Seungmin terbangun dengan tubuh yang terasa sedikit berat, tapi bukan karena lelah-lebih karena efek kegiatan semalam yang masih membekas di setiap inci kulitnya. Ia mengerjapkan mata perlahan, mengharapkan kehadiran seseorang di sampingnya, tapi begitu ia meraba kasur.
Minho tidak ada di sana.
Seungmin mengerutkan kening, lalu perlahan bangkit. Begitu kesadarannya pulih sepenuhnya, ia mulai mencium sesuatu. Bau harum masakan yang menyelinap dari luar kamar.
Matanya melebar sedikit. Dengan rasa penasaran bercampur kantuk yang masih menempel, Seungmin meraih piyamanya yang sudah terpencar berserakan di lantai, lalu memakainya dan berjalan keluar kamar. Begitu ia sampai di ambang pintu, ia melihat sang kekasih di dapur, berdiri dengan santai sambil membalik sesuatu di wajan entah sedang apa, tapi kaos lengan panjang yang ia kenakan terlihat sedikit longgar, membuatnya tampak lebih tampan dari belakang.
Seungmin masih terpaku pada sosok Minho yang terlihat begitu mahir di dapur. Tapi pikirannya melayang ke sesuatu yang lain-sesuatu yang membuat panas menjalar diam-diam di wajahnya.
Ia masih sulit mempercayai apa yang terjadi semalam. Pikirannya masih dipenuhi oleh bayangan samar kejadian itu-terlalu nyata untuk disebut mimpi.
Jantungnya berdegup kencang saat mengingat setiap detail. Minho memperlakukannya semalam dengan lembut, penuh kesabaran, seolah-olah Seungmin adalah sesuatu yang begitu berharga. Tatapan itu, sentuhan itu, cara Minho membisikkan namanya dengan penuh kasih...
Tuhan, bagaimana ia bisa tidak semakin jatuh cinta?
Minho bukan hanya sekadar kekasihnya. Tapi, Minho adalah dosennya. Seseorang yang sudah mengisi hari-harinya dengan kehangatan, dengan perhatian yang selalu membuatnya merasa istimewa. Tapi tetap saja-menyadari bahwa dia telah melewati batas yang selama ini mereka berdua jaga membuat perutnya terasa geli aneh. Malu.
Tanpa perlu menoleh, Minho tahu bahwa Seungmin sedang memperhatikannya di ambang pintu.
"Kau sudah bangun, Sayang?" tanya Minho.
Seungmin sedikit tersentak, lalu mendengus pelan. "H-hyung, kau tahu aku ada di sini?"
Minho akhirnya menoleh, menampilkan senyum kecil yang khas. "Aku bisa merasakannya, sayang. Sudah kuduga kau akan mencari keberadaanku begitu bangun. Tenang saja, aku tidak kabur"
Pipi Seungmin memanas, tapi ia pura-pura tidak peduli dan akhirnya berjalan mendekat.
"Kau masak apa?"
"Telur orak-arik, sosis, dan roti panggang." Minho meletakkan piring berisi makanan di atas meja. "Bukan sesuatu yang luar biasa, tapi cukup untuk membuatmu tidak pingsan sebelum siang."
Seungmin memutar matanya. "Aku tidak selemah itu."
Minho terkekeh, lalu mendekat. Sebelum Seungmin bisa bereaksi, tangan Minho sudah terangkat, merapikan poni Seungmin yang berantakan dengan lembut. "Kau masih kelihatan mengantuk," gumamnya pelan. "Sebaiknya mandi dulu. Aku sudah menyiapkan air hangat untukmu."
Seungmin mengerjap, merasa dadanya menghangat karena perlakuan Minho yang begitu lembut pagi ini. "Kau tidak seharusnya repot menyiapkan semuan-"
"Tentu saja harus." Minho memotongnya sebelum ia bisa menyelesaikan kalimatnya. "Aku menginap di sini. Sudah sepantasnya aku memperlakukan pemilik tempat tinggal dengan baik."
Seungmin menatapnya, lalu mengerucutkan bibir. "Kau memperlakukanku seperti anak kecil."
Minho tersenyum lebih lebar, mencondongkan tubuhnya sedikit untuk berbisik di dekat telinga Seungmin. "Tidak. Kalau aku memperlakukanmu seperti anak kecil, aku tidak akan melakukan hal-hal yang kita lakukan tadi malam."

KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Lecturer ! | 2min (END)
FanfictionCOMPLETE!!? Jisung sahabat Seungmin telah dijodohkan dengan seorang dosen. Tapi karena ia tidak mau, ia meminta tolong kepada Seungmin untuk menggantikan dirinya di kencan buta bersama dengan lelaki yang dijodohkan itu. Siapa sangka ternyata lelaki...