抖阴社区

Triginta

3 2 0
                                        

Hari itu juga Qalesra dan Uzin pergi ke bangunan tua milik Glonaf, sedangkan Haneya dan Freas diminta untuk tetap di sana dengan pintu terkunci. Keduanya pergi setelah Uzin meminjam dua skuter udara pada temannya yang berada di bagian ruang kendali, yang ternyata juga dekat dengan Glonaf.

Kali ini Glemmy dan Danos tidak ikut, bukan karena gadis itu tak ingin keduanya tahu, tetapi ia tidak ingin melibatkan keduanya dalam hal besar dan berbahaya ini. Qalesra tak ingin membuat semuanya semakin rumit, dirinya akan meminta Glemmy dan Danos datang, jika sudah menemukan titik terang dari masalah yang sedang diungkapnya itu.

Dalam waktu tiga puluh menit, akhirnya keduanya sampai dan tanpa ragu Qalesra membuka pintu dengan sidik jarinya, seperti yang ia lakukan sebelumnya. Tentu hal tersebut membuat Uzin tersentak karena hanya orang-orang yang dekat dengan Glonaf, yang diberi akses masuk ke tempat tersebut.

"Bagaimana kau ...,"

"Aku juga tidak mengerti, padahal Glemmy dan Danos tidak bisa," sahut Qalesra.

Pria itu tercengang sambil memikirkan hal yang tak pernah diketahui banyak orang, kecuali orang kepercayaan Glonaf.

Keduanya pun langsung masuk ke gedung tersebut dan tak lupa Uzin menutup pintu kembali. "Tunggulah aku di dekat elevator, aku harus mematikan sistem gedung yang menyala setiap malam agar tak terdeteksi oleh Kantor Pusat bahwa ada yang datang ke sini."

Qalesra mengangguk dan langsung melangkah menuju elevator, sedangkan Uzin ke suatu tempat yang tak ia ketahui. Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya gadis itu mendengar suara langkah kaki. Namun anehnya, langkah itu tak hanya satu atau dua, tapi banyak.

"Siapa kau?!"

Tampak beberapa orang pria datang sambil membawa senjata, ada yang membawa pistol kejut, besi, dan pistol setrum.

"Siapa kalian?" tanya Qalesra panik.

"Kami yang seharusnya bertanya, kau itu siapa? Bagaimana kau bisa masuk ke sini?" tanya salah satunya.

"Kau pasti orang suruhan Henky, 'kan?" tanya pria bertubuh besar dengan rambut diikat satu.

"Bu-bukan!"

"Bawa dia!" perintah salah satunya.

"Tidak!" pekik gadis itu, "Uzin!"

Ketika Qalesra menyebut nama pria itu, pria dengan jumlah sebelas orang tersebut pun terdiam dan menatapanya bingung.

"Ada apa ini?" tanya pria yang tak lain adalah Uzin.

Pria-pria itu pun membalikkan tubuh dan terbagi menjadi dua baris, sehingga posisi Qalesra berhadapan langsung dengan Uzin.

"Kau yang membawanya ke sini?" tanya pria berambut pendek dengan kulit hitam itu.

Uzin mengangguk pasti.

"Bukankah ini akan berbahaya? Kau sendiri yang mengatakan untuk tidak membawa orang lain ke sini!" protes pria berkuncir tadi.

"Dengar, kalian pasti tidak percaya jika aku mengatakan siapa gadis ini," tutur Uzin.

Bukan hanya sebelas pria itu, Qalesra yang mendengarnya pun ikut bingung.

"Apa maksudmu?" tanya pria yang tubuhnya lebih kecil dibanding yang lain.

"Kode lima belas," jawab Uzin.

Pria-pria itu pun terbelalak mendengarnya. "Kode lima belas dengan nama siapa?"

"Qalesra, gadis yang dulu kalian kenal bernama Qalea," ungkap Uzin.

Semuanya terbelalak, sedangkan Qalesra terdiam memikirkan apa yang diucapkan pria baya itu. Dirinya seperti pernah mengenal nama 'Qalea' itu, tapi tak tahu siapa dan di mana.

"Tidak mungkin!" ucap pria kecil tadi tak percaya.

"Apa maksudmu, Uzin?" tanya Qalesra bingung.

Sebelas pria itu menatapnya tak kalah bingung. "Apa kau tidak salah? Dia saja tidak mengingatnya!"

