Hanan menundukkan kepala. Memainkan jemarinya yang saling bertaut sembari menunggu kedatangan sosok yang telah resmi menjadi pasangan abadinya.
Sorot matanya memandang cincin emas yang tersemat di jari manisnya. Tak lama seulas senyum tipisnya muncul, mengusap lembut cincin pernikahan tersebut dengan perasaan hangat.
Sejujurnya ia masih tidak percaya kalau sekarang sudah menikah. Malahan tak pernah terbesit sedikitpun dalam pikirannya untuk menjalin hubungan serius bersama seorang alpha. Namun, kini ia benar-benar telah dinikahi oleh sosok alpha penyelamat hidupnya. Menjadi bagian dari keluarga terpandang bak sebuah ketidakmungkinan yang selalu ia harapkan setiap hari selama di rumah bordil itu.
Cklek
Pandangan Hanan teralihkan kepada sosok yang membuka pintu kamarnya dengan sang alpha. Ia berdiri, menghampiri gerangan yang tak lain tak bukan adalah suaminya, Navenda. Alpha perempuan itu membawa banyak sekali totebag yang kemungkinan besar isinya adalah hadiah pernikahan mereka dari para kolega atau teman-teman perempuan itu, mungkin.
Navenda bahkan masih mengenakan pakaian pernikahan mereka. Sedari selesai pengucapan janji suci, alpha itu langsung mengayomi tamu-tamunya sampai tak sempat beristirahat apalagi untuk berganti pakaian.
"Venda, kenapa tidak memanggilku? Aku bisa bantu bawain." Hanan dengan sigap membantu mengambil alih totebag di kedua tangan Navenda. Menaruhnya hati-hati di lantai kamar, takut semisal ada barang yang memang mudah pecah.
"Tidak mungkin aku membiarkan istriku mengangkat barang. Selagi aku masih bisa melakukannya sendiri, Ibu tidak perlu ikut membantu, oke?"
Semburat merah muda muncul di kedua pipi berisi itu. Cepat-cepat Hanan membuang pandangan, tak ingin menunjukkan reaksi salah tingkahnya kepada Navenda yang kini terkekeh kecil melihatnya.
"Waktunya kita unboxing!" Navenda hendak duduk, tak sabar ingin segera membuka hadiah pernikahannya bersama Hanan. Namun, suara lembut Hanan lebih dahulu menginterupsi.
"Sana kamu mandi dulu. Aku sudah menyiapkan air hangat."
"Tapi kita harus membuka dulu hadiahnya, Ibu."
Hanan berkacak pinggang memandang serius sang suami. Terlihat seperti seorang ibu sungguhan yang bersiap akan memarahi anaknya.
Navenda memanyunkan bibir. Wajahnya memelas minta belas kasihan. "Satu saja, ya?" mohonnya.
Omega itu menggeleng, bermaksud menolak. Ia langsung memegang pergelangan Navenda, menarik lembut sang alpha ke kamar mandi.
"Setelah kamu selesai nanti kita buka hadiahnya bersama-sama. Ini sudah larut, Venda. Kamu perlu istirahat."
Ah, benar sekali. Jam menunjukkan pukul 23.35, Navenda melayani para tamunya yang begitu banyak, sesekali berbincang tentang pekerjaan sampai tak sadar hari sudah hampir dini hari. Bahkan di bawah masih ada banyak tamu, dan Navenda meminta para pekerjanya untuk mengurus mereka tanpa dirinya.
"Baiklah-baiklah. Mari, kita mandi bersama."
"E-Eh? Aku t-tidak mau. Aku sudah mandi, Venda," balas Hanan bersemu. Hal itu mengundang tawa puas sang alpha karena berhasil telah membuat omega itu salah tingkah untuk kesekian kalinya.
"Cepat mandi, Alpha," titahnya. "Aku akan menunggu sembari menyiapkan baju untukmu."
Yeah, mau bagaimana lagi? Setelah mengucapkan terima kasih, pintu kamar mandi ditutup dari dalam oleh alpha itu.
....
"Silakan diminum es tehnya."
"Ah, terima kasih, Luna. Sejujurnya tidak perlu sampai merepotkan diri Anda sendiri dengan membuatkan es teh untuk kami."
Hanan tersenyum simpul mendengarnya. "Tidak apa-apa. Saya justru berterima kasih paling banyak kepada pihak dekorasi pernikahan yang sudah bekerja keras untuk pernikahan kami."
Terdengar kekehan jenaka dari pria-pria yang membongkari properti pernikahan lantaran perlakuan hangat pasangan abadi dari sang atasan yang membuat orang-orang itu terkesan oleh sifat ramahnya.
Membicarakan soal Hanan, omega itu terbiasa selalu bangun pagi, padahal semalam dia dan Navenda baru tidur jam dua dini hari.
Tunggu-tunggu, jangan salah paham dulu. Mereka berdua memang tidur larut malam, tapi untuk membuka banyak hadiah pernikahan. Sesuai janji Hanan kepada Navenda semalam, setelah Navenda mandi, Hanan menemani alpha itu membedah kado yang isinya bermacam-macam.
Mereka keasikan—lebih tepatnya Navenda—sampai lupa waktu kalau saja tidak segera Hanan tegur dan minta alpha itu melanjutkan sisanya besok.
Tentu Navenda patuh. Dia sampai memasang alarm jam lima pagi, tapi alarm yang dipasang Navenda justru membangunkannya, sedangkan alpha itu masih bergelung nyaman di kasur, dan sekarang sudah jam delapan lebih.
Karena sudah terlanjur bangun, Hanan memilih pergi mandi, setelah berpakaian rapi, dia keluar kamar. Melihat-lihat ke lantai bawah yang ternyata sudah ada banyak orang berseragam navy dan abu-abu yang merupakan tim dekorasi pernikahannya bersama sang alpha. Mereka membongkari properti untuk dibawa kembali ke tempat penyewaan.
"Astaga, Navenda!"
Jerit nyaring suara Hanan mengejutkan Navenda yang sedang duduk bersila di karpet. Tentu bukan tanpa sebab Hanan memekik. Sebab saat membuka pintu kamar mereka, Hanan dikejutkan oleh Navenda yang tengah melanjutkan sesi membuka kado.
Hanan menghela napas panjang. Dia berjalan mendekat, memandang sang alpha yang menatapnya dengan sorot polos. Polos-polos menyebalkan maksudnya!
"Kamu ini ... astaga! Setidaknya pergi bersih-bersih badan dulu, Venda. Sana mandi."
"Sebentar, Sayang. Biarkan aku menyelesaikan ini dulu, oke?"
Hanan menarik Navenda berdiri secara perlahan. Alpha ini mengapa seperti anak-anak, sih? Atau karena Navenda dua tahun lebih muda dari dirinya? Entahlah, tapi sejak kemarin alpha itu bertingkah sulit dibilangi.
"Mandi atau kadonya aku buang semua!"
"Oke, iya, ini aku mandi," jawab Navenda cepat. Ngeri cuk, bisa galak juga ternyata istrinya ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
One Reason; It's You
Fanfiction"Aku tidak pernah melihatmu sebagai seorang budak, karena kamu adalah istri manisku sekaligus Luna dari alpha kesepian ini." - ?Female Dominant × Male Submissive ?Married Life, omegaverse, romance ? Pin, edited by me