Pagi hari di kediaman dua pasangan palsu kita ini, terjadi sebuah kecanggungan besar. Ah, lebih tepatnya hanya Deku yang merasa canggung. Pasalnya, setelah obrolan kesalah pahaman dengan Tsunagu dan kawan - kawannya kemarin, ketiga pria itu lanjut membahas pembahasan tentang kegiatan mereka dengan istri masing-masing. Deku meruntuki dirinya sendiri karena tetap bertahan tempat sampai obrolan selesai.
"Midoriya-san ?" Aika melambaikan tangannya tepat di hadapan wajah Deku. Sudah beberapa kali Aika memanggil Midoriya karena mengabaikan tangannya yang terulur memberikan teh hangat.
Deku meraih gelas yang berisikan teh dari tangan Aika, "Ah, iya. Maaf." Deku menunduk melihat segelas teh hangat di tangannya.
"Ada masalah?" Tanya Aika lagi. Deku menggeleng singkat, ia meminum teh yang sudah yang sudah agak dingin itu hingga habis. Setelahnya ia segera beranjak ke arah dapur, menaruh gelas ke tempat cuci piring.
Deku kembali berjalan ke arah sofa menghampiri Aika. "Kita ke satasiun bar-! KAMU NGAPAIN??!!" Deku terkejut melihat penampilan wanita di depannya ini.
Aika kini menggunakan celana wide-leg jeans hitam, hoodie hitam dengan gambar moomin di tengah, kupluk hitam, tak lupa memakai tudung dari hoodienya, ia juga menambah kacamata hitam dan masker berwarna hitam untuk menutupi wajahnya.
Aika mebghadap ke arah Deku, mengacungkan tangan kanannya membentuk Peace Sign. "Incognito Mode" Aika menarik tangannya, dengan ibu jari dan jari telunjuknya ia membuah tanda ceklis di bawah dagu.
Deku melesat duduk di depan Aika, ia menarik pelan masker yang sedang wanita itu pakai ke dagunya. "Nanti di stasiun kereta pasti ada banyak orang," Deku masih memegang masker Aika dengan kedua tangannya.
"Ya karena itu," Aika mengangkat jari telunjuknya, "biar orang - orang nggak tau Midoriya-san lagi sama siapa. " Deku tertunduk lesu mendengar perktaan Aika. Ia yang melihat pakaian yang di kenakan pasangannya ini saja sudah merasa gerah dan sesak, apa lagi ketika di kerumunan banyak orang nanti.
Deku menggunakan tangannya untuk menangkup wajah wanita di depannya itu, "Biasa aja, Ka. Biasa" Deku menatap kedua mata aika lekat. Wanita itu menghela napas pasrah.
"Ini bisa jadi bagus juga untuk misi. Para penjahat yang sekarang mungkin sedang memantau kita jadi tidak curiga." Aika mengangguk singkat dan berjalan kedalam kamar.
Kini mereka sudah berada di dalam lift, menunggu lift yang mereka naiki sampai di lantai bawah. Lift pun terbuka, seperti biasa mereka bertemu dengan Tobita yang sedang berdiri di depan pintu masuk memandangi langit. Tentu saja mereka menghampiri Tobita terlebih dahulu untuk sekedar memberi salam.
"Pagi, juga. Aika-san terlihat cocok dengan pakaian anda." Puji Tobita dan di balas senyum simpul dengan anggukan singkat dari Aika. Omong-omong Aika mengganti bajunya dengan floral dress baby blue.
"Deku-san, hari ini kau bekerja ?" Tobita mengalihkan pandangnya ke arah Deku, yang di pandang mengangguk. "Ah, iya. Dan sepertinya aku agak pulang malam, tolong titip istriku." Deku berbincang sebentar sebelum akhirnya mereka berdua pamit.
Sesampainya di stasiun, tentu saja kedua pasangan itu mendapat tatapan dari orang-orang di sekitar mereka, beberapa juga saling berbisik. Kebetulan, mereka menaiki kereta dengan arah yang sama, jadilah sekarang masih bersama di dalam sebuah gerbong dan menjadi pusat perhatian orang-orang. Aika masih memakai maskernya, tapi tatap saja itu membuatnya risih tiba-tiba jadi pusat perhatian.
Jam 7 pagi, waktunya di mana semua orang memulai aktifitas, ada yang akan berangkat kerja, ke sekolah, atau pergi untuk berlibur wajar saja jika keadaan di dalam gerbong sangat ramai dan padat sekali. Kedua pasangan itu memilih untuk berdiri karena mungkin ada orang-orang yang lebih memerlukan tempat duduk. Keadaan dalam gerbong memang padat, tapi masih bisa di tolerir. Namun, saat berhenti di statiun berikutnya makin banyak orang masuk bahkan tidak ada satupun orang dari gerbong ini yang turun.

KAMU SEDANG MEMBACA
Accismus (Midoriya Izuku)
FanfictionAwal pertemuannya memang sangat tidak terduga dan mungkin akan berlalu begitu saja. Tapi kalau setelah itu jadi semakin sering bertemu, bahkan setiap hari bertemu, setiap pagi sarapan bersama, setiap malam saling mengucapkan 'selamat tidur', semua i...