抖阴社区

32. It's hurt, but It's okay

Mulai dari awal
                                    

Alistair berdiri di sana, dengan tubuh yang sedikit terhuyung dan aroma alkohol yang menyengat. Matanya merah, dan wajahnya menunjukkan campuran kemarahan dan kesedihan yang tidak biasa.

"Lavinia," gumam Alistair dengan suara serak, menutup pintu di belakangnya dengan satu hentakan. Ia berjalan mendekat dengan langkah tak stabil, membuat Lavinia secara refleks mundur ke sudut ruangan.

"Apa yang kau lakukan di sini, Alistair?" tanyanya dengan nada dingin, mencoba menahan getaran di suaranya.

Alistair tertawa kecil, nada yang lebih menyakitkan daripada menenangkan. "Aku hanya ingin melihat istriku..." katanya, meskipun kata "istriku" terdengar seperti ejekan di telinga Lavinia.

"Aku bukan istrimu dalam arti sebenarnya, Alistair. Kau sudah menunjukkan itu berkali-kali," balas Lavinia, suaranya mulai memanas.

Ia melangkah lebih dekat, membuat Lavinia semakin merapat ke dinding. "Kau benar," katanya pelan, suaranya seperti bisikan yang berbahaya. "Aku tidak pernah menjadi suami yang baik, bukan? Tapi... kenapa aku tetap tak bisa membiarkanmu pergi, ya?"

Lavinia menatapnya, matanya berkilat dengan kemarahan yang tertahan. "Kau tak bisa membiarkanku pergi karena kau egois, Alistair. Kau tak ingin aku, tapi kau juga tak ingin kehilangan kendali atas diriku."

Perkataan itu membuat Alistair terdiam sesaat. Wajahnya berubah, seolah ada perang batin di dalam dirinya. Namun, alih-alih menjawab, ia mendekatkan dirinya ke Lavinia. Tangannya mencoba menyentuh wajahnya, tapi Lavinia dengan cepat menghindar, membuatnya semakin frustrasi.

"Kenapa kau selalu melawan, Lavinia?" desisnya. "Aku sudah memberimu segalanya—rumah ini, kehidupan ini..."

"Kehidupan ini?!" Lavinia memotong dengan tajam. "Kehidupan ini hanyalah penjara, Alistair. Penjara di mana aku terus dipaksa bertahan demi anak kita, meskipun aku tahu kau bahkan tak peduli!"

Mendengar itu, Alistair membeku. Untuk sesaat, ekspresi di wajahnya terlihat terluka, namun hanya sekejap. Ia mengalihkan pandangannya, menghela napas panjang sebelum berbalik. "Kau tak mengerti apa yang kulakukan untuk melindungimu," gumamnya, hampir seperti berbicara kepada dirinya sendiri.

Tanpa menunggu jawaban, Alistair berjalan keluar dari kamar dengan langkah berat. Pintu tertutup dengan suara keras, meninggalkan Lavinia sendirian dalam keheningan.

Ia duduk kembali di tepi ranjang, meremas selimutnya dengan kuat. Dalam hatinya, Lavinia tahu bahwa pria itu tidak akan pernah berubah. Ia harus pergi—bukan hanya demi dirinya, tetapi juga demi bayi yang akan ia lahirkan.

Lavinia menatap pintu yang baru saja dibanting oleh Alistair, rasa campur aduk di dalam hatinya. Ia menekan jemarinya ke pelipis, mencoba menenangkan pikirannya yang terus berpacu.

Bayinya merespons kegelisahannya dengan gerakan kecil di perut, membuat Lavinia teringat bahwa ia tidak hanya bertarung untuk dirinya sendiri. Ada kehidupan kecil yang bergantung padanya, yang membutuhkan keberanian dan kekuatannya untuk bertahan di tengah neraka ini.

Namun, di tengah kegundahannya, bayangan Cassandra kembali menghantui pikirannya. Wanita itu tidak hanya membawa ancaman bagi pernikahannya—yang sejak awal sudah rapuh—tetapi juga memperlihatkan dengan jelas sisi gelap Alistair yang selama ini ia coba abaikan.

Lavinia menghela napas panjang, lalu bangkit dari tempat tidur. Ia menatap dirinya di cermin besar di sudut kamar. Wajahnya tampak lebih pucat, lingkaran hitam mulai terlihat di bawah matanya. "Aku tidak bisa terus seperti ini," gumamnya pada bayangan dirinya sendiri.

Malam itu, ia tidak bisa tidur. Ia berjalan bolak-balik di kamarnya, mencoba memikirkan jalan keluar. Ia tahu melawan Alistair secara langsung adalah hal yang mustahil. Pria itu memiliki pengaruh besar, bukan hanya di Ravenswood Manor tetapi juga di luar sana, di dunia yang penuh intrik dan kekuasaan.

The Duchess's Deception (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang