Yang tidak suka tolong di skip! Karya diperuntukan kepada orang yang suka saja
***
Kejanggalan sebuah kissmark
***
Sarah membersihkan sisa sarapan mereka dengan tenang. Haris tidak mencari ulah atau membuatnya panas dingin, acara sarapan pagi mereka berjalan dengan damai. Sebenarnya setelah ini Sarah ingin langsung pulang dan bertemu dengan putra-putra nya, namun tadi pagi disela sarapannya dengan Haris--sang Mama memberi kabar bahwa dia dan kedua putra nya pergi mengunjungi salah satu sahabat Mamanya yang tengah melangsungkan acara ulang tahun untuk cucunya, sehingga dia mengundang kedua putra Sarah. Sebenarnya acara itu berlangsung nanti siang, tapi sang Mama pergi pagi-pagi untuk membantu sekalian reuni dengan sahabatnya yang sudah lama tidak bertemu.
Tapi meskipun begitu, Sarah akan tetap bersikeras untuk pulang saat ini juga. Dia tidak terlalu tahan berdekatan dengan Haris. Sarah juga ingin meminta tolong kepada pria itu untuk memberikan nya kembali dress merah yang dikenakan Sarah semalam. Sarah berdoa semoga dress itu masih layak dipakai, seingatnya tadi malam Haris tidak melakukan adengan merobek baju, jadi kemungkinan dress merah masih bisa terselamatkan.
Sarah membawa kakinya menuju ruang tengah, apartemen Haris ternyata tidak sebesarnya itu, namun kesan elegan jelas sangat terpancar dari setiap sudut interiornya. Tertata sangat apik dan Sarah yakin yang mengerjakannya bukan orang main-main.
Sarah tertegun sebelum sampai kepada Haris. Dia melihat bagaimana Haris duduk dengan santai sembari membuka handphone yang sangat Sarah kenali, siapa lagi yang mempunyai casing handphone yang sudah kusam dan terkelupas seperti Sarah. Sadar bahwa privasinya tengah diotak atik oleh Haris, Sarah menyegerakan langkah nya. Kalau bisa dia ingin terbang dan mendarat diatas muka Haris. Enteng sekali pria itu membuka handphone nya seolah itu adalah milik Haris sendiri.
"Mas! Balikin!" Sarah menjulang didepan Haris, namun begitu tinggi Haris masih bisa menyetarainya. Sarah tidak pendek, karena Haris yang kelewat tinggi.
"Balikin." Pintanya garang, Sarah bahkan berkecak pinggang sembari menyodorkan tangan didepan wajah lempeng Haris--meminta pria itu untuk segera menyerahkan handphone nya.
"Saya pinjam." Balas Haris santai dan makin asyik memainkan handphone Sarah.
"Mas, itu punya saya," Sarah mengertakkan giginya. Dia ingin merebut itu dari Haris, tapi untuk merebutnya dia harus lebih mendekat dan Sarah tidak mau melakukan itu. Rasanya seperti menyerahkan diri pada binatang buas kalau Sarah mendekatkan dirinya untuk mengambil handphone tersebut.
"Memang punya kamu. Saya gak pernah punya casing handphone yang seperti ini." Ujar Haris. Pria itu memperhatikan handphone Sarah yang merupakan keluaran beberapa tahun lalu, sepertinya Sarah jarang mengganti handphone, Haris bisa melihat pinggir handphone Sarah yang sudah retak disetiap sisinya. Haris membalik handphone Sarah lagi untuk melihat casing nya, disaat itu pula layar yang tengah dibuka Haris terlihat oleh Sarah ketika dia membaliknya. Ternyata oh ternyata Haris tengah melihat foto Sarah yang berada didalam galeri perempuan itu.
Sialan! Sarah sontak mengumpat didalam hati. Rasa malu, panik, dan tidak terima mengguyur dirinya.
"Mas!" Dia berteriak menuju Haris, "balikin. Itu privasi, Mas." Rusuh Sarah dengan panik, tidak dia pedulikan lagi jarak dengan Haris, Sarah seolah ingin merantai pria itu.
"Kenapa? Ada rasahasia negara disini?" Tanya Haris menggoda, dia menyembunyikan handphone Sarah dibelakang punggung nya.
"Gak ada. Tapi rahasia saya ada!" Sungguh Sarah sangat gemas dengan Haris, lihat wajah kesenangan pria itu. Meski tidak banyak yang berubah dari wajah datarnya--tapi menilik dari kilat jenaka dari mata Haris, Sarah tau pria itu tengah menikmati mengerjainya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Desire (21+)
RomanceTentang nafsu yang tidak pada tempatnya dan bukan pada orang yang seharusnya.