang mulai memanas. Tak kuasa menahan rasa nikmat, kedua tangan Renjun menjambak surai hitam pekat milik Jaemin.
Jaemin dibuat hilang kewarasan, ia semakin menarik pinggang ramping Renjun untuk ia tarik dan dekatkan dengan tubuhnya hingga tidak ada jarak yang tersisa.
"Ahhh Jaemh minhh... Enghhh.."
Renjun menggeliat disela ciumannya akibat merasakan tangan besar seseorang yang mengelus menggerayangi punggungnya. Tangan itu semakin mengelus sensual pinggang hingga punggungnya membuat Renjun kembali mengeluarkan desahan tertahannya.
"Ahnn Jaemh minhh.. Enghn."
Renjun semakin melemas, ia seakan tak kuasa menerima sentuhan sensual dari tangan kekar Jaemin. Renjun limbung, posisi yang tadinya masih bersimpuh di lantai kini beralih menjadi berbaring terkulai di lantai dingin. Tautan kedua bibir itu masih berlangsung, seolah tidak ada yang ingin mengakhirinya.
Selang beberapa menit, tautan itu pun mulai terlepas. Penampilan yang acak-acakan dengan pakaian yang kusut, kedua mata yang sembap juga tatapan yang menyayu menjadi pemandangan pertama yang Jaemin lihat.
Nafas keduanya saling terengah, Jaemin yang sadar atas perlakuannya bergegas hendak beranjak dari atas tubuh Renjun. Namun Renjun, dengan kesadaran penuh ia malah menarik lengan Jaemin agar tetap berada dalam posisi mengukungnya.
"Jaemin..."
Renjun melirih dengan matanya yang semakin menyayu. Kedua tangannya yang tergeletak lemas kembali terulur untuk mengalung di leher Jaemin, membuat Jaemin menatap penuh kebingungan."Renju..
Belum sempat ucapannya selesai, sudah lebih dulu Renjun menempelkan bibirnya kembali. Jaemin kembali terangsang, ia ikut memejamkan matanya ketika melihat mata Renjun terpejam.
~~~~

KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone [Jaemren]?
RomanceTerkadang kita tidak menyadari perasaan cinta yang ada dalam diri kita. Dan ketika seseorang yang kita anggap sebagai sebatas sahabat sudah menjadi milik oranglain, disitulah kita baru menyadari jika kita mempunyai perasaan kepadanya. Lalu jika dia...