抖阴社区

melodi yang tersisa

64 6 0
                                        


Hari-hari berlalu dengan ritme yang sama, namun bagi Heeseung, segalanya terasa semakin berat. Seperti lagu yang terus berputar tanpa henti di kepalanya, bayangan Sunghoon dan Jake selalu menghantui pikirannya. Ia mencoba bersikap biasa saja, tetapi hatinya tahu bahwa itu hanyalah topeng yang rapuh.

Pagi itu, langit mendung seolah mencerminkan suasana hati Heeseung. Ia berjalan sendirian menuju kampus, udara dingin menggigit kulitnya. Langkahnya terhenti sejenak ketika melihat Sunghoon dan Jake bercakap-cakap di depan gedung fakultas. Tawa Sunghoon yang ceria membuat sesuatu di dada Heeseung berdenyut perih.

"Heeseung!" panggil Sunghoon sambil melambaikan tangan.

Dengan senyum tipis, Heeseung menghampiri mereka. "Pagi," sapanya pelan.

"Kau mau ikut sarapan dulu?" tanya Sunghoon antusias. "Aku dan Jake mau ke kafe dekat taman."

Heeseung ingin menolak, tetapi tatapan penuh harap Sunghoon membuatnya tidak tega. "Boleh," jawabnya singkat.

Selama perjalanan menuju kafe, Sunghoon bercerita tanpa henti tentang ide proyek kelompoknya bersama Jake. Heeseung hanya mendengarkan dengan senyum palsu yang semakin lama terasa melelahkan.

"Heeseung, kau baik-baik saja?" tanya Jake tiba-tiba.

Heeseung tersentak. "Eh, iya. Aku baik-baik saja," jawabnya tergesa.

Sunghoon menatapnya curiga. "Kau kelihatan capek. Jangan terlalu memaksakan diri, ya."

"Tidak apa-apa. Aku kuat," ucap Heeseung sambil mencoba terdengar meyakinkan.

Namun dalam hatinya, Heeseung tahu bahwa kebohongan itu semakin sulit dipertahankan.

***

Malam harinya, Heeseung kembali duduk di balkon apartemennya. Gitarnya tergeletak di pangkuannya, tetapi ia tidak memainkan satu pun melodi. Angin malam yang dingin menerpa wajahnya, seolah mengingatkannya pada kesepian yang terus mengintai.

Ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk dari Jay.

*Jay: "Bro, aku tahu ada sesuatu yang kau sembunyikan. Mau cerita?"*

Heeseung menatap layar ponselnya lama sebelum mengetik balasan.

*Heeseung: "Tidak apa-apa. Aku bisa mengatasinya."*

Namun Jay tidak menyerah.

*Jay: "Aku serius, Heeseung. Jangan memikul semuanya sendirian. Aku di sini kalau kau butuh."*

Heeseung tersenyum tipis meski hatinya terasa berat. Ia tahu Jay hanya ingin membantunya, tetapi ada hal-hal yang terlalu sulit untuk diungkapkan.

"Mungkin suatu hari," gumam Heeseung pelan.

Di antara malam yang sunyi dan langit yang tak berwarna, Heeseung tahu bahwa cinta yang ia simpan akan tetap menjadi rahasia, tersembunyi di balik senyum yang tak pernah ia tunjukkan sepenuhnya. Namun malam itu, ia memetik gitarnya sekali lagi-mencoba menciptakan melodi yang bisa menyembuhkan luka hatinya sendiri.

Nada-nada itu mengalun lembut, seolah menjadi pelipur lara bagi seorang pria yang jatuh cinta dalam diam.

??????? ???????? ??Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang