Tak membutuhkan waktu yang lama untuk Jehan bisa sampai di tempat kerja Jaemin.
Kaki jenjangnya ia Langkahkan lebih memasuki Cafe lalu Jehan segera mendekati meja kasir.
"Saya perlu berbicara dengan Na Jaemin." ucap Jehan tidak perlu berbasa-basi.
Bukannya menurut, Sosok yang masih berdiri di depan Jehan itu malah menatap Jehan dengan terpukau.
"Jangan buang waktu Saya. Cepat panggilkan Jaemin segera."
Akibat ucapan Jehan yang terkesan menekan, Sosok perempuan cantik itu langsung menurut. Dengan cepat dia pergi ke ruang belakang untuk memanggilkan Jaemin.
"Siapa yg cariin Gu- Presdir Jehan?" Netra Jaemin sontak membeku begitu melihat Jehan, Sosok Mantan Atasannya.
"Saya perlu bicara sama Kamu Jaemin."
"Tapi Saya lagi kerja Presdir." tolak Jaemin dengan halus.
"Panggil Bos kamu, biar saya yg ijinkan."
"Tapi Presdir-
"Jaemin, gapapa. Cafe lagi sepi. Udah, lo pergi aja."
"Udah, ayo, Jaemin."
Jaemin yang sudah kehabisan cara untuk menolak hanya bisa menurut, dia ikut berjalan membuntuti Jehan.
-----
Tibalah mereka di suatu tempat yang tenang, Jehan meminta Jaemin untuk duduk di kursi kayu yang ada disana.
"Ada perlu apa Presdir bawa Saya kesini?" tanya Jaemin yang tak ingin basa basi.
"Kamu kenapa biarin Renjun pergi gitu aja?"
Jaemin menghela nafasnya, pandangan yang tadinya tertuju pada Jehan kini teralih lurus ke depan. Ditatapnya hamparan danau yang berwarna bening dengan damai.
"Apa Saya masih perlu menjawab?" berkali-kali Jaemin mengatur nafasnya yang seolah sesak.
Bagi Jaemin, berdirinya dia sekarang bersama Jehan adalah pilihan yang buruk.
Mengapa?
Pandangan Jaemin mengenai Jehan masihlah sama seperti sebulan lalu.
Masih menganggap Jehan ialah Kekasih Renjun.
Dan Jaemin, jauh dilubuk hatinya ia masihlah belum ikhlas merelakan Renjun untuk Jehan.
Terlebih lagi jika Jehan beberapa detik kemudian memberinya kabar mengenai hari keseriusannya dengan Renjun.
Jaemin mengeraskan rahangnya, kedua tangan yang tadinya melemas kini dikepalkan dengan perlahan. Kedua kelopak mata itu dipejamkan erat. Seiringan dengan itu, sebisa mungkin ia kembali mengatur deru nafasnya yang kian lama kian memburu.
"Maaf Presdir, Saya harus pergi." seiringan dengan kalimat tereebut, Jaemin segera beranjak lalu melangkahkan kakinya berusaha menjauh dari tempat tadi.
"Jaemin!!"
"Jaemin saya perlu bicara sama Kamu!!"
Teriakan dari Jehan hanya dianggap angin lalu. Jaemin masih berusaha menjauh.
Namun Jehan, dia tidak akan membiarkan Jaemin pergi begitu saja. Kakinya tergerak menyusul Jaemin dengan langkah cepat.
"Tolong dengerin saya bicara dulu!" Ucap Jehan sembari menahan pundak sebelah kiri Jaemin.
"APA!? SAYA PERLU DENGER APA DARI ANDA PRESDIR!?
"MENGENAI HARI PERNIKAHAN KALIAN!?
"MAAF, KALO ANDA MEMANG MEMINTA SAYA UNTUK MENGHADIRI PESTA PERNIKAHAN KALIAN, SAYA GAK BISA DATENG."
Jaemin tak kuasa menahan perasaan hatinya, sesaat setelah berucap Dominan Na itu langsung memecahkan tangisnya.
"Jaem.. Jadi itu alasan Kamu.."
Sadar dengan apa yang dilakukannya, Jaemin reflek menyeka air matanya.
"Mmaaf, Presdir. Saya tidak bermaksud-
"Saya dengan Renjun udah selesai Jaemin." sela Jehan dengan cepat.
Penuturan dari Jehan sontak membuat Jaemin mematung.
"Saya akan jelasin lebih lanjut, tapi kamu harus ikut Saya."
~~~~

KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone [Jaemren]?
RomanceTerkadang kita tidak menyadari perasaan cinta yang ada dalam diri kita. Dan ketika seseorang yang kita anggap sebagai sebatas sahabat sudah menjadi milik oranglain, disitulah kita baru menyadari jika kita mempunyai perasaan kepadanya. Lalu jika dia...
friendzone 13
Mulai dari awal