Casaundra menyimpan terlebih dahulu kotak bekalnya di atas meja usang yang terdapat di rooftop.
Melangkah pelan dan berdiri tepat di samping Karl yang mulai mengalihkan pandangannya kearah langit yang tak terlalu cerah seolah mendukung suasana hati Karl saat ini.
"Aku minta maaf Karl." Casaundra tau kesalahan nya, tak seharusnya ia menerima pertemanan dari Rian. Namun apa yang ia lakukan sekarang ada alasannya.
"Gak perlu minta maaf, itu kan hak kamu." Karl menatap gadis di depannya yang tengah menunduk itu dengan dalam.
Karl tak melarang Casaundra berteman dengan siapapun karena kenyataannya sekarang ia bukanlah siapa-siapa bagi gadis di depannya itu.
Karl hanya takut, khawatir apabila kejadian yang selalu berputar dalam benaknya terjadi kembali.
"Tapi aku gak enak sama kamu, gimana pun juga Rian yang selalu ganggu kamu selama ini. Dan dengan gak tau malu nya aku malah temenan sama dia."
Sungguh, Casaundra ingin memberitahu Karl sebuah alasan mengapa ia menerima Rian. Namun sangat sulit untuk ia ucapkan.
"Casa ... Aku gak masalah, asalkan kamu masih nganggap aku ada, asalkan kamu masih mau di sisi aku. Itu udah lebih dari cukup."
"Tapi satu hal yang aku minta sama kamu, tolong jaga diri kamu sebaik-baiknya, jangan gampang terpengaruh. Aku tau kamu gak sebodoh itu buat percaya sama Rian."
Karl memang tak terima jika Casaundra terjebak dalam perangkap Rian, namun apa boleh buat jika gadis itu telah menerima nya dengan sukarela.
Karl tak ingin mengekang Casaundra dalam ke posesifan nya yang terus ia tahan, Karl hanya ingin Casaundra bergerak bebas sesuai yang gadis itu inginkan.
Mungkin ada hal lain yang gadis itu sembunyikan, terbukti dalam gerak-gerik nya yang tak luput dari mata tajam itu. Karl yakin dengan Casaundra, tugasnya hanya melindungi sekuat yang ia bisa.
"Makasih udah ngertiin aku Karl." Sang empu tersenyum lembut dan dengan segera membawa Casaundra ke dalam pelukan hangatnya.
Casaundra membalas pelukan tersebut, pelukan yang benar-benar selalu membuat nya nyaman serta aman. Casaundra bahkan mulai merasakan jika tubuh Karl terasa semakin kekar.
Terbukti saat ia membalas pelukan Karl, punggung laki-laki itu mulai terasa keras, terbentuk serta bahu yang semakin lebar dan kokoh.
Casaundra semakin menyamankan pelukannya, membenamkan wajahnya di dada bidang Karl sampai Casaundra tak ingin melepaskan pelukan tersebut.
Jujur saja, di banding pelukan Rian, pelukan Karl lah yang sangat Casaundra sukai.
"Nyaman banget kayaknya." Karl mengusap lembut kepala sang gadis, ia menumpukan dagunya di atas kepala Casaundra sembari menghirup aroma segar yang berasal dari rambut Casaundra.
"Hm, banget" Karl terkekeh pelan, bukan hanya tubuhnya namun hatinya semakin menghangat kala Casaundra mengucapkan hal tersebut.
Wajar keduanya berpelukan dengan erat, karena cuaca yang mendung serta angin bertiup kencang membuat rasa dingin melanda keduanya.
"Ayo ke kelas" ajak Casaundra sembari melonggarkan pelukannya, namun Karl yang tak rela menarik kembali Casaundra ke dalam pelukannya.
"Bolos aja." Casaundra menggeleng pelan dalam pelukan hangat itu, dan mendongak menatap wajah Karl yang semakin tampan jika di lihat dari bawah.
"Tumben ngajak bolos? kamu kan anak nya rajin Karl ..." Casaundra menggoda Karl hingga wajah tersebut memerah sampai ke telinga.
"Ya gak rajin-rajin banget lah, sekali-kali juga kan." Karl mengelus pipi lembut milik Casaundra yang terasa dingin, ia dengan perlahan menggosok kan telapak tangannya dan menempel kan kearah kedua pipi Casaundra.

KAMU SEDANG MEMBACA
The most beautiful death of love
Teen FictionIni kisah Devika Hortensia, seorang gadis biasa yang bertransmigrasi kedalam dunia novel yang terakhir kali ia baca. Berperan sebagai figuran yang tak terlibat sedikitpun membuat Devika menghela nafas lega. Ia akan menjalankan kehidupan baru nya sep...