Jaemin memejamkan matanya erat, sekuat hati ia menahan air matanya yang ingin lolos.
Berkali ia helakan nafasnya sampai teratur, dan ketika semuanya kembali menormal, Jaemin memilih menjauh.
.
.
.
.
.
🖤🖤🖤
.
.
.
.
."Je-jehan.. Hiks.."
"Renjun, udah. Kamu harus tenang ya, jangan sedih lagi."
Renjun melepaskan pelukannya, lalu mengadahkan kepalanya menatap Jehan.
"Jehan.. Jjaemin, Jaemin.. Hiks."
Ingin berkata, namun Renjun kesusahan. Nafasnya masih tersendat akibat isak tangisnya yang terlalu lama.
Jehan yang paham akan kondisi Renjun kembali menenangkan Renjun, ia kembali memeluk tubuh bergetar Renjun, lalu mengelus punggung sempit itu dengan lembut.
----
"Renjun, tenang dulu ya. Kamu jangan membenarkan secara sepihak, mungkin yg kamu lihat itu hanya kesalahpahaman."
"Gak mungkin Jehan, Aku tadi lihat dengan mata kepala aku sendiri. Mereka pelukan Jehan, dan Jaemin juga keliatan gak nolak sama sekali."
"Renjun, bisa aja kan itu cuman keliatan dari sisi belakang. Kamu kan liatnya dari belakang?"
"Gak, Aku udah yakin, kalo Jaemin emang punya hubungan sama dia."
Disaat Renjun kembali melamun, Jehan segera merengkuh tangan Renjun, ia elus jari jemari itu hingga membuat Renjun kembali kedalam kesadarannya.
"Kamu udah kenal Jaemin dari lama, harusnya kamu tau Jaemin gak mungkin mudah berpaling dari kamu, Renjun."
"Bisa aja, Jehan,"
"Mungkin aja kan Jaemin marah ke Renjun, terus Jaemin mau balas dendam sama Renjun dengan cara dia pacaran sama oranglain."
"Renjun gak mungkin-"
"Udahlah Jehan, mungkin kita berdua emang gak bisa bersama lagi. Renjun ikhlas,"
"Sekarang Kita pulang aja."
"Renjun, jangan gitu!,"
"Ingat, susah susah kamu cari Jaemin, masa kamu mau pergi gitu aja."
"Demi kebahagiaan Jaemin. Aku lebih baik relain Jaemin daripada ganggu hubungan Jaemin."
"Renjun belum tentu-"
"Udah Jehan udah! Aku mau pulang!" bentak Renjun yang langsung membuat Jehan bungkam.
"Ayo pu-pulang, hiks.. R-Renjun gak mau disini lagi, hati Renjun sakittt, hiks.." kedua bola mata yang kembali mengeluarkan cairan bening itu menatap sendu ke arah Jehan, membuat Jehan tidak bisa berbuat apapun lagi. Selain menuruti keinginan Renjun.
.
.
.
.
.
🖤🖤🖤
.
.
.
.
.Hara bingung, ini sudah sekian lama ia menatap bingung kepada Jaemin.
Ya, sedari tadi yang Jaemin lakukan hanyalah melamun. Meski tangan dan kakinya bergerak kesana kemari, namun mata dan tatapan matanya hanya diam, seolah terlarut di alam bawah sadar.
"Jaemin kenapa sih.."
Karena khawatir, Hara berjalan mendekati Jaemin. Ia sentuh pundak Jaemin pelan.
"Jaemin?" panggil Hara. Namun tidak ada respon apapun dari Sang empu.
"Jaem?"
"Jaemin?"
Berulang kali Hara mencoba memanggil nama Jaemin lagi, namun tetap saja, tidak ada respon apapun yang ia dapatkan. Jaemin masih tetap melamun dengan kedua tangannya yang tergerak membolak balik gelas di keran air.
"NA JAEMIN !!"
Dan ketika suara dalam Hara menyapa, barulah Jaemin tersadar. Jaemin sampai berjengit dibuatnya.
"Yya?" tanya Jaemin dengan wajah polosnya.
Hara menghela nafas, perlahan kepalanya mulai dimiringkan dan tangannya bersidekap sambil menatap datar wajah Jaemin yang masih plango plongo.
"Har, kamu manggil aku dari tadi?"
"Kamu pikir aja, Jaemin."
"Duh, Har. Maaf ya? Aku tadi lagi gak fokus, makanya gak respon."
"Lagi mikirin apa sih Jaem?"
"Gak mikirin apa-apa kok."
"Gak mungkin, pasti kamu lagi mikirin sesuatu."
"Enggak, seriusan aku gak lagi mikirin apa-apa. Mungkin cuman efek kecapean aja, makanya tadi ngelamun."
Hara kembali menghela nafas.
Perlahan tangan Hara meraih gelas kaca yang masih berada di tangan Jaemin, ia ingin mengambil alih kerjaan Jaemin.
"Gak, gak usah Hara."
"Jaem, aku gak mau kamu kecapean lagi."
"Aku udah gak cape lagi, Hara. Udah siniin gelasnya."
"Gak mau Jaemin." Hara menyembunyikan gelasnya hingga tidak sampai jangkauan Jaemin.
"Hara~"
"Aku cuman mau bantuin kamu, Jaemin."
"Gak perlu, Aku bisa kerjain semuanya sendiri."
"Iya tau. Tapi kali ini aja, ijinin aku bantuin kamu."
"Ga usah."
"Aku tau kamu kecapean banget Jaemin, ijinin aku yg kerjain ini semua."
"GAK USAH, HARA!" tanpa sengaja bentakan dari mulut Jaemin terdengar, dan itu membuat Hara sontak terdiam.
"Udah siniin." Karena Hara masih belum bergerak, Jaemin memilih mengambil gelas kaca ditangan Hara.
"M-maaf.." lirih Jaemin begitu menyadari kesalahannya kepada Hara, dan Hara, dia yang masih tidak menyangka atas apa yang barusan terjadi hanya terdiam saja.
~~~~

KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone [Jaemren]?
RomanceTerkadang kita tidak menyadari perasaan cinta yang ada dalam diri kita. Dan ketika seseorang yang kita anggap sebagai sebatas sahabat sudah menjadi milik oranglain, disitulah kita baru menyadari jika kita mempunyai perasaan kepadanya. Lalu jika dia...
friendzone 12
Mulai dari awal