抖阴社区

PROLOG

224 40 11
                                        

Oke, langsung aja...

•~•~•~Happy Reading~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•~•~•
~Happy Reading~

Meskipun harus melewati berbagai rasa sakit, percaya lah ada kebahagiaan diujung sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Meskipun harus melewati berbagai rasa sakit, percaya lah ada kebahagiaan diujung sana.
AMERTA; The Last Embrace

***

Gadis kecil itu bersembunyi di dalam lemari, jantungnya berdebar kencang. Dengan perasaan yang bingung, ia hanya bisa mengiyakan kata-kata ibunya. Dari celah-celah lemari, ia melihat ibunya yang tengah panik, tangannya gemetar saat mencoba menelepon seseorang.

Dari luar, suara pintu kamar terdengar bergemuruh, seperti sedang didorong paksa. Sang ibu masih berusaha menelepon, hingga akhirnya panggilan itu tersambung.

"Sayang ...." suara ibunya hampir berbisik. "Cepat pulang."

Di seberang sana, suara ayahnya terdengar terburu-buru. "Iya, saya sedang menuju parkiran."

"Hubungi polisi juga," lanjut ibunya, suaranya semakin gemetar. "Ada orang yang membobol rumah kita."

"Apa?!"

Brakk!

Pintu kamar itu akhirnya jebol, dan seorang laki-laki berpakaian serba hitam berdiri di ambang pintu. Sebilah pisau dapur tergenggam erat di tangannya.

Gadis kecil itu membeku di tempatnya. Siapa dia? Kenapa dia masuk ke rumahnya? Kenapa dia membawa pisau?

Sang ibu terkejut, mundur beberapa langkah, matanya liar mencari sesuatu untuk melawan. Dengan cepat, ia meraih vas bunga di atas nakas dan melemparkannya ke arah pria itu. Namun, pria itu menangkisnya dengan mudah.

"Sayang, ada apa!" Terdengar telpon tersebut masih tersambung disana.

Tanpa memberi kesempatan, pria itu melangkah maju dan—

Ckk!

Pisau itu menancap dalam di perutnya. Handphone-nya terjatuh ke lantai.

Darah mengalir, tubuhnya melemas, lalu perlahan roboh ke lantai. Ia menoleh, matanya tertuju pada handphone yang tergeletak di sampingnya, yang tadi jatuh.

"Cepat ... pulang," ucapnya dengan napas yang terputus-putus, suaranya hampir hilang.

Tubuh gadis kecil itu bergetar hebat. Matanya membulat ketakutan saat melihat ibunya tersungkur ke lantai. Tapi pria itu belum berhenti. Ia kembali mengayunkan pisaunya.

Sebuah isakan hampir lolos dari bibir gadis kecil itu, tapi ia buru-buru menutup mulutnya dengan kedua tangan. Namun, tubuhnya terlalu lemas. Tanpa sadar, ia bergerak mundur-

Duk.

Punggungnya membentur dinding lemari.

Pria itu menoleh.

Hening.

Lalu, perlahan, ia mulai berjalan mendekati lemari. Tangannya terulur ke pegangan pintu.

Cklek.

"Aren!"

Tubuhnya tersentak. Ia baru saja terbangun dari mimpi buruknya, karena teriakan ayah yang menggema.

"M-mimpi itu …." Xiera mencoba mencerna baik-baik mimpi yang baru saja ia alami.

~•~•~

gimna dengan chapter ini, maaf atas kekurangannya, kalo ada lebihnya kasih ke kalian aja, hehe

Buat yang bingung, yang mana Aren yang mana Xiera? Jawabannya : sama; hanya saja beberapa orang memanggilnya Xiera dan tentunya yang memanggil dengan sebutan Aren adalah orang terdekatnya.

'Tio kecil'

'Aren kecil'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Aren kecil'

'Aren kecil'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

See you~

💙💙💙

AMERTA; The Last EmbraceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang