Setelah berjalan menyusuri makam, Greesel berhenti di salah satu makam yang tentu itu Ayahnya dengan Nabilo nama yang tertulis di batu nisan nya itu.
Eli ikut membersihkan makam Ayah Greesel dengan senang hati.
"Hallo Om aku temen barunya Greesel, salam kenal ya, aku bantu beresin nih rumah Om biar nyaman dan bersih buat di lihat, nama aku Eli Om, maaf ya ini anaknya agak nakal, masa dia mau nyusul Om dengan cara yang salah, kan sulit bertemu ya kalo jalannya salah"
"Bisa diem ga!"
"Ih kenapa sih? Aku yakin Om denger ko, jadi aku ceritain aja"
Greesel kembali menangis.
"Apa benar Ayah bisa denger aku?"
"Denger ko, cuma ga bisa bales aja"
"Ayah.. Aku kangen... Hiks.. Hiks... "
"Nangis aja ga apa-apa... Ga usah malu-malu" Eli beralih mengusap pundak Greesel.
Eli menemani Greesel selama kurang lebih satu jam di makam, hanya menangis dan bercerita.
Sampai akhirnya Greesel mau pulang ke rumah yang bak neraka itu, dan Eli mengantarnya pulang.
Ceklek.
Greesel membuka pintunya begitu saja, sedang sang Ibu dan dua kakaknya di sofa tengah menonton TV tidak menghiraukan mereka.
"Lu pulang aja" Ucap pelan Greesel.
"Mana bisa gitu, gue harus pastiin dulu lu istirahat sampe ke kamar, kalo lu pingsan lagi gimana?"
Greesel mengernyit mendengar perkataan Eli.
"Entar mimisan lagi" Lanjut Eli, dengan suara yang keras Eli sengaja agar keluarga Greesel yang cuek itu mendengar nya.
"Gue ga mau ya sahabat gue kenapa-napa, gue ga mau sahabat gue pergi ninggalin gue gitu aja gara-gara penyakit sialan itu!" Seru Eli masih di ambang pintu.
"Mak.. "
"Maksudnya apa?" Teriak perempuan yang di duga Ibu dari Greesel.
"Maaf tante.. Maaf aku teriak-teriak, harusnya aku bisa rahasian ini, maaf ya Greesel, kalo gitu istirahat ya, assalamualaikum" Eli pergi setelah membuat keributan.
"Apa maksud anak itu?" Tanya Sang Ibu Melody dengan tatapan tajam.
"Ga ada apa-apa mah, udah aku capek mau istirahat"
Saat Greesel hendak berbalik sang Ibu tiba-tiba.
Hap.
Menempelkan punggung tangannya ke dahi Greesel membuat mata Greesel tiba-tiba berembun.
"Badan kamu anget, istirahat sana, Mama bawain kamu makan sama obat, tapi setelah itu jelasin ke Mama apa yang di maksud teman kamu dengan penyakit sialan itu"
Greesel menuju kamar dan sang Ibu menuju dapur, di kamar Greesel mengusap kedua matanya yang meneteskan air matanya.
Namun ia tersenyum mengingat tingkah Eli yang memang aneh dengan semua cerita bohongnya itu.
Ceklek.
"Nih, makan, ini obat nya terus istirahat yang cukup, jangan dulu main gitar, taro gitar nya" Melody benar-benar datang dengan nampan berisikan makanan dan Obatnya.
"Makasih Mah"
"Hem"
Greesel makan dengan lahap, meski tidak di suapi oleh sang Ibu namun Greesel bersyukur karena mendapat perhatian kecil dari sang Ibu.
Greesel juga meminum obatnya, namun saat Greesel hendak mengambil gitar nya karena ingin menyanyikan lagu yang di nyanyikan Eli namun.
Ceklek.
"Mama bilang simpen dulu gitar nya, udah sini"
Gitar itu di rebut dan di simpan di sudut.
"Mama bawa kompresan, di kompres dulu biar ga makin panas"
"Aku ga apa-apa Mah"
"Udah diem"
Dengan telaten Melody mengompres Greesel.
Sampai Greesel benar-benar tertidur dengan pulas.
Melody meneteska air matanya, namun dengam cepat ia menghapusnya, Ia menaikan selimut yang di kenakan Greesel sebatas bahu.
"Maafin Mama" Lirihnya.
Huaaaa......
Author juga kalo sakit nya belum masuk rumah sakit ga di sebut sakit itu, padahal udah ga bisa jalan sama sekali 😌😌
Malah curhat..
Udah ah.
Bye...

KAMU SEDANG MEMBACA
The End? (END)
Teen FictionApakah hidup bisa di akhiri? atau hidup bisa di perbaiki?
Part 8
Mulai dari awal