"Qalesra pernah dikembalikan ke orang tuanya oleh Glonaf sebelum kejadian itu, tetapi Henky mengambilnya kembali dan menghilangkan ingatannya sejak kecil sampai hari saat ia kembali, bahkan Henky memasukan ingatan orang lain padanya," jelas Uzin.

Gadis itu semakin bingung, ia sama sekali tak mengerti dengan apa yang diucapkan pria itu.

"Tunggu! Aku pernah memimpikan sesuatu mengenai Qalea, satu orang pria, dan satu lagi wanita. Dia menyebutnya sebagai orang tua, tapi aku tidak tahu maksudnya," ucap Qalesra.

"Lihatlah, apa yang telah dilakukan Henky, bahkan bukan hanya Qalesra. Masih banyak orang di empat perusahaan itu yang mengalami hal sama sepertinya," tutur Uzin.

"Sial Henky!"

"Sekarang bukan waktunya untuk kesal, aku ingin mempertemukan Qalesra dengan Glonaf karena kuyakin bahwa Qalesra bisa membantu kita," ucap Uzin.

Kesebelas pria itu pun mengangguk dan mereka langsung membawa gadis itu menemui Glonaf. Selama di elevator Qalesra masih memikirkan setiap kata yang terucap dari mulut Uzin, hingga ia tak sadar bahwa elevator berhenti di lantai lima belas. Pria – pria itu pun membawa Qalesra untuk menemui Glonaf, termasuk Uzin.

Sampai akhirnya, mereka berhenti di depan ruang kaca yang begitu luas dan di dalamnya terdapat banyak alat. Bukan hanya itu, sosok yang terbaring di tempat tidur kaca itu membuat fokusnya teralih.

"Jadi, patung yang ada di perbatasan itu adalah Glonaf?" tanya Qalesra.

"Ya, tapi sudah dihancurkan oleh Henky, sama seperti yang dilakukannya pada Glonaf!" sahut Uzin.

'Mengapa begitu banyak alat yang terhubung ke tubuhnya?" tanya Qalesra iba.

"Hanya itu satu-satunya cara agar Glonaf tetap bernapas."

"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Qalesra penasaran.

Dua belas pria itu saling bertatapan, kemudian menghela napas panjang.

"Kami tidak tahu persis apa yang terjadi, beberapa hari setelah Glonaf dinyatakan menghilang dan Kantor Pusat dipindahkan, aku dan Arel menemukan Glonaf di hutan terlarang, ketika kami sedang bertugas malam itu," kata pria berkuncir sambil menatap pria kecil yang ternyata bernama Arel itu.

"Diam-diam aku dan Fari membawa Glonaf ke sini, setelah memberi tahu Uzin bahwa Glonaf masih hidup. Ternyata, kepergian kami terdeteksi oleh Henky, hingga membuat kami diberhentikan dan diasingkan. Di hari yang sama pula, aku tahu bahwa kau sudah dikembalikan ke orang tuamu," tutur Arel.

Qalesra kembali memikirkan mengenai 'orang tua' yang kerap kali dikatakan pria-pria itu, tetapi ia berusaha untuk mengabaikannya dan memikirkan kondisi Glonaf yang begitu memprihatinkan. "Apa Glonaf selalu seperti ini sejak awal ditemukan?"

Uzin menggeleng cepat sambil tersenyum tipis. "Sesekali dia akan sadar dan masih bisa berbicara dengan kami, tapi hanya beberapa menit."

Gadis itu merasa cemas dan iba. "Apa kalian sudah menemukan penyebabnya selama ini?"

Dua belas pria itu menggeleng. "Tak ada satu pun dari kami yang paham tentang itu."

Qalesra mengangguk-angguk, sampai akhirnya mereka menyadari bahwa Glonaf terbangun. Dengan cepat Uzin membuka pintu ruangan tersebut dan mengajak gadis itu menemui Glonaf.

"Uzin," ucap pria tua itu dengan lemah.

"Glonaf, ini Qalea, dia kembali dengan nama Qalesra, aku tidak berbohong padamu."

Pria itu tersenyum kecil.

"Glonaf ...."

Pria itu kembali menutup matanya, sebelum Qalesra sempat mengatakan sesuatu. Miris rasanya melihat apa yang terjadi pada pria itu, dirinya yakin bahwa Glonaf adalah sosok yang baik dan berjasa untuk banyak orang.

"Aku akan menyembuhkanmu dan membawa kota ini kembali seperti semula, Glonaf, walau aku tak tahu apa yang terjadi sebelumnya. Aku berjanji!"


~~~ To Be Continue ~~~

CONUNDRUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang