抖阴社区

28. Unconditional

Mulai dari awal
                                    

Dalam pelukan Christopher, Lavinia tahu bahwa masa depan yang cerah menantinya, dan ia tidak lagi terikat oleh masa lalu yang kelam. Bersama Christopher, ia merasa siap untuk memulai kehidupan baru yang penuh kebahagiaan dan cinta.

Malam semakin larut, namun keheningan yang menyelimuti taman itu terasa hangat. Christopher, yang duduk di samping Lavinia, menatap wajahnya dengan tatapan penuh harapan. Setelah beberapa saat hening, ia akhirnya memecah keheningan, suaranya lembut namun tegas.

"Lavinia," katanya, menarik perhatian Lavinia yang sedang menikmati ketenangan malam, "aku ingin berbicara tentang sesuatu yang penting."

Lavinia menoleh, sedikit terkejut. Ada keheningan yang berbeda dalam suara Christopher kali ini—sesuatu yang penuh makna, yang membuat jantung Lavinia berdegup lebih cepat. Ia merasakan perubahan dalam udara malam yang tiba-tiba menjadi lebih tegang, meskipun Christopher tetap tampak tenang.

"Apa yang ingin kau bicarakan, Chris?" tanya Lavinia dengan hati-hati, meskipun dalam hatinya sudah mulai muncul rasa cemas.

Christopher menarik napas dalam-dalam, matanya tidak pernah lepas dari mata Lavinia. "Aku tahu kita sudah melalui banyak hal bersama, dan aku tahu perasaanmu terhadap masa lalu sangat berat. Namun, aku ingin kau tahu satu hal yang pasti," ujarnya, suaranya tegas namun penuh kelembutan, "meskipun semuanya tidak mudah, aku ingin menikah denganmu, Lavinia. Aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersamamu."

Lavinia terdiam, hati dan pikirannya seakan berhenti sejenak. Kata-kata Christopher itu membawa ketenangan sekaligus kebingungan dalam dirinya.

Lavinia tahu bahwa Christopher adalah pria yang sangat baik dan tulus, namun menikah... itu adalah komitmen yang tidak bisa dianggap enteng, terutama setelah semua yang telah dia alami.

"Chris," Lavinia memulai, suaranya pelan. "Aku... aku takut. Aku takut jika aku menerima tawaranmu, aku akan membawa beban yang lebih berat lagi. Aku tidak ingin menghancurkan kebahagiaanmu."

Christopher menggenggam tangannya lebih erat, seolah memberi dukungan tanpa kata-kata. "Lavinia, hidup ini penuh dengan ketidakpastian. Tidak ada yang bisa kita jamin, tetapi satu hal yang aku bisa pastikan adalah, aku akan selalu ada untukmu. Semua bebanmu—itu juga akan menjadi bebanku. Aku ingin kita melangkah bersama. Aku tidak peduli dengan masa lalu kita, hanya masa depan yang aku lihat."

Lavinia memandangnya dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Ada keraguan, tentu saja, tetapi juga ada harapan yang mulai tumbuh dalam hatinya.

Christopher tidak hanya menunjukkan cinta melalui kata-kata, tetapi juga melalui tindakan dan perhatian yang tak terhingga. Ia merasa dirinya sangat dihargai oleh pria ini—pria yang tulus mencintainya, meskipun ia bukanlah Ayah dari bayi yang dikandungnya, meskipun masa lalunya penuh luka.

"Apa yang terjadi jika aku tidak bisa sepenuhnya melupakan masa lalu?" Lavinia bertanya, suara rendah namun penuh kejujuran. "Apa yang terjadi jika aku terus terjebak dalam bayang-bayang Alistair? Aku takut aku akan menyakiti dirimu, Chris."

Christopher mengusap lembut rambut Lavinia, tatapannya penuh keteguhan. "Kita tidak harus melupakan masa lalu, Lavinia. Itu bagian dari dirimu, dan aku tidak akan pernah meminta untuk menghapusnya. Yang aku minta adalah kesempatan untuk membangun masa depan bersama. Masa depan yang lebih baik, penuh cinta dan kebahagiaan."

Lavinia menundukkan kepala, merenungkan kata-kata Christopher. Dalam hatinya, ia merasa ketenangan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Mungkin, hanya mungkin, ia bisa menerima tawaran ini. Mungkin, dengan pria seperti Christopher di sisinya, ia bisa mulai melangkah maju, meninggalkan masa lalu yang kelam.

"Chris," Lavinia akhirnya mengangkat wajahnya, menatap matanya yang penuh harapan, "aku takut, tapi aku juga ingin mencoba. Aku ingin berjuang untuk kita."

Senyuman yang lebar dan penuh harapan muncul di wajah Christopher. "Itulah yang aku ingin dengar, Lavinia. Kita akan bersama, melalui semua ketakutan dan keraguan. Kita akan bangun sebuah keluarga yang kuat, dengan cinta yang tak akan pernah pudar."

Lavinia merasakan jantungnya berdebar kencang, perasaan yang dulu terasa jauh dan tak terjangkau kini mulai tumbuh kembali dalam dirinya. Keputusan ini mungkin tidak mudah, tetapi dengan Christopher, ia merasa diberi kesempatan untuk memulai kembali.

Bersama pria yang penuh dengan kasih sayang dan kesabaran, ia merasa siap untuk memulai hidup baru—hidup yang penuh dengan cinta, kebahagiaan, dan janji yang akan mereka jaga bersama.

Dan malam itu, di bawah cahaya bulan yang lembut, mereka berdua duduk berdampingan, dengan hati yang lebih ringan dan penuh harapan, siap menyambut masa depan yang cerah.

Miriam berdiri di ambang pintu dapur kecil penginapan itu, membawa nampan berisi teh hangat dan beberapa biskuit. Ia berhenti sejenak, menyaksikan Lavinia dan Christopher yang duduk di taman kecil, saling berbisik dan tertawa kecil di bawah sinar bulan.

Raut wajah Lavinia yang biasanya murung kini terlihat lebih cerah, seperti seorang wanita yang akhirnya menemukan ketenangan setelah sekian lama dikejar bayang-bayang masa lalu.

Senyum tipis muncul di wajah Miriam. Sebagai pelayan Lavinia, ia telah menyaksikan setiap derita dan ketakutan Lavinia selama bertahun-tahun. Namun, malam ini berbeda. Miriam bisa melihat harapan yang mulai tumbuh dalam diri Lavinia, dan itu semua karena Christopher Sinclair.

Ketika ia mendekat dan meletakkan nampan di meja kecil dekat mereka, Lavinia menoleh, wajahnya sedikit memerah. "Miriam," katanya pelan, "kau sudah seharusnya istirahat. Tidak perlu repot-repot seperti ini."

Miriam hanya tersenyum hangat. "Tidak apa-apa, Nyonya. Melihat Anda bahagia seperti ini sudah cukup membuat saya senang. Dan lagipula, saya tidak akan membiarkan Anda dan Tuan Sinclair kehabisan teh di malam yang indah ini."

Christopher tertawa kecil, mengangguk sebagai tanda terima kasih. "Terima kasih, Miriam. Kau selalu memperhatikan kami."

Miriam mengangguk pelan, lalu menatap Lavinia dengan penuh kasih sayang. "Nyonya," katanya, nada suaranya lembut tetapi penuh makna, "saya tahu Anda sudah melalui banyak hal. Tapi saya bisa melihat bahwa Anda akhirnya menemukan seseorang yang benar-benar peduli. Tuan Sinclair adalah pria yang baik, dan saya percaya dia akan menjaga Anda dengan segenap hatinya."

Lavinia terdiam, hatinya bergetar mendengar kata-kata Miriam. Selama ini, Miriam adalah saksi bisu dari semua penderitaannya, seseorang yang selalu berada di sisinya meskipun dunia seolah runtuh.

Mendengar dukungan dari Miriam membuatnya merasa lebih yakin akan keputusannya.

"Miriam," kata Lavinia akhirnya, suaranya sedikit bergetar, "aku takut. Tapi aku ingin mencoba. Untuk diriku, untuk anak ini, dan untuk masa depan yang lebih baik."

Miriam tersenyum, matanya berkaca-kaca. "Itulah yang saya harapkan, Nyonya. Anda berhak untuk bahagia, dan saya akan selalu berada di sisi Anda untuk mendukung keputusan Anda."

Christopher, yang diam mendengarkan percakapan itu, menyentuh tangan Lavinia dengan lembut. "Lavinia, kau tidak perlu merasa sendirian. Kita punya Miriam, kita punya satu sama lain. Dan apa pun yang terjadi, aku akan memastikan kau dan anak ini selalu bahagia."

Miriam tersenyum lebar mendengar kata-kata itu, lalu mundur beberapa langkah, memberi mereka ruang. Dalam hatinya, ia bersyukur karena semua usaha mereka kabur dari Ravenswood Manor tidak sia-sia.

Lavinia telah bertaruh banyak untuk membantu Lavinia keluar dari cengkeraman Alistair, dan sekarang ia melihat bahwa keputusan itu adalah yang terbaik.

Saat malam semakin larut, Miriam kembali ke kamarnya, membiarkan Lavinia dan Christopher menikmati momen indah mereka.

Dalam hati, ia berdoa agar kebahagiaan Lavinia ini terus bertahan, dan bahwa Christopher benar-benar adalah jawaban atas semua doa yang selama ini dipanjatkan Lavinia dalam keputusasaan.

The Duchess's Deception (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang