"Bintang yang hilang, nyatanya hanya menyembunyikan dirinya."
.
.
.
.
🦊🦊Di saat rasa sakit tidak bisa lagi dia pendam, ada kepergian yang membawa beribu penyesalan. Tentang sebuah arti menghargai. Adanya dia, bukan untuk sebuah ajang.
"Papi?"
Tubuhnya membeku di depan pintu unit apartemen nya. Pupil matanya membulat sempurna karena reaksi terkejut. Melihat sosok yang tidak dia duga bisa menemukan keberadaan dirinya.
"Boleh Papi masuk?"
Pria dengan pakaian santai, tersenyum dengan lembut padanya. Bertanya pun dengan hati-hati, terlihat enggan menganggu.
Pemuda dengan surai pirang itu membisu. Tersadar saat pria itu memanggilnya. Membuat dia segera menyingkir dari pintu, mempersilahkan sosoknya masuk. Tak lupa menutup pintu dengan cepat. Takut ada orang lain yang datang.
"Duduk, Om," ujar Justin setelah keluar dari kamarnya.
Ada Sangga yang muncul dari pintu dapur, terlihat juga ikut terkejut. Lalu ikut menyambut, setelahnya kembali pergi ke dapur. Ingin membuatkan minum.
Tara membisu, masih tidak percaya jika Deric bisa tahu apartemennya. Tapi melihat Justin yang tenang, dia menjadi curiga sesuatu. Apalagi Daniel pun sempat kemari.
"Bagaimana keadaan mu?" Tanya pria itu menatap keponakan tersayangnya.
Menelisik penampilan Tara. Surai legamnya sudah berubah pirang. Netranya tajamnya sudah lebih lembut, tapi dia tahu. Sosoknya tengah memendam sesuatu.
"Baik, Papi bagaimana?" Tanya pemuda itu balik setelah sedikit terdiam.
Deric tersenyum lembut. "Syukurlah, Papi baik."
Sangga datang membawa beberapa gelas minum. Menatanya di meja, lalu duduk di sebelah Tara. Membuat pemuda itu di apit oleh dua temannya.
Deric melihat itu tersenyum diam-diam. Dari pandangannya, pertama kali melihat Justin. Memang bukan sosok yang jahat, mungkin hanya karena persoalan dengan Nalen menjadikan rumit. Nyatanya memang pemuda itu tidak bisa di remehkan. Dia sampai kagum atas kuasa keluarganya, juga bersyukur ternyata Tara bersamanya. Bahkan terlihat baik-baik saja.
Sangga pun yang dia ketahui memang anak yang dingin. Memiliki hubungan bisnis dengan Sadam. Hanya Nalen saja yang tidak begitu tahu karena dia tidak banyak ikut campur dalam bisnis.
"Terimakasih sudah menjaga Tara," ujarnya tulus. Membuat ketiga pemuda itu terdiam sesaat. Tidak bisa membalas, hanya mengangguk.
"Papi datang hanya ingin melihat kondisi mu. Syukurlah jika kamu baik-baik saja."
"Aku baik," kata Tara pelan. Tersenyum kecil entah dengan arti apa.
"Silahkan bicara dengan Tara. Kami tidak akan menganggu," ujar Justin. Bangkit dari duduknya di ikuti Sangga. Mereka masuk ke dalam kamar. Memberi waktu untuk keduanya bicara.
Atas kepergian keduanya, ruang tamu hening. Tara juga tidak tahu harus bicara apa. Deric pun hanya terus menatapnya.
"Kamu tidak rindu Papi? Kamu tau, Papi sangat khawatir saat tau kamu menghilang."

KAMU SEDANG MEMBACA
CHARMOLYPI [χαρμολ?πη] || END?
RandomJika dirinya Bintang, Dia adalah Bulan. Jika dirinya Kakak, Dia adalah Adik. Lantas, kenapa sosok adiknya sangat berkuasa? ?? Tara, ketua OSIS yang tegas dan dingin. Memiliki reputasi yang kuat di sekolah. Namun di rumah, dia harus tunduk pada adi